Anda di halaman 1dari 28

Perkembangan Kognitif Peserta Didik

Pada awal th 1950-an, teori


kognisi diajukan oleh psikolog
awal spt J.P. Guilford (1956), yang
mendeskripsikan KOGNISI sebagai
kesadaran terhadap suatu objek,
kualitas, dan ide-ide.
 Kognisi adalah proses evolusioner dan
perkembangan yang membentang dari reaksi
pertama sensorimotor melalui pembentukan
pemikiran reflektif.
 Piaget berpendapat bahwa perilaku
organisma manusia dimulai dari reaksi
organisasi motorik inderawi dan meningkat
menjadi kecerdasan sebagai koordinasi
antara reaksi thd objek yang menjadi
semakin lebih kompleks dan saling
berhubungan
1. Tahap Sensori Motor (0 – 2 thn)
2. Tahap Pra Operasional (2 – 7 thn)
3. Tahap Operasional Konkrit (7 – 11 thn)
4. Tahap Formal Operasional (11 thn ke atas)
 Mulai menggunakan imitasi, ingatan dan
pikiran
 Mulai memahami bahwa objek-objek tidak
hilang ketika disembunyikan
 Mendapatkan pengalaman dari tubuh dan
inderawi
 Mengembangkan penggunaan bahasa dan
kemampuan untuk berpikir dalam bentuk
simbolik
 Mampu memikirkan operasi-operasi melalui
logika
 Egosentrisme
Pada tahap ini anak masih mengalami
kesulitan dalam hal :
* egocentrism : anak prasekolah belum
mampu melihat sst dari pandangan
orang lain.
* animisme : kepercayaan bhw objek
yang tidak bernyawa punya kualitas
kehidupan dan bisa bergerak.
Sub tahap Intuitif (4 – 7 thn)
Anak menggunakan penalaran primitif dan
ingin tahu jawaban semua. Mereka tahu sst
tapi mereka mengetahuinya tanpa
menggunakan pemikiran rasional.
Anak pada usia ini mengalami :
• Perception centration : biasanya anak hanya
berkonsentrasi pada satu ciri, sedangkan ciri
lain diabaikan. Contoh : air dalam bejana.
• Irreversibility : anak pd tahap ini tidak dapat
memahami penalaran yang ada dibelakang
soal matematika yang sebenarnya hanya
kebalikannya. Contoh : 4+5=9, 9-5=4
 Anak sudah dapat memecahkan persoalan
sederhana yg bersifat konkrit
 Mampu berpikir logis mengenai kejadian
konkrit
 Memahami konsep percakapan :
* anak telah dpt berpikir reversible
(berkebalikan/dua arah). Contoh :
anak paham jika 2+3=5, maka 5-3=2
* anak sdh mulai bisa mengurutkan dan
mengklasifikasikan berdasar hal konkrit
(seriation), seperti warna dan bentuk
 Anak telah mampu berpikir hal-hal yang
juga abstrak, misalkan menjumlahkan
angka dalam benaknya.
 Pada tahap ini anak telah mampu
mengevaluasi cara berpikirnya, dengan
merenungkan kembali apa-apa yang telah
dilakukannya serta mengevaluasinya, utk
mencari sisi positip dan negatif dari apa
yang telah dilakukannya.
 Anak telah mampu berpikir hal-hal yang juga
abstrak, misalkan menjumlahkan angka
dalam benaknya.
1. Individu adalah pembelajar yang aktif.
2. Individu mengorganisasi apa yang mereka
pelajari dari pengalamannya.
3. Individu menyesuaikan diri dg lingkungannya
melalui proses asimilasi dan akomodasi.
4. Proses ekuilibrasi menunjukkan adanya
peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran
yang lebih kompleks.
5. Perkembangan kognisi individu berlangsung
tahap demi tahap dimana tahap berikutnya
bergantung pada tahap sebelumnya.
 Menyesuaikan metode mengajar dengan
pengetahuan dan kemampuan anak.
 Anak dapat membangun pemahaman mereka
sendiri.
 Libatkan siswa secara aktif dalam proses
mengajar.
 K. Buhler :
Inteligensi adalah perbuatan yang
disertai pemahaman.

 David Wechsler :
Inteligensi adalah kemampuan untuk
bertingkah laku, berpikir secara
rasional, dan menghadapi
lingkungan secara efektif.
 Crow & Crow : Inteligensi adalah
kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk
menghadapi suatu situasi
suatu situasi baru atau
untuk memecahkan
problem-problem.

 L.M. Terman : Inteligensi adalah


kemampuan untuk
berpikir abstrak.
Orang yang bertindak inteligen apabila :

- Mampu belajar dari pengalaman masa lalu.


- Mampu mencari pemecahan yang efektif
terhadap problem sehari-hari.
- Mampu beradaptasi terhadap
lingkungannya.
a. Herediter (pembawaan)
merupakan faktor utama dan terpenting
dalam menentukan inteligensi.

b. Kematangan
menyangkut pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikologis yang
dipengaruhi faktor internal.

c. Pembentukan
perkembangan individu yang dipengaruhi
faktor lingkungan.  proses pembelajaran
1. Kelancaran dan kemudahan dalam
penggunaan bilangan.
2. Efisiensi dalam berbahasa.
3. Kecepatan dalam pengamatan.
4. Kemampuan dalam mengingat.
5. Kemampuan dalam mengerti hubungan-
hubungan.
6. Kemampuan berkhayal.
(Witherington)
IQ bukan merupakan label atau cap bagi
seseorang, melainkan berguna sebagai salah
satu faktor di dalam memprediksi kesuksesan
belajar seseorang.

Hasil tes inteligensi bukan jaminan untuk


sukses belajar, akan tetapi sangat bermanfaat
untuk meramalkan kemampuan mencapai
sukses.
IQ Klasifikasi %

130 keatas very superior 2,2


120 - 129 superior 6,7
110 - 119 bright normal 16,1
90 - 109 average 50
80 - 89 dull normal 16,1
70 - 79 borderline 6,7
69 kebawah mental defective 2,2
1. Keterbelakangan mental / retardasi mental /
mental retarded

 Ialahkeadaan dengan inteligensi kurang


(abnormal) sejak masa perkembangan (sejak
lahir atau sejak masa kanak-kanak)
(Maramis, 1999)
Penyebab :
1. Retardasi mental primer
kemungkinan faktor keturunan
dan kemungkinan tidak diketahui

2. Retardasi mental sekunder


faktor luar yang diketahui dan
mempengaruhi otak, misal :
infeksi, gangguan gizi, kelainan
kromosom, prematuritas, dan
gangguan jiwa berat
 Kelompok Idiot (IQ = 0 – 25 )
 Kelompok Imbisil (IQ = 25 – 50)
 Kelompok Moron/debil (IQ = 50 – 70)

tugas : ciri-ciri
 Kecerdasan sangat terbatas
 Ketidakmampuan sosial
 Arah minat sangat terbatas pada hal-hal
yang sederhana
 Perhatiannya mudah berubah-ubah/
berpindah
 Daya ingatnya lemah
 Emosinya sangat miskin
 Apatis, acuh tak acuh terhadap sekitar
 Ada kelainan badaniah
2. Demensia
adalah kemunduran inteligensi karena
kerusakan otak yang sudah tidak dapat
diperbaiki lagi.
 1. Kecerdasan Verbal – Bahasa
 2. Kecerdasan Matematika – Logika
 3. Kecerdasan Visual – Spasial (cerdas Imajinasi)
 4. Kecerdasan Musik
 5. Kecerdasan Interpersonal (Cerdas Bergaul)
 6. Kecerdasan Intrapersonal (Cerdas Diri)
 7. Kecerdasan Fisik (Cerdas Olah Tubuh)
 8. Kecerdasan Lingkungan
 9. Kecerdasan Spiritual

(Howard Gardner, 1983)

Anda mungkin juga menyukai