Anda di halaman 1dari 32

Sistem Pernafasan

Sistem respirasi menggerakkan udara menuju dan


keluar paru-paru, yang merupakan tempat pertukaran
O2 dan CO2 antara udara dan darah. Fungsi sistem
respirasi secara langsung bergantung pada fungsi
sistem sirkulasi
1. Saluran nafas atas terdiri atas bagian-bagian yang
berada di luar rongga dada.
2.Saluran nafas bawah terdiri atas bagian-bagian
yang berada di dalam rongga dada.
Hidung – tersusun atas tulang dan kartilago yang
ditutup oleh kulit
1. Rambut yang berada di dalam lubang hidung
menghambat masuknya debu.
Kavitas Nasalis – di dalam tengkorak; dipisahkan
oleh septum nasi (lihat Gbr. 15-1)
2.Mukosa hidung adalah epitel bersilia dengan sel
goblet; daerah permukaan meninggi oleh konka.
Mukosa hidung menghambat dan melembabkan
udara yang datang ; debu dan mikroorganisme
terperangkap pada mukus dan disapu oleh silia
menuju faring.
3.Reseptor olfaktorius berespons terhadap uap
dalam udara yang terinhalasi.
4.Sinus paranasal dalam os maksilaris, frontalis,
sfenoidalis, dan etmoidalis terbuka menuju kavitas
nasalis; fungsinya ialah meringankan tengkorak
dan memberi resonansi untuk suara.
Faring – posterior terhadap kavitas nasalis dan oris
(lihat Gbr. 15-1)
1. Nasofaring – di atas palatum molle, yang menutup
ketika menelan; suatu jalan hanya untuk udara.
Tuba eustachii telinga tengah terbuka menuju
nasofaring. Adenoid adalah nodus limfatikus pada
dinding posterior.
2. Orofaring – di belakang mulut; jalan untuk udara
dan makanan. Tonsila palatina berada di dinding
lateral.
3. Laringofaring – jalan untuk udara dan makanan;
terbuka ke arah anterior laring dan posterior
esofagus.
Laring – kotak suara dan jalan udara antara faring
dan trakea (lihat Gbr. 15-2)
1. Tersusun atas 9 kartilago, kartilago tiroid adalah
yang terbesar dan terletak paling anterior.
2. Epiglotis adalah kartilago yang teratas; menutupi
laring saat menelan.
3. Pita suara berada di bagian lateral glotis, terbuka
untuk udara (lihat Gbr. 15-3).
4. Selama berbicara, pita suara tertarik melintasi glotis
dan digetarkan oleh udara yang terekshalasi,
menghasilkan suara yang akan diubah menjadi
pembicaraan.
5. Nervus kranial untuk berbicara adalah nervus vagus
dan asesorius.
Trakea – menghubungkan laring dan bronkus primarius
(lihat Gbr. 15-4)
1. Sebanyak 16 sampai 20 kartilago berbentuk C pada
dinding trakea menjaga trakea terbuka.
2.Mukosanya berupa epitel bersilia dengan sel goblet;
silia menyapu mukus, debu yang terperangkap, dan
mikroorganisme menuju faring.

Pohon Bronkial – menghubungkan laring dan bronkus


primarius (lihat Gbr.15-4)
1. Bronki primer kanan dan kiri adalah cabang trakea;
satu untuk masing-masing paru.
2.Bronki sekunder: menuju lobus masing-masing paru
(tiga kanan, dua kiri)
3.Bronkiolus – tidak ada kartilago di dindingnya.
Membran Pleura – membran serosa rongga dada
1. Pleura parietalis melapisi dinding dada.
2. Pleura viseralis menutup paru-paru.
3. Cairan serosa di antara dua selubung mencegah
friksi dan menjaga membran tetap bersama selama
bernafas.

Paru-paru – pada kedua sisi jantung di rongga dada;


dari diafragma di bawah paru hingga setingkat klavikula
1. Rangka iga melindungi paru-paru dari cedera
mekanik.
2.Hilus – lekukan pada sisi medial: bronkus primarius
dan arteri dan vena pulmonalis memasukinya (juga
pembuluh darah bronkial)
Alveoli – tempat pertukaran gas pada paru-paru
1. Tersusun atas sel-sel alveoli tipe I, selapis epitel
gepeng; tipis untuk memungkinkan difusi gas.
2. Dikelilingi oleh kapiler pulmonal, yang juga tersusun
atas selapis epitel gepeng selapis (lihat Gbr.15-4)
3. Jaringan ikat elastis diantara alveoli penting untuk
ekshalasi normal.
4. Selubung tipis cairan jaringan di tiap alveolus;
penting untuk memungkinkan difusi gas
(lihat Gbr.15-5)
5. Sel alveolar tipe II memproduksi surfaktan pulmonal
yang bercampur dengan cairan jaringan yang
melapisi untuk menurunkan tegangan permukaan
untuk memungkinkan inflasi alveoli.
6. Makrofag alveoler memfagosit benda asing.
Mekanisme Bernapas
1. Ventilasi adalah pergerakkan udara memasuki dan
keluar paru-paru; inhalasi dan ekshalasi
2. Pusat respirasi terdapat di medula dan pons
3. Otot-otot pernafasan adalah otot diafragma dan otot
muskuli interkostale eksterni serta interni
(lihat Gbr.15-6)
@ Tekanan atmosfir adalah tekanan udara: 760
mmHg pada permukaan laut
@ Tekanan intrapleural terdapat dalam ruang
potensial pleura; selalu sedikit di bawah tekanan
atmosfir (“negatif”)
@ Tekanan intrapulmonal dalam pohon bronkhial
dan alveoli; berfluktuasi selama bernafas
Inhalasi (inspirasi)
1. Impuls motorik dari medula berjalan sepanjang
nervus frenikus menuju diafragma,yang berkontraksi
dan bergerak ke bawah. Impuls sepanjang nervus
interkostalis pada muskuli interkostale eksterni,
yang menarik iga ke atas dan keluar.
2.Rongga dada mengembang dan mengembangkan
pleura parietalis.
3.Pleura viseralis bersatu dengan pleura parietalis dan
juga mengembang dan kemudian mengembangkan
paru-paru.
4.Tekanan intrapulmonal menurun, dan udara
bergegas memasuki paru-paru
Ekshalasi (ekspirasi)
1. Impuls motorik dari medula menurun, dan diafragma
serta muskulus interkostale eksterni berelaksasi.
2.Rongga dada menjadi lebih kecil dan mengkompresi
paru-paru.
3.Paru-paru yang elastis mengerut dan mengkompresi
paru-paru lebih lanjut.
4.Tekanan intrapulmonal meningkat, dan udara
dipaksa keluar dari paru-paru.
Ekshalasi normal berlangsung pasif.
5.Ekshalasi sangat kuat: kontraksi muskuli interkostale
interni menarik iga ke bawah dan ke dalam; kontraksi
muskulus abdominalis memaksa diafragma ke atas.
Pertukaran Gas
1. Respirasi eksternal adalah pertukaran gas antara
udara dalam alveoli dan darah dalam kapiler
pulmonal.
2.Respirasi internal adalah pertukaran gas antara
darah di kapiler sistemik dan cairan jaringan (sel).
3.Udara yang terinhalasi (atmosfer) adalah 21% O2
dan 0,04% CO2. Udara yang terekshalasi adalah
16% O2 dan 4,5% CO2.
4.Difusi O2 dan CO2 dalam tubuh terjadi karena
gradien tekanan (lihat tabel 15-1). Gas akan
berdifusi dari daerah dengan tekanan parsial tinggi
menuju daerah dengan tekanan parsial rendah.
5.Respirasi eksternal : PO2 dalam alveoli tinggi dan
PO2 dalam kapiler pulmonal rendah, sehingga O2
berdifusi dari udara menuju darah.
PCO2 dalam alveoli rendah, dan PCO2 dalam
kapiler pulmonal tinggi sehingga CO2 berdifusi dari
darah menuju udara dan dihembuskan keluar
(lihat Gbr. 15-7).
6.Respirasi internal: PO2 dalam kapiler sistemik tinggi,
dan PO2 dalam cairan jaringan rendah, dan PO2
dalam cairan jaringan rendah, sehingga O2 berdifusi
dari darah menuju cairan jaringan dan sel. PCO2 di
kapiler sistemik rendah , dan PCO2 dalam cairan
jaringan tinggi sehingga CO2 berdifusi dari cairan
jaringan menuju darah. (lihat Gbr.15-7).
Transpor Gas dalam darah
1. Oksigen diangkut oleh besi pada hemoglobin (Hb)
dalam sel darah merah. Ikatan O2-Hb dibentuk dalam
paru-paru yang kadar PO2-nya tinggi.
2.Dalam jaringan Hb melepaskan banyak O2-nya;
faktor-faktor yang penting adalah PO2 dijaringan
rendah, PCO2 dalam jaringan tinggi, dan temperatur
dalam jaringan tinggi.
3.Kebanyakan CO2 diangkut sebagai ion HCO3- dalam
plasma darah. CO2 memasuki sel darah merah dan
bereaksi dengan H2O untuk membentuk asam
karbonat (H2CO3).
Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalisis
reaksi ini. H2CO3 berdisosiasi menjadi ion H+ dan
ion HCO3-. Ion HCO3- meninggalkan sel darah
merah dan memasuki plasma;Hb mendapat ion H+
yang tersisa dalam sel darah merah.
Ion Cl- dari plasma memasuki sel darah merah
untuk mempertahankan keseimbangan ionik
(pertukaran klorida).
4.Pada saat darah mencapai paru-paru, CO2 dibentuk
kembali, berdifusi ke dalam alveoli, dan diekshalasi.
Volume Pulmonal (lihat Gbr.15-8)
1. Volume tidal – jumlah udara dalam satu kali inhalasi
dan ekshalasi normal.
2.Minute Respiratory volume (volume respirasi
permenit) – jumlah udara yang diinhalasi dan dieks-
halasi dalam satu menit.
3.Cadangan respirasi – jumlah udara di luar tidal dalam
inhalasi maksimal.
4.Cadangan ekspirasi – jumlah udara di luar tidal da-
lam ekshalasi yang paling kuat.
5.Kapasitas vital – jumlah volume tidal, cadangan
inspirasi dan ekspirasi.
6.Volume residu – jumlah udara yang tersisa dalam
paru-paru setelah ekshalsi paling kuat;memungkin-
kan kesinambungan pertukaran gas.
Pengaturan Saraf pada Respirasi (lihat Gbr. 15-9)
1. Medula terdiri atas pusat inspirasi dan pusat
ekspirasi.
2.Impuls dari pusat inspirasi ke otot-otot pernafasan
menyebabkan kontraksi ; rongga dada terekspansi.
3.Baroreseptor dalam jaringan paru mendeteksi
peregangan dan mengirim impuls menuju medula
untuk mendepresi pusat inspirasi. Ini adalah
refleks inflasi Hering-Breuer, yang mencegah
inflasi paru-paru yang berlebihan.
4.Pusat ekspirasi dirangsang oleh pusat inspirasi
bila ekshalasi yang kuat dibutuhkan.
5.Di dalam pons;pusat apneustik memperlama
inhalasi, dan pusat pneumotaksik membantu
ekshalasi.
Pusat ini bekerja dengan pusat inspirasi dalam
medula untuk menghasilkan irama pernafasan
normal.
6.Hipotalamus mempengaruhi perubahan per-
nafasan pada situasi emosional.
Korteks serebral memungkinkan perubahan
volunter dalam bernapas.
7.Batuk dan bersin mengeluarkan iritan dari
saluran pernapasan atas ; pusat refleks ini
ada di medula.
Pengaturan Kimiawi Respirasi (lihat Gbr.15-10)
1. Penurunan kadar O2 darah dideteksi oleh kemo-
reseptor dalam korpus karotikus dan aortikus.
Responsnya meningkatkan respirasi untuk memper-
oleh lebih banyak udara dalam paru-paru.
2.Penurunan kadar CO2 darah dideteksi oleh kemo-
reseptor di medula. Responsnya meningkatkan
respirasi untuk mengekshalasi lebih banyak CO2.
3.CO2 adalah pengatur utama respirasi karena
kelebihan CO2 menurunkan pH dari cairan tubuh
(CO2 + H2O  H2CO3 H+ + HCO3).
Kelebihan ion H+ menurunkan pH.
4.Oksigen menjadi pengatur utama respirasi bila
kadarnya dalam darah sangat rendah, sebagaimana
yang muncul pada penyakit paru yang kronis dan
parah.
Respirasi dan Keseimbangan Asam-Basa
1. Asidosis respiratorik:suatu penurunan frekuensi atau
efisiensi respirasi yang memungkinkan kelebihan CO2
berakumulasi dalam cairan tubuh, yang menghasilkan
pembentukan ion H+ berlebih, yang menurunkan pH.
Terjadi pada penyakit paru yang paruh.
2.Alkalosis respiratorik: suatu peningkatan frekuensi
pernafasan, meningkatkan CO2 yang terekshalasi,
yang menurunkan pembentukan ion H+ dan mening-
katkan pH.Terjadi selama hiperventilasi atau ketika
pertama kali berada di tempat tinggi.
3.Kompensasi respiratorik untuk asidosis metabolik:
meningkatkan respirasi untuk mengekshalasi CO2
agar menurunkan pembentukan ion H+ sehingga
menaikkan pH ke normal.
4.Kompensasi respiratorik untuk alkalosis metabolik:
penurunan respirasi untuk mempertahankan CO2
sehingga meningkatkan pembentukan ion H+ agar
pH turun ke normal.

Anda mungkin juga menyukai