Anda di halaman 1dari 22

PENGGUNAAN DAN TATA TULIS

EJAAN (PELAFALAN, PENULISAN


HURUF DAN KATA)
 Aulia Putri (L011181338)
 Erwan Saputra (L011181339)
 Adinda Rezky
Nurcahyani(L011181341)
 Sri Mulyani Anugerah(L011181346)
 Dwi Andika (L011181347)

KELOMPOK VI
 I.2 Rumusan Masalah
 1. Bagaimana pengertian dari ejaan?
 2. Bagaimana fungsi dari ejaan?
 3. Bagaimana sejarah perkembangan ejaan?
 4. Apa saja ruang lingkup ejaan?

 I.3 Maksud dan Tujuan
 1. Untuk mengetahui pengertian ejaan.
 2. Untuk mengetahui fungsi dari ejaan.
 3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan
ejaan.
 4. Untuk mengetahui ruang lingkup ejaan.
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ejaan
adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi
(kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan
(huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
 Menurut Alex dan Achmad (2010)
 Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan
bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata,
penulisan kata, huruf, dan tanda baca.
 Menurut Wijayanti (2013)
 Ejaan adalah kaidah cara
menggambarkan/melambangkan bunyi-bunyi ujaran
(kata, kalimat, dan sebagainya) dan bagaimana
hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan
dan penggabungannya dalam suatu bahasa).

PENGERTIAN EJAAN
 Ejaan memiliki fungsi yang sangat penting
dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa,
baik itu yang berkaitan dengan pembakuan
tata bahasa ataupun kosakata dan
peristilahan. Fungsi-fungsi tersebut antara
lain adalah sebagai berikut:
 1. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa.
 2. Sebagai landasan pembakuan kosakata
dan peristilahan
 3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur
bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.

FUNGSI EJAAN
 Ejaan Van Ophuijsen
 Awalnya, bahasa Indonesia ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Namun karena
adanya kontak budaya dengan dunia Barat akibat terjadinya penjajahan, maka
digunakanlah huruf Latin. Pada tahun 1900, seorang ahli bahasa dari Belanda
bernama Van Ophuijsen diperintah untuk membuat suatu ejaan yang bisa
dipakai dalam bahasa Melayu. Karena dibantu oleh dua orang pakar bahasa
dari Melayu, ia akhirnya berhasil menggabungkan ejaan Latin dan ejaan
Belanda, yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini diresmikan pada
tahun 1901 dan digunakan selama kurang lebih 46 tahun. Beberapa hal yang
cukup menonjol dalam ejaan van Ophusyen antara lain :
a. Huruf y ditulis dengan j.
b. Huruf u ditlus dengan oe
c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di atas.
d. Huruf j di tulis dengan dj.
e. Huruf c ditulis dengan tj.
f. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch.

SEJARAH PERKEMBANGAN EJAAN


 Ejaan Republik
 Pada masa penjajahan Jepang, pemerintah Indonesia mulai memikirkan
masalah ejaan yang dianggap tak mengikuti perkembangan ejaan
internasional. Karena itulah, pemerintah melalui Mendikbud melakukan
pengubahan ejaan agar sesuai dengan perkembangan zaman. Muncul sebuah
ejaan baru yang resmi menggantikan ejaan Van Ophuijsen. Ejaan tersebut
dikenal sebagai Ejaan Republik dan diresmikan pada tahun 1947. Beberapa
perbedaan yang tampak dalam Ejaan Republik dengan ejaan Ophusyen dapat
diperhatikan dalam uraian di bawah ini:
a. Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan dengan u dalam
Ejaan Republik.
b. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengan k dalam Ejaan
Republik.
 c. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
d. Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
e. Tanda trema (") dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam Ejaan
Republik.
 Ejaan Pembaharuan
 Ejaan pemabahruan merupakan suatu ejaan yang direncanakan
untuk memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu dilakukan
oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia. Konsep Ejaan
Pembaharuan yang telah berhasil disusun itu dikenal sebuah
nama yang diambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai
kepanitiaan ejaan itu. Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo. Pada
tahun 1957 panitia dilanjutkan itu berhasil merumuskan patokan-
patokan ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak
pernah diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum
pernah diberlakukan. Salah satu hal yang menarik dalam konsep
Ejaan Pembaharuan ialah disederhanakannya huruf-huruf yang
berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal. Hal itu, antara
lain tampak dalam contoh dibawah ini.
a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
c. Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
d. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
e. Gabungan konsonan sj diubah menjadi š
Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim
disebut diftong ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay,
aw, dan oy.
 Ejaan Melindo
 Pada akhir tahun 1950-an, sejumlah penulis
merasakan adanya kelemahan pada Ejaan
Republik. Ada beberapa kata-kata yang
dianggap sangat mengganggu penulisan
karena terdapat satu bunyi bahasa yang
dilambangkan dengan dua huruf. Contohnya
seperti ch, ng, sj, tj, dan dj. Para pakar
bahasa menginginkan satu bunyi
dilambangkan dengan satu huruf. Keinginan
tersebut dibawa dalam pertemuan negara
Indonesia dan Malaysia. Hasilnya,
diciptakanlah sebuah ejaan baru bernama
Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Akan
tetapi, ejaan ini tak pernah diresmikan.
 Ejaan Baru (Ejaan LBK)
 Ejaan baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha
yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para
pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK,
juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil
merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi
nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat
keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan
no.062/67,tanggal 19 september 1967.
Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK,
antara lain :
a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j.
b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi j
c. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny
d. Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy
e. Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh
 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
 Pada waktu pidato kenegaraan untuk
memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdakan
Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17
Agustus 1972 diresmikanlah pemakaikan ejaan
baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden
Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden
No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal
dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut
merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia
ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada
tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan
serta penyempurnaan dari pada Ejaan Suwandi
atau ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai
sejak bulan Maret 1947.
 Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI)
 Pada tanggal 30 November 2015,
Permendiknas 46/2009 tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku karena
digantikan oleh Permendikbud 50/2015
tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI).

 1. Pemakaian Huruf
 Dalam bahasa Indonesia, terdapat huruf abjad dan juga penggabungan untuk
melambangkan diftong, seperti au (harimau), atau ng (lambang). Berbeda
dengan bahasa Inggris, ejaan Indonesia menggunakan ejaan fonemis, di mana
hanya ada satu bunyi untuk satu lambang. Hal-hal yang perlu diperhatikan
saat pemenggalan kata adalah harus menggunakan tanda hubung, tidak boleh
memenggal kata dengan garis bawah, tidak boleh memenggal satu huruf,dan
lain sebagainya.
 2. Penulisan Huruf
 Ada banyak sekali jenis huruf, seperti huruf kecil, huruf kapital, dan huruf
miring. Huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, huruf pertama petikan
langsung, huruf pertama nama orang, huruf pertama nama jabatan, huruf
pertama nama orang, dan lain sebagainya. Sedangkan huruf miring dipakai
untuk menulis nama buku atau nama majalah yang dikutip dari karangan
tertentu, menegaskan huruf, kata, atau kelompok kata, serta menulis nama
ilmiah atau ungkapan asing.

RUANG LINGKUP EJAAN


 3. Penulisan Kata
 Kata juga memiliki beragam jenis, seperti kata dasar, kata
turunan, dan lain sebagainya. Kata dasar harus ditulis
sebagai satu kesatuan. Sedangkan untuk penulisan kata
turunan, imbuhan harus ditulis serangkai dengan kata
dasar.
 4. Penulisan Unsur Serapan
 Banyak sekali bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia, salah satu contohnya adalah bahasa Arab. Untuk
menyerap bahasa Arab, kita harus memperhatikan
beberapa hal, seperti unsur mad (panjang) harus
dihilangkan, konsonan yang tak ada dalam bahasa
Indonesia sebaiknya disesuaikan dengan fonem yang
berdekatan dengan fonem bahasa Indonesia. Jika tidak
ada, maka tulislah kata tersebut sesuai dengan lafal
sebenarnya dan jangan lupa gunakan huruf miring.
 . Pemakaian Tanda Baca
 Tanda baca seringkali diabaikan dalam suatu tulisan.
Padahal tanda baca sangat membantu kita dalam
memahami suatu tulisan. Contoh tanda baca antara
lain:
 a. Tanda titik (.)
 b. Tanda koma (,)
 c. Tanda titik koma (;)
 d. Tanda titik dua (:)
 e. Tanda hubung (-)
 f. Tanda tanya (?)
 g. Tanda seru (!)
 h. Tanda kurung ((…))
 i. Tanda garis miring (/)
 j. Tanda pisah (--)
 k. Tanda kurung siku ([])
 l. Tanda petik satu ( ‘ )
 m. Tanda petik dua (“)
 Pelafalan
 Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau
cara pengucapan dalam bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini
sering kita dengar orang melafalkan bunyi bahasa Indonesia
dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah ketidakteraturan
pengguna bahasa dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan
dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai
dengan bunyi yang melambangkan huruf tersebut.
 Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah
bunyi bahasa lain, terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris,
bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam bahasa tersebut,
satu bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf, misalnya /a/
atau /g/, dapat diucapkan dengan berbagai wujud bunyi
bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di sekitarnya. Lain
halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang
berlaku dalam bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-
bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa
yang tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia disesuaikan
dengan tulisan.
 -teknik Lafal yang salah: tehnik Lafal yang benar: teknik [t e k n i
k]
 -tegel Lafal yang salah: tehel Lafal yang benar: tegel [t e g e l]
 -energi Lafal yang salah: enerhi, enersi, enerji Lafal yang benar:
energi [e n e r g i]
 Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai singkatan
kata dengan huruf. Sebaiknya pemakai bahasa memperhatikan pelafalan yang
benar seperti yang sudah dibakukan dalam ejaan.
 Perhatikan pelafalan berikut!
 -TV Lafal yang salah: [tivi] Lafal yang benar: [t e ve]
 -MTQ Lafal yang salah: [emtekyu], [emtekui] Lafal yang benar: [em te ki]
 Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan
huruf pada penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan
bahwa penulisan dan pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hukum,
lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan
kaidah ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan lain. Pertimbangan
yang dimaksud ialah pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan,
dengan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau
Ejaan yang Disempurnakan. Jadi, pelafalan nama orang dapat saja diucapkan
tidak sesuai dengan yang tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut.
 Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau
nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama
tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak
sesuai dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut
dari pakar yang bersangkutan.
 Perhatikan contoh berikut!
 - coca Lafal yang benar: cola [ko ka ko la]
 - HCI Lafal yang benar: [Ha Se El]
 Pemakaian Huruf
 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
menggunakan 26 huruf didalam abjadnya,
yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan
huruf /z/. Beberapa huruf di antaranya, yaitu
huruf /f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan huruf
serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut
dipakai secara resmi di dalam bahasa
Indonesia. Dengan demikian, pemakaian
huruf itu tetap dipertahankan dan jangan
diganti dengan huruf lain.
 Contoh:
 - fakta tidak boleh diganti dengan pakta
 - aktif tidak boleh diganti dengan aktip
 Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan
ke dalam bahasa Indonesia, harus kita ingat
ketentuan pemakaian huruf /q/ dan /x/. Huruf
/q/ hanya dapat dipakai untuk nama istilah
khusus, sedangkan untuk istilah umum harus
diganti dengan huruf /k/. Demikian pula huruf
/x/ dapat dipakai untuk lambang, seperti xenon,
sinar x, x, + y. Huruf /x/ apabila terdapat pada
tengan kata dan akhir kata diganti dengan huruf
gugus konsonan /ks/.
 Contoh:
 - Quran tetap ditulis Quran (nama)
 - aquarium harus ditulis dengan akuarium
 Pemisahan Suku Kata
 Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal.
Huruf vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan.
Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada
penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap baris
tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan
kata berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari kelurusan
baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk
memudahkan pengetikan. Penulisan harus mengikuti kaidah-
kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang
Disempurnakan seperti berikut ini.
 1) Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan,
pemisahan dilakukan di antara vokal tersebut. Contoh:
 Main ma-in, taat ta-at
 1. Apabila di tengan kata terdapat dua konsonan berurutan,
pemisahan dilakukan di antara kedua konsonan tersebut. Contoh :
 ambil am-bil undang un-dang
 2. Apabila di tengan kata terdapat konsonan di antara dua vokal
pemisahannya dilakukan sebelum konsonan. Contoh:
 bapak ba-pak sulit su-lit
 Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan, pemisahannya dilakukan di antara konsonan pertama dan
konsonan kedua. Contoh:
 bangkrut bang-krut instumen in-stru-men
 4. Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, penyukuannya dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh:
 minuman mi-num-an bantulah ban-tu-lah
 5. Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan ada huruf yang berdiri sendiri, baik vokal maupun konsonan.
Contoh:
 Salah
 ikut j-
 uga
 masalah i-
 tu
 Benar
 ikut ju-
 ga
 masalah
 itu
 6. Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan diletakkan di bawah huruf dan juga tidak boleh berjauhan
dengan huruf, tetapi diletakkan di samping kanan huruf.
 Contoh:
 Salah Benar
 pengam
 bilan.
 bela -
 jar
 Benar
 pengam-
 bilan .
 bela-
 jar


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai