Anda di halaman 1dari 35

Pendahuluan

Anestesi regional (RA) dan anestesi umum (GA) adalah teknik anestesi
yang umumnya digunakan untuk operasi Sesar (Sectio Caesarea), keduanya
1 memiliki kelebihan dan kekurangan.

Operasi caesar dilakukan ketika seorang bayi dilahirkan melalui sayatan di


2 perut ibu dan dinding rahim.

Dengan anestesi regional (anestesi epidural), anestesi dimasukkan ke


dalam ruang di sekitar tulang belakang pasien, sementara dengan
3 anestesi spinal, obat ini disuntikkan ke dalam kolom tulang belakang
pasien.
Nama : Ny.R

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 24 Tahun

Status Marrital : Menikah

Agama : Islam

Status Paritas : G1P0A0

Tanggal Masuk RS : 08 Agustus 2019


Laporan Kasus
Identitas Pasien
Anamnesis

Keluhan Utama : Os Mengeluh


keluar air-air dari jalan lahir sejak ±
12 jam SMRS.

Riwayat penyakit sekarang:


Os datang dengan keluhan keluar air-air
sejak ± 12 jam SMRS, nyeri perut yang
menjalar ke pinggang, keluar darah
bercampur lendir (+).
Pasien sudah menikah selama 1 tahun.
Riwayat penggunaan KB (-).
Cont ...
绪论
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), Alergi (-), Riwayat Operasi (-)
研究方法与思路

Riwayat Penyakit Keluarga


关键技术与难点
Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), Alergi (-)

成果与应用
Riwayat Kebiasaan dan Gaya Hidup
Merokok (-), Alcohol (-)
相关建议

Riwayar Obat-Obatan (-)


论文总结

5
Pemeriksaan Fisik

Kesadaran: Compos Tanda- Tanda Vital Kepala : Normochepal


Mentis GCS E4V5M6 = 15 Tekanan darah : 110/80 mmHg Mata : SI -/-, CA -/-, RC +/+, isokor
TB/BB : 157 cm/ 75 kg Suhu : 36,7 c +/+
Nadi: 82 x/menit THT : Dalam Batas Normal
RR: 22 x/menit Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks
• Inspeksi : Simetris, jejas (-)
• Palpasi : Vokal Fremitus +/+, krepitasi (-), nyeri
tekan (-)
• Perkusi : Sonor (+)
Abdomen • Auskultasi: Cor :Reguler BJ I, II, Gallop (-),
Murmur (-)
Inspeksi : Cembung sesuai kehamilan, linea (+)
Pulmo :Vesikuler +/+, Wheezing -/-,
striae (+),
Rhonki -/-.
Palpasi : TFU 31 cm, letak punggung janin kiri,
presentasi kepala, taksiran berat
janin 3100 gram, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani (+) Genitalia: dalam batas normal
Auskultasi : DJJ 151 x/menit, bising usus (+) Ekstremitas: akral hangat, capillary refill <2 detik
normal
Pemeriksaan Penunjang
Cont..
Tindakan Anestesi ( Peri - Operatif )
• Metode : Anestesi Regional
Persiapan Pra Anestesi • Premedikasi
• Pasien telah diberikan informed • Ranitidin 50 mg
consent • Ondansetron 4 mg
• Puasa sebelum tindakan operasi • Dexamethasone 50 mg

Anestesi Regional
• Teknik : Spinal anestesi
• Lokasi Tusukan :L3–4
• Obat Anestesi Lokal : Buvipacaine 15 mg
• Adjuvant : Morfin 0,1 mg
• Pemeliharaan : O2
Status Asa
Diagnosis
1/ 2 / 3/ 4 / 5 / E G1P0A0 gravida 37-38 minggu janin tunggal hidup
intrauterine presentasi kepala + KPD

9
• Letak Penderita : Supine

• Penyulit Waktu Anestesi : Tidak Ada

• Lama Anestesi : ± 1 jam

• Jumlah Perdarahan : ± 250 cc


Keadaan
• Jumlah Urin : 100cc
Selama
Operasi • Jumlah cairan

Input : RL 4 kolf

Total : 2000 ml

Output : Perdarahan ( ±250 cc )


Urine (±100 cc)

10
• BB • 75 Kg

• M : 2 cc/ KgBB

• Maintenance • M : 2 cc x 75

Kebutuhan • M : 150 cc

Cairan • Pengganti
• P=6xM

• P = 6 x 150
Puasa
• P = 900 cc

• O = BB x 6 cc (operasi sedang)
• Stress
• O = 75 x 6 cc
Operasi
• O = 450cc
Kebutuhan Cairan Selama Operasi

Jam I Jam II
½ (P) + M + O ¼ (P) + M + O
= ½ (900) + 150 + 450 = ¼ (900) + 150 + 450
= 1050 cc = 825 cc

ABL = Δ Ht x EBV x 3
100 EBV = 65 x BB
= (37-28) x 4875 x 3 = 65 x 75
100 = 4875 cc
= 1316.25 cc
Monitoring Anestesi
Jam Tindakan Nadi (x/menit) Saturasi O2 TD (mmHg) RR (x/menit)
(%)

08.15  Pasien masuk ke kamar operasi, dan dipindahkan ke meja


08.20 operasi 90 98 115/75 18
08.30  Pemasangan monitoring tekanan darah, nadi, saturasi O2 86 99 108/68 20
08.45 dan urin bag dikosongkan. 85 99 105/65 18
08.47  Diberikan cairan RL 1 kolf dan obat premedikasi 88 98 108/60 20
08.50  Obat spinal dimasukkan setinggi L3-L4 (Bupivacaine 15 70 99 109/62 22
09.00 mg) 105 97 90/63 20
09.15  Pasien diposisikan telentang 75 98 90/60 18
09.30  Operasi dimulai 84 98 98/68 18
09.45  Kondisi terkontrol
10.00  Operasi selesai
10.15  Pelepasan alat monitoring
 Pasien dipindahkan ke RR
Scoring Aldrete Ruang Pemulihan
Aktivitas : 1
Masuk Jam : 10.12 WIB
Pernafasan : 2

Kesadaran : Composmentis GCS : 15

TD : 110/70 MmHg, N : 98x/i, RR : 20x/i


Warna Kulit : 2
Sirkulasi : 2 Pernafasan Baik

Kesadaran : 2
Total : 9
Monitoring tanda vital dan perdarahan
tiap 15 menit

Tirah baring menggunakan bantal

Boleh minum dan makan bertahap

Instruksi lain sesuai dr. Hanif M. Noor,


Sp.OG

Instruksi Anestesi Post Operasi


Anatomi Medulla Spinalis
Anestesi Spinal
Indikasi

Bedah ekstremitas bawah

Bedah panggul

Tindakan sekitar rectum-perineum

Bedah obsetri-genekologi

Bedah urologi

Bedah abdomen bawah


Kontraindikasi Absolut Kontraindikasi relative
• Pasien menolak • Infeksi sistemik (sepsis,
• Infeksi pada tempat suntikan bakteremi)
• Hipovolemia berat, syok • Infeksi sekitar tempat suntikan
• Koagulopati • Kelainan neurologis
• Tekanan intracranial meninggi • Kelainan psikis
• Fasilitas resusitasi minim • Bedah lama
• Kurang pengalaman atau tanpa • Penyakit jantung
didampingi konsultan • Hipovolemia ringan
anesthesia • Nyeri pinggang kronis
Derajat blok motorik anestesi spinal
Derajat blok motorik Kriteria Bomage Persentase skor

Tidak ada blok Menekuk sempurna lutut dan kaki 0


Blok parsial Hanya mampu menekuk lutut pergerakan 33
kaki sempurna

Hampir lengkap Tidak dapat menekuk lutut, fleksi parsial 66


kaki

Lengkap Tidak mampu menggerakkan tungkai atau 100


kaki
Pemeriksaan dan Persiapan Pra Anestesi
• Lidokaine (xylobain, lignokain) 2%: sifat isobarik, dosis 20-
100mg (2-5ml)

Anestetik lokal • Lidokaine (xylobain, lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: sifat

yang paling
hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)

sering
digunakan • Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: sifat isobarik, dosis 5-20mg
(1-4ml)

• Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: sifat hiperbarik,


dosis 5-15mg (1-3ml)

22
Teknik Anestesi Spinal
Obat Anestesi spinal

Dosis 7,5 – 15 mg bupivacaine intratekal cukup untuk bedah SC. Blok saraf
dilakukan pada ketinggian L3 – L4 atau L4 – L5 menggunakan jarum spinal
nomor 25 atau 27. Bupivacaine digunakan sebagai blockade saraf. Opioid
seperti fentanyl atau morfin dapat menambah efek analgesic yang
dihasilkan oleh anestesi local melalui pengikatan dengan reseptor spinal
yang spesifik. Oleh karena itu opioid dapat menurunkan dosis dari
bupivacaine yang diperlukan untuk mendapatkan efek adekuat dari
anestesi pada operasi.
Komplikasi Pasca TIndakan
Nyeri tempat suntikan

Nyeri punggung

Nyeri kepala karena kebocoran liquor

Retensio urin

Meningitis

25
Komplikasi tindakan
Anestesi Spinal

• Hipotensi berat
• Bradikardia
• Hipoventilasi

• Trauma pembuluh darah


• Trauma saraf
• Mual-muntah

• Gangguang pendengaran
• Blok spinal tinggi atau spinal total.

26
• Termasuk indikasi untuk melakukan operasi, urgensi, keinginan
pasien dan dokter kandungan, dan keterampilan dokter anestesi.
Pemilihan teknik anestesi ditentukan oleh pertimbangan untuk
keselamatan ibu, masalah teknis, dan keahlian ahli anestesi.
• Anestesi regional adalah pilihan.

Anestesi pada SC emergency


• Os datang dengan keluhan keluar air-air sejak ± 12 jam SMRS, nyeri perut yang
menjalar ke pinggang, keluar darah bercampur lendir (+). Pasien belum pernah
menggunakan KB sebelumnya.
• Pada saat kunjungan pra anestesi (anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang), didapatkan kesadaran compos mentis, GCS E4M6V5.
Status fisik pada pasien ini adalah ASA 2. Pada tanda-tanda vital TD 110/80
mmHg, respirasi 20 x/ menit, nadi 84 x/ menit dan suhu 36,5 °C.

Analisa Kasus
Premedikasi

Pada pasien ini diberikan obat-obat premedikasi yaitu


Ondansentron 4 mg (IV), Dexametasone 5 mg (IV), dan
Ranitidine 50 mg (IV).

Dalam pemberian obat premedikasi pada pasien ini


terdapat kesalahan waktu pemberian obat.

Obat premedikasi seharusnya diberikan di ruangan rawat


1-2 jam sebelum dilakukan induksi, namun pada pasien
diberikan sekitar 15 menit sebelum induksi spinal.
• Pasien direncanakan akan dilakukan Regional Anestesi
(Anestesi spinal).
• Induksi menggunakan Bupivacaine HCL yang merupakan
anestesi lokal golongan amida. Cara kerjanya yaitu memblok
proses konduksi syaraf perifer jaringan tubuh, bersifat
reversibel.
• Anastesi spinal lebih baik digunakan pada seksio sesarea,
karena menguntungkan bagi ibu dan bayi.
Monitoring Intraoperatif

• Pada pasien dengan anestesi spinal, maka perlu dilakukan monitoring


tekanan darah serta nadi setiap 15 menit sekali untuk mengetahui
penurunan tekanan darah yang bermakna.
• Hipotensi terjadi bila terjadi penurunan tekanan darah sebesar 20-30% atau
sistole kurang dari 100 mmHg.
• Namun bila dengan cairan infus masih terjadi hipotensi, maka dapat
diberikan vasopresor berupa efedrin dengan dosis 10 mg intravena.
Kebutuhan Cairan
• 1050 cc pada jam pertama

• 825 cc pada jam kedua

• 250 cc untuk mengganti kehilangan cairan pada perdarahan intraoperatif

• 100 cc untuk mengganti kehilangan cairan urin

• Jumlah seluruh cairan yaitu 2225 cc, maka pemberian 2500 ml kristaloid selama operasi sudah mencukupi kebutuhan
cairan pasien
Anestesi regional menjadi teknik yang lebih disukai pada section caesarea
karena anestesi umum dikaitkan dengan risiko yang lebih besar untuk
terjadinya morbiditas dan kematian ibu. Spinal anestesi adalah pemberian
obat anestetik lokal dengan cara menyuntikkan ke dalam ruang
subarakhnoid.

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
• Rofiq A, D Sutiyono. Perbandingan Antara Anestesi Regional Dan Umum Pada Operasi Caesar.
Journal Anestesi Indonesia (serial online) 2009. (diakses Apr 19 2013); 1(3) (16 layar).
• Nugroho AM. Anestesia Obstetrik. Dalam: Soenarto RF, S Chandra, editor. Buku Ajar
Anestesiologi. Jakarta: Departemen Anestesiologi dan Intensive Care Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia / RS Cipto Mangunkusumo Jakarta; 2012. Hal 351 – 373.
• Winkjosastro H. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi ke-1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2007. Hal 133-134.
• Fakultas Kedokteran Universitas Jambi. Catatan Anestesi. Jambi; 2012. Hal 21-24.
• Latief S, KA Suryadi, MR Dachlan. Edisi ke-2: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2001. Hal 105 – 112.
• Chris Ankcorn dan William F Casey. Spinal anaesthesia-a practical guide. Available from :
http://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/u03/u03_003.htm. Diakses tanggal 18 April 2013.
• Muhaiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R. Anestesiologi. Disusun Staf Pengajar, Bagian
Anestesiologi dan terapi Intensif FKUI, Jakarta, 1989. Hal 123-133.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai