Anda di halaman 1dari 22

Anggota Kelompok 6

Anggun Sri Utami


Oktoberti Gadi Doke
Ranie Robiatul Adawiyah
Muslimah
Georgene Gaskill Eakes

Ia seorang Profesor Emeritus di East
Carolina University College of Nursing.

Eakes tertarik dengan isu kematian, dying,


respon berduka dan kehilangan saat ia
mengalami cidera parah yang mengancam
nyawanya karena kecelakaan mobil. Eakes
melakukan banyak penelitian dan praktik
terkait kondisi pasien terminal, dying,
respon berduka dan respon kehilangan
(Coughlin & Sethares, 2017; Alligood 2014).
Mary Lermann Burke

Riwayat pendidikan Burke di bidang
keperawatan anak menjadikannya
mendapat penghargaan Certificate in Parent-
Child Nursing and Interdisciplinary Training
in Development Disabilities.

Pada tahun 1998, ia mendapat


penghargaan atas karyanya dalam
mengembangkan instrumen dalam
penelitian chronic sorrow.
Margaret A. Hainsworth

Hainsworth tertarik pada topik penyakit
kronis dan chronic sarrow sejak ia menjadi
fasilitator pada kelompok dukungan
untuk pasien wanita denga multipel
sklerosis.
Selanjutnya Hainsworth bergabung
dengan Burke dalam penelitian chronic
sarrow NCRCS pada tahun 1989 hingga
pada tahun 1999 mereka mendapatkan
penghargaan Best of Image Award in
Theory dari Sigma Theta Tau International
(Alligood, 2014).
Konsep Teori

Konsep chronic sorrow berasal dari karya Olshansky
pada tahun 1962 yang selanjutnya dikembangkan oleh
tim Eakes, Burke dan Hainsworth dalam NCRCS.

Penelitian terkait chronic sorrow berkembang sekitar


tahun 1980 dengan temuan reaksi kesedihan
berkepanjangan pada orangtua dan pengalaman
berduka dalam berhubungan dengan kondisi anak
dengan disabilitas fisik dan mental (Eakes, Burke &
Hainsworth, 1998; Alligood, 2014).
Chronic sorrow

Merupakan respon normal manusia yang berhubungan
dengan disparitas berkelanjutan sebagai akibat dari
situasi kehilangan.
Dalam kondisi tersebut terdapat pencetus yang
memperberat respon berduka, bersifat internal maupun
eksternal yang dapat diprediksi.
Manusia memiliki strategi koping yang efektif dalam
mencapai keseimbangan saat mengalami chronic sorrow.
Pada dasarnya, chronic sorrow disebabkan oleh
disparitas antara kondisi harapan dan kenyataan
(Eakes et al., 1998; Alligood, 2014).
Konsep Dalam Middle Range
Theory Chronic Sorrow

 Chronic sorrow (berduka kronis)
Disparitas secara terus-menerus sebagai akibat dari
proses kehilangan, ditandai dengan duka mendalam.
 Loss (kehilangan)
Kehilangan terjadi sebagai akibat dari disparitas
antara situasi ideal yang yang diinginkan dengan
situasi nyata yang terjadi.
Konsep Dalam Middle Range
Theory Chronic Sorrow

 Trigger Events (peristiwa pencetus)
Kondisi yaang berfokus dari pengalaman atau
perasaan kehilangan dan dapat memunculkan
kembali reaksi perasaan berduka
 Management Methods
Respon individu untuk berdamai dengan dukacita
yang di rasakan.
Respon internal yaitu strategi koping individu
Respon eksternal yaitu melibatkan intervensi dari
tenaga kesehatan profesional.
Konsep Dalam Middle Range
Theory Chronic Sorrow

 Ineffective Management
Manajemen ini merupakan hasil dari strategi yang
meningkatkan keetidaknyamanan individual.
 Effective Management
Strategi yang meningkatkan kenyamanan dan
mempengaruhi individu.
Manajemen pengelolaan ini akan menuju pada
Model Teoritis kondisi efektif maupun inefektif. Apabila
pengelolaan kondisi chronic sorrow bersifat efektif

Chronic Sorrow maka akan meningkatkan kenyamanan dan


sebaliknya apabila manajemen bersifat inefektif
akan meningkatkan ketidaknyamanan
Chronic sorrow disebabkan oleh
pengalaman kehilangan yang bersifat
kejadian tunggal atau kejadian yang
terjadi berulang dan menimbulkan
disparitas yang diperburuk dengan
adanya kejadian pencetus hingga
individu berada pada kondisi chronic
sorrow. Disparitas yang dimaksud adalah
ketidaksesuaian antara kejadian harapan
dengan kenyataan yang terjadi
berhubungan dengan proses kehilangan.
Dalam manajemen pengelolaan kondisi
chronic sorrow yang dapat bersifat internal
(strategi koping individu tersebut)
maupun eksternal (memanfaatkan
intervensi dari tenaga kesehatan).
Analisis Teori

 Clarity (Kejelasan)
 Simplicity (kesederhanaan)
 Generality (generalisasi/keumuman)
 Empirical Precision (presisi empiris)
 Derivable Consequence (komsekuensi yang didapat)
Kasus

An.S seorang wanita umur 9 tahun sejak kecil mengalami Retardasi
mental sekarang dia sekolah di SLB kelas III, kemajuan yang didapat
belum menunjukkan hal- hal lebih baik, masih harus dibantu oleh
keluarga terutama ibunya dalam hal berpakaian, makan, toilet,
mandi belum bisa mandiri masih harus dibantu. Ibunya kadang
dengan senang hati membantu anaknya, namun kadang merasa
jenuh, marah-marah, kadang menyesal mempunyai anak seperti bila
An.S susah untuk diatur, apalagi sekarang An.S telah mengalami
menarche tentu saja perawatan ketika haid harus diberikan tetapi
namanya An.S emang susah untuk diatur ibunya semakin khawatir
dengan keadaan tersebut takut terjadi apa-apa, khawatir dengan
pergaulannya, kebersihannya apalagi sekarang ibunya sering
mengalami migrain, kadang tekanan darah naik.
Chronic Sorrow (Berduka
Kronis)

kesedihan dan kehawatiran mendalam dialami oleh
keluarga karena An. S adalah anak dengan
keterbatasan mental/ disabilitas yang merupakan
harapan untuk orang tuanya dimasa depan.
Loss (Kehilangan)

Orang tua An. S menghadapi loss atau kehilangan anak
normal/ sempurna. Orang tua mengharapkan
(idealnya) anak mereka bisa hidup dan beraktivitas
dengan normal seperti anak yang lain, tetapi kenyataan
anak yang mereka lahirkan mengalami
keterbelakangan mental atau disabilitas sehingga
memiliki keterbatasan dalam beraktivitas terutama
memahami kondisi emossional anak disabilitas yang
tidak menentu terutama saat ini An. S sedang
mengalami menarche.
Trigger Events (peristiwa
pencetus)

An. S merupakan anak disabilitas yang memiliki
kehidupan remajanya tidak sesuai harapan (kondisi
emosional dan ideal diri). An. S tidak mampu
beraktivitas seperti remaja umumnya dan keterbatasan
komunikasi yang membuat An. S susah untuk
mengeksplorasi keinginannya dan menyampaikan
keinginannya.
Management Method

Secara internal kedua orang tua dan anak berusaha
menggunakan strategi koping untuk mengidentifikasi
proses berduka. Secara eksternal didapat dari
dukungan keluarga terutama ibu yang selalu
membantu An. S dalam melakukan segala aktivitas.
Pengkajian Keperawatan
 Tahap perkembangan ; 
1. An.S berada pada umur 9 tahun mengalami penurunan pada
perkembangan mental
2. An.S sudah memgalami Menarche
3. Ibunya berada dalam chronic sorrow selama 9 tahun
 Kebudayaan/ kebiasaan-kebiasaan ; Kebutuhan sehari- hari dibantu oleh
ibunya
 Kepercayaan/ spiritual; Ibunya memang sudah pasrah kepada Tuhan yang
Maha esa, namun kadang merasa putus asa dan menyesal mempunyai anak
seperti itu
 Kondisi sosial ekonomi sebagai support sistem ; Keluarga An.S orang yang
cukup berada terbukti An.S disekolahkan di SLB
 Kondisi psikologis :
 Ibu mengalami chronic sorrow, merasa jenuh, kadang menyesal dengan
keadaan anaknya
 Ibunya ketakutan terhadap An.S karena sudah mengalami menarche, takut
dan khawatir terhadap kebersihan ketika datang bulan dan pergaulannya
Diagnosa Keperawatan

 Tidak efektif koping keluarga

 Kurang pengetahuan keluarga tentang tumbuh


kembang anak berhubungan dengan kurangnya
informasi
Intervensi Keperawatan
 Tidak efektif koping keluarga 
1. Bantu keluarga mengenal masalah yang terjadi dalam keluarga
2. Bantu keluarga mengidentifikasi cara menelesaikan masalah yang
sudah dilakukan
3. Bantu keluarga memilih alternatif pemecahan masalah secara
sehat
4. Latih keterampilan keluarga dalam manajemen konflik
5. Komunikasi terbuka dan memenuhi kebutuhan anggota keluarga
yang bermasalah
 Kurang Pengetahuan keluarga tentang tumbuh kembang anak
berhubungan dengan kurangnya informasi
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang tumbuh kembang anak
2. Berikan pendidikan kesehatan tentang tumbuh kembang anak
3. Libatkan orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak
4. Bantu klien dalam memperoleh pengetahuan
Implementasi Keperawatan
Tangga/waktu Implementasi

17 Oktober 2012
08.00
Dx 1

1. Membantu keluarga mengenal masalah yang terjadi dalam
keluarganya
08.30 2. Membantu keluarga mengidentifikasi cara menyelesaikan
masalah yang sudah dilakukan
09.00 3. Membantu keluarga memilih alternatif pemecahan masalah
secara sehat
09.15 4. Melatih keterampilan dalam manajemen konflik
09.30 5. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang bermasalah

Dx 2
09.45 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang tumbuh
kembang anak
10.00 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tumbuh kembang
anak
11.15 3. Melibatkan orangtua dalam kesehatan anak
11.30 4. Memberikan pengetahuan tentang masalah yang diderita anak
Evaluasi

Tanggal/waktu Evaluasi

17 Oktober 2012 S : Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya yang


14.00 belum menunjukkan adanya kemajuan ke hal-hal yang lebih
baik

O: Aktivitas An”S” masih dibantu oleh ibunya

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai