Anda di halaman 1dari 21

Kelompok 16 / 5B

1. Sirriyatul Maula (1130017044)


2. Alvianita Mulya Putri (1130017047)
3. Ilvie Maulidiana (1130017071)

S1 KEPERAWATAN
2019
ADHD sering diterjemahkan dengan keadaan
hiperaktivitas atau hiperkinetik. Meskipun sebenarnya
hiperaktivitas merupakan gejala saja dari ADHD.
Istilah hiperaktivitas dipakai untuk anak dengan
kelainan perilaku. Sebenarnya anak normalpun
dalam tahap perkembangan tertentu juga mengalami
hiperaktivitas, tetapi istilah yang dipakai untuk ank
normal adalah overaktivitas. Hiperaktif adalah
perilaku motoric yang berlebihan. Gangguan
hiperakinetik adalah gangguan pada anak yang
timbul pada usia perkembangan dini (sebelum usia 7
tahun) dengan ciri utama tidak bisa memusatkan
perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas (Schaefer,
et al., 1991 dalam Abdul, 2015).

ADD A FOOTER 2
Penyebab yang pasti untuk ADHD belum jelas sepenuhnya
karena sedikit sekali yang kita ketahui tentang cara otak
mengendalikan perhatian. Para ahli kedokteran percaya bahwa
mereka berhasil mengidentifikasi suatu mekanisme otak yang
disebut Sistem Aktivasi Retikular (Reticular Activity System), yang
memungkinkan seseorang menjaring (screen out) beberapa
kesibukan (noise) tertentu dan hanya menerima yang
dikehendaki (Winarno, 2013).
Penyebab utama ADHD lainnya adalah sebagai berikut.
• Ketidaksempurnaan perkembangan janin selama dalam
kandungan.
• Terjadinya luka pada saat dilahirkan.
• Kekurangan oksigen saat dilahirkan.
• Komplikasi kelahiran lain.
ADD A FOOTER 3
Tidak ada perhatian (inattention)
• Sulit memberi perhatian terhadap
Impulsivitas
sesuatu, daydream • Bergerak dan berbicara tanpa
• Kelihatannya tidak mendegarkan berpikir
• Mudah mengalami distraction saat sibuk • Sering berlari menyebrang jalan
bekerja atau bermain tanpa melihat arus lalu lintas
• Tidak ada perhatian terhadap detail terlebih dahulu
• Tidak mau mengikuti instruksi atau • Susah sekali berbalik
menyelesaikan tugas • Tidak dapat menunggu sesuatu
Hiperaktivitas • Memberi jawaban bahkan sebelum
• Terus-menerus bergerak pertanyaan selesai diucapkan
• Tidak dapat tinggal diam atau duduk • Menginterupsi orang lain.
• Berbicara terlalu banyak
• Berlari, melompat, dan memanjat
ADD A FOOTER 4
meskipun dilarang
• Tidak dapat bermain dengan
diam/tenang
ADHD berhubungan dengan adanya defisit
neurofisiologi. Beberapa teori menunjukkan adanya
integrasi antara gejala klinis dengan gangguan pada
neurofisiologi yang termasuk dalam disfungsi otak
yang spesifik. Defisit kognitif dapat muncul apabila
terjadi disfungsi pada daerah fronto-striatal atau
meso-cortikal jaringan otak dan jika gangguan
terletak pada proses reward kemungkinan kelainan
berhubungan dengan adanya disfungsi pada system
mesolimbic dopaminergic. Defisit pada ADHD dapat
di lihat pada otak yang istirahat. (Pathophysiology of
ADHD and associated problems—starting points for
NF interventions)
ADD A FOOTER 5
Patofisiologi terjadinya ADHD didasarkan pada beberapa
mekanisme, yaitu :Mekanisme psikologi “Bottom-Up”.
Pada mekanisme ini dipertimbangkan adanya dua proses
yang mempengaruhi regulasi emosi, yaitu berdasarkan
stimulus emosional yang menonjol dan evaluasi sinyal
reward. Agar emosi dapat diatur, maka diperlukan system
atensi yang baik untuk mendeteksi adanya stimulus yang
menonjol serta diperlukan juga kontrol sinyal yang baik.
Beberapa studi menunjukkan adanya gangguan orientasi
awal terhadap stimulus pada pasien dengan ADHD. Pada
individu sehat, afek akan meningkat jika stimulus sensorik
awal ditambahkan dan ini dapat dideteksi oleh marker
elektrofisiologi. Beberapa penelitian menemukan bahwa
efek ini berkurang pada orang dewasa dengan ADHD
walaupun tidak dalam keadaan rangsangn negative, hal
ADD A FOOTER 6
ini diduga dapat menjadi penyebab overpersepsi terhadap
stimulus negative.
BIG IMAGE

ADD A FOOTER 7

PATHWAY ADHD
• Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau
hipotiroid yang memperberat masalah
• Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan
otak organik
• Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu
belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
• Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik
(misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain,
infeksi SSP)
ADD A FOOTER 8
1. Keperawatan
2. Medis
Terapi Farmakologi
9
APLIKASI KASUS
An.T Usia 2.5 tahun jenis kelamin laki-laki, di curigai dengan masalah ADHD atau GPPH di
bawa orang tuanya ke poli tumbuh kembang. Saat di lakukan pengkajian pada tanggal 16
Desember 2017, kondisi anak baik, TTV dalam batas normal TD 104 / 70 mmHg, suhu 37,2
C, nadi 120x/menit, dan RR 30x/menit. BB anak saat ini 15 Kg dan TB 90 cm, anak tampak
gemuk tapi sangat hiperaktif di bandingkan anak seusianya. Orang tua mengatakan bahwa
anak tidak kenal lelah, tidak mampu berkonsentrasi pada suatu aktifitas, sering bergerak
atau berlatri secara tiba-tiba, dan sering mengganggu anak-anak di sekitarnya.
Hasil pemeriksaan GPPH menunjukkan anak sering menggerak-gerakkan anggota badan
dan kepala secara terus menerus, kurang fokus, mudah teralihkan dan terlihat menangisan
keras karena menginginkan segera pulang. Skor hasil pemeriksaan GPPH dengan nilai 20.
Ibu mengatakan bahwa ayahnya di buat kesal karena perilaku anaknya dan sering
mengurung anaknya di rumah. Orang tua menanyakan tindakan yang harus di lakukan agar
Anaknya bisa pulih dan normal seperti anak lainnya.

ADD A FOOTER 11
Aktivitas
• Dirumah sakit klien berbaring ditempat tidur dan sesekali berpindah posisi agar klien merasa nyaman.
Kepala dan Leher
• Keadaan kepala tampak bersih, dan tidak ada luka atau lecet. Klien dapat menggerakkan kepalanya kekiri dan
kekanan. Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan limfe.
Mata (Penglihatan)
• Bentuk simetris, tidak ada kotoran mata, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik karena klien tidak
menggunakan alat bantu, tidak ada peradangan dan pendarahan.
Telinga (Pendengaran)
• Tidak dapat serumen, fungsi pendengaran baik karena klien jika dipanggil langsung memberi respon. Tidak ada
peradangan dan pendarahan.
Hidung (Penciuman)
• Bentuk simetris, kebersihan hidung baik tidak terdapat kotoran pada hidung, tidak terdapat polip.
ADD A FOOTER 12
Mulut (Pengecapan)
• Tidak terlihat peradangan dan pendarahan pada mulut, fungsi pengecapan baik, mukosa bibir kering.
Dada (Pernafasan)
• Bentuk dada simetris, tidak ada gangguan dalam bernafas, tidak ada bunyi tambahan dalam bernafas, dengan
frekuensi nafas 25x/mnt.
Kulit
• Terlihat sedikit kusam, tidak terdapat lesi maupun luka, turgor kulit baik (dapat kembali dalam 2 detik), kulit klien
teraba panas dengan temperatur 37,42 C
Abdomen
• Bentuk simetris, tidak ada luka dan peradangan, tidak ada kotoran yang melekat pada kulit.
Ekstremitas atas dan bawah
• Bentuk simetris, tidak ada luka maupun fraktur pada ekstremitas atas dan bawah, terdapat keterbatasan gerak
pada ekstremitas atas bagian dekstra karena terpasang infuse RL 20 tetes/menit
Genetalia
ADD A FOOTER 13
• Klien berjenis kelamin laki-laki dan tidak terpasang kateter
7. Pola Makan dan Minum
• Dirumah : klien makan 3x sehari dengan menu sayur sop dan klien suka minum air putih dan susu.
• Di RS : klien mendapatkan bubur ayam 3x sehari dan tidak bisa menghabiskannya, klien minum
hanya ½ gelas dari 1 gelas.
8. Pola Eliminasi
• Dirumah : klien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat dan bau khas feses, BAK klien 4-5x/hari
berwarna kuning jernih dan berbau amoniak
• Di RS : klien BAB 1x dalam 2 hari dengan konsistensi padat dan berbau khas feses. Dan klien BAK
2-3x/hari berwarna kuning jernih dan berbau amoniak.
9. Terapi Yang Didapatkan di RS
• Terapi obat Psikotimulan
• Terapi obat Non Stimulan (Anti depresi, Anti psikotik)
ADD A FOOTER 14
1. Resiko Cedera berhubungan dengan Hiperaktif
2. Isolasi Sosial berhubungan dengan Gangguan proses
pikir.

ADD A FOOTER 15
No. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
(SDKI) (SIKI)
1. Resiko Cedera Tingkat Cedera Pencegahan Cedera
Kode: D.0136 Kode: L.14136 Kode: I.14537
Kategori: Lingkungan Ekspetasi: Menurun Definisi :
Sub Kategori: Keamanan dan Proteksi Definisi : Mengidentifikasi dan menurunkan risiko
Definisi : Keparahan dari cedera yang diamati atau dilaporkan. mengalami bahaya atau kerusakan fisik
Berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik Kriteria hasil Tindakan
yang menyebabkan seseorang yang tidak lagi a. Toleransi aktivitas dari skala 4 (cukup meningkat) a. Identifikasi area lingkungan yang
sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik menjadi skala 2 (cukup menurun) berpotensi yang menyebabkan cedera
Faktor Resiko : b. Kejadian cedera dari skala 2 (cukup meningkat) b. Diskusikan mengenai latihan dan terapi
Internal menjadi skala 4 (cukup menurun) fisik yang diperlukan
a. Perubahan orientasi afektif c. Gangguan kognitif dari skala 2 (cukup meningkat) c. Tingkatkan frekuensi observasi dan
b. Perubahan fungsi psikomotor menjadi skala 4 (cukup menurun) pengawasan pasien, sesuai dengan
c. Perubahan fungsi kongnitif d. Pola istirahat tidur dari skala 2 (cukup memburuk) kemampuan
Kondisi Klinis Terkait:
ADD A FOOTER
menjadi skala 4 (cukup membaik) d. Jelaskan alasan intervensi pencegahan
16
a. Retardasi mental jatuh ke pasien dan keluarga
No.
Tanggal dan Jam Implementasi Evaluasi
dx
1. S:
1. Mengidentifikasi area lingkungan yang
Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya tidak kenal
berpotensi yang menyebabkan cedera lelah, tidak mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas

2. Mendiskusikan mengenai latihan dan terapi O:


Sering bergerak atau berlari tiba tiba dan sering menganggu
Risiko Cedera
fisik yang diperlukan anak anak disekitarnya

3. Meningkatkan frekuensi observasi dan Hasil observasi :


a. TD : 104/70 mmHg
pengawasan pasien, sesuai dengan b. Suhu : 37,2 Celcius
kemampuan c. Nadi : 120 x / mnt
d. RR : 30 x / menit
4. Menjelaskan alasan intervensi pencegahan
e. BB : 15 kg
jatuh ke pasien dan keluarga f. TB : 190 cm
Hasil pemeriksaan GPPH :
Nilainya 20
A:
ADD A FOOTER 17
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan no.
Judul Jurnal Intervensi terhadap Anak Usia Dini yang Mengalami
Gangguan ADHD
Melalui Pendekatan Kognitif Perilaku dan Alderian Play
Therapy
Tujuan Penelitian untuk menangani anak ADHD dengan menggunakan
pendekatan konseling yaitu pendekatan behavior kognitif
perilaku dan Adlerian play therapy.

Kesimpulan Penggunaan obat ADHD dalam jangka waktu panjang maka nantinya
akan berdampak pada anak-anak, sehingga alternatif lainnya untuk
menangani anak ADHD dengan menggunakan pendekatan konseling
yaitu pendekatan behavior kognitif perilaku dan kognitif perilaku
dan Adlerian Play Therapy. Adlerian Play Therapy pendekatan baik
akan mencakup kombinasi dari komponen yang diperlukan untuk
lebih efektif mengobati ADHD dan berbagai keterampilan kognitif
ADD A FOOTER 18
menambah kemampuan, dunia luar menemukan unsur-unsur dan
stimulus dari lingkungannya, belajar peran dan memahami peran
orang lain, mengidentifikasi budaya, bahasa, nilai-nilai anak ADHD.
Judul Jurnal Efektivitas Penerapan Terapi Permainan Sosialisasi Untuk
Menurunkan Perilaku Impulsif Pada Anak Dengan Attention
Deficit Hyperactive Disorder (Adhd)
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa efektif terapi
permainan sosialisasi dalam menurunkan perilaku impulsif
pada anak ADHD
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
terapi permainan sosialisasi efektif diberikan pada anak dengan
ADHD untuk menurunkan perilaku impulsif mereka. Semakin sering
terapi ini diberikan maka semakin rendah perilaku impulsif yang
dimiliki anak-anak ADHD ini. Tingkat penurunan perilaku impulsif
juga bisa dikatakan signifikan. Secara teoritis, hasil penelitian ini
akan berguna untuk menambah pengetahuan yang sudah ada
tentang cara penanganan anak dengan ADHD terutama dalam
konteks pendidikan anak berkebutuhan khusus di sekolah. Secara
ADD A FOOTER 19
praktis, hasil penelitian ini akan memberi informasi pada para guru
dan terapis ABK dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus
(ABK), khususnya anak ADHD yang memiliki kesulitan dalam hal
ADD A FOOTER 20
KELOMPOK 16 / 5B

Anda mungkin juga menyukai