Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 4

KELAS : VI.C
Hari / Jam : Selasa / 08:00 - 09:40
Anggota :
1. Sasmiarti (1501168) (Cari Bahan dan Buat ppt)
2. Yolla Erman Novita Sari (1501147) ( Cari Bahan dan Buat ppt)
3. Hafizah (1501017) (Cari Bahan dan Buat PPT)
4. Supina (1501110) (cari bahan dan buat ppt)
5. Melani Antika suri (1401147) (cari bahan dan buat ppt)
6. Rian Gustang (1501043) (Cari bahan dan buat ppt)
7. Keke maya andela (1501132) Dosen Pengampu
(Cari bahan :Ifora
dan buat ppt) M. Farm,Apt
8. Harias Tuti (1501080) (cari bahan dan buat ppt)
Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit).
Atau pneumonia merupakan infeksi diujung bronkial dan
alveoli yang dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti
bakteri, jamur, virus dan parasit. Pneumonia menjadi penyebab
kematian tertinggi pada balita dan bayi serta menjadi penyebab
penyakit umum terbanyak.
Berdasarkan survey Kesehatan Nasional tahun 2001 diketahui bahwa
infeksi Pernapasan (pneumonia) menjadi penyebab kematian Balita
tertinggi (22,8%) dan penyebab kematian Bayi kedua setelah gangguan
perinatal. Prevalensi tertinggi dijumpai pada bayi usia 6-11 bulan. Tidak
hanya pada balita. Infeksi pernapasan menjadi penyebab kematian umum
terbanyak kedua dengan proporsi 12,7%. Tingginya prevaensi infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA) serta dampak yang ditimbulkannya
membawa akibat pada tingginya konsumsi obat bebas (seperti anti
influenza, obat batuk, multivitamin) dan antibiotik. Dalam kenyataan
antibiotika banyak diresepkan untuk mengobati penyakit ini. Peresepan
antibiotika yang berlebihan tersebut terdapat pada infeksi saluran napas
khususnya infeksi saluran napas atas akut, meskipun sebagian besar
penyebab dari penyakit ini adalah virus.
1. Berdasarkan klinis dan epideologis
a. Pneumonia komuniti
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakteri / tipikal
b. Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma, Legionella
dan Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia interstisial
Tanda serta gejala yang lazim dijumpai pada
pneumonia :
1. Demam
2. Tachypnea
3. Takikardia
4. Batuk yang produktif
5. Perubahan sputum baik dari jumlah maupun
karakteristiknya
6. Nyeri dada pada saat bernafas
Patofisiologi
Sistem pertahanan tubuh terganggu menyebabkan virus masuk kedalam tubuh
setelah menghirup kerosi atau inhalasi gas yang mengiritasi. Mekanisme pertahanan
lanjut berupa sekresi IgA lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit,
komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang
diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas
terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk kesaluran
nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komersal dari saluran nafas
bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatakan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran napas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.
Ketika mikroorganisme penyebab pneumonia berkembang biak, mikroorganisme
tersebut mengeluarkan toksin yang mengakibatkan peradangan pada parenkim paru
yang dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus alveolus. Hal tersebut
dapat memicu perkembangan edema paru dan eksudat yang mengisi alveoli
sehingga mengurangi luas permukaan alveoli untuk pertukaran karbondioksida dan
oksigen sehingga sulit bernafas.
Patofisiologi
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi ekssudatif jaringan ikat
paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar atau intersisial. Pneumonia bakteri
dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi
cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin dan infiltrasi nutrofil, yang dikenal dengan
stadium hepatisasimerah. Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance
paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching)
yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen
menyebabkan peningkatan kerja jantung.
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukanfibrin dan disintegrasi
progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisi kelabu). Pada kebanyakan kasus , resolusi
konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara enzimatik untuk
selanjutnya direabsorbsi dan dikeluarkan melalui batuk. Apabila infeksi bakteri
menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya
empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan, namun
kebanyakan penyebab penebalan jaringan ikat dan pembentukan perlekatan
1. Usia tua atau anak – anak
2. Merokok
3. Adanya penyakit paru yang menyertai
4. Infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus
5. Splektomi (Pneumococcal Pneumonia)
6. Obstruksi bronkial
7. Perubahan kesadaran
Komplikasi yang dapat terjadi :
1. Efusi pleura.
2. Empiema.
3. Abses Paru.
4. Pneumotoraks.
5. Gagal napas.
6. Sepsis.
1. Pemberian antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati pneumonia
yang disebabkan bakteri. Sebaliknya, antibiotik tidak
berguna untuk pneumonia yang disebabkan virus,
meskipun kadang juga digunakan untuk mengobati atau
mencegah infeksi bakteri yang dapat muncul pada
kerusakan paru oleh pneumonia yang disebabkan virus.
Pneumonia yang disebabkan oleh virus influenza A
dapat diobati dengan rimantadini atau amantadine.
1. Pemberian oksigen yang dilembabkan pada pasien yang
menunjukkan tanda sesak, hipoksemia.
2. Bronkhodilator pada pasien dengan tanda bronkhospasme
3. Fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sputum
4. Nutrisi
5. Hidrasi yang cukup, bilaperlu secaraparenteral
6. Pemberian antipiretik pada pasien dengan demam
7. Nutrisi yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA

- Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina


Kefarmasian Dan Alat Kesehatan (Ditjen Binfar & Alkes). 2005.
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.

- Elizbeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi: Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai