Anda di halaman 1dari 13

PROSEDUR PERMINTAAN

VISUM ET REVERTUM
-Dilakukan oleh penyidik, harus secara tertulis,
diatur oleh KUHAP sesuai ps 133 (2 ) terutama
untuk korban mati
- jenazah diperlakukan dengan baik, diberi label
identitas, penyidik wajib memberitaukan dan
menjelaskan kepada keluarga korban mengenai
pemeriksaan yang akan dilaksanakan
- Mereka yang menghalangi pemeriksaan
jenazah untuk kepentingan peradilan diancam
hukuman sesuai ps 222 KUHP
Lanjutan.
• Korban yang masih hidup sebaiknya diantar
oleh petugas kepolisian guna pemastian
identitasnya
• Surat permintaan Visum et Revertum di
tujukan kepada instansi kesehatan, bukan
kepada individu dokter yang bekerja di dalam
instansi tersebut
DASAR HUKUM PERMINTAAN
VISUM et REVERTUM
• Pasal 133 KUHAP :
( 1 ) Dalam hal penyidik untuk kepentingan
peradilan menangani seorang korban, baik
luka, keracunan, atau mati yang di duga
karena peristiwa tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan ketrangan ahli
kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainya
Lanjutan.
( 2 ) Permintaan ahli sebagaimana yang di
maksud dalam ( 1 ) dilakukan secara tertulis,
yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat
PENJELASAN PASAL 133 KUHAP :
( 2 ) Keterngan yang diberikan oleh ahli
kedokteran kehakiman disebut keterangan
ahli, sedangkan keterangan yang diberikan
oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterngan
Yang berwenang meminta ketrangan ahli adalah
penyidik dan penyidik pembantu sebagaimana
bunyi ps 7 ( 1 ) butir h dan ps 11 KUHAP
Yang dimaksud penyidik adalah sesuai ps 6 ( 1 )
butir a yaitu penyidik pejabat polisi negara RI
Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana
umum, termasuk pidana yang berkaitan
dengan kesehatan dan jiwa manusia
Mengenai kepangkatan pembuat V et R diatur
dalam pp no. 27 tahun 1983, yang
menyatakan penyidik POLRI berpangkat
serendah rendahnya pembantu letnan dua,
sedakan wilayah kepolisian tertentu yang
komandanya adalah seorang bintara atau
sirsan, maka ia adalah penyidik, karena
jabatanya tersebut
lanjutan
Kepangkatan bagi penyidik pembantu adalah
bintara serendah rendahnya sersan dua
Wewenang penyidik meminta keterangan ahli ini
diperkuat dengan kewajiban dokter untuk
memberikanya bila diminta, seperti tertuang
dalam ps 179 KUHAP sbb :
1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainya wajib memberi keterangan ahli demi
keadilan.
Pasal-pasal KUHAP yang mengatur
tentang produk dokter yang sepadan
dengan V et R adalah :
Pasal 186 : keterangan ahli adalah apa yang
seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan
Penjelasan ps 186 KUHAP : keterangan ahli ini
dapat juga sudah diberikan pada waktu
pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut
umum yang dituangkan dalam bentuk laporan
dan dibuat dengan mengingat sumpah
diwaktu menerima jabatan atau pekerjaan
Lanjutan.
Pasal 187 ( c ) surat keterngan dari seorang ahli
yang memuat pendapat berdasarkan
keahlianya mengenai sesuatu hal atau
sesuatu keadaan yang diminta secara resmi
dari padanya
Keduanya termasuk alat bukti yang sah sesuai
ketentuan dalam KUHAP.
KUHAP PASAL 184 :
Alat bukti yang sah adah :
1. Keterangan sakasi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
Lanjutan.
Dari pasal-pasal diatas yang dimaksud
keterangan ahli maupun surat ( butir c ) dalam
KUHAP adalah sepadan dengan yang
dimaksud Vet R dalam statsblad no,350 tahun
1937
Perbedaanya adalah keterngan ahli atau surat (
KUHAP ) adalah keterangan atau pendapat
yang dibuat oleh ahli ( termasuk dokter )
berdasarkan keilmuanya, tidak hanya terbatas
apa yang dilihat dan ditemukan oleh si
pembuat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai