Anda di halaman 1dari 61

KULIAH HIDROGEOLOGI

(MGT-321)

Ir. Abdurrachman Asseggaf, MT


BAB I. Pendahuluan
BAB II. Analisis Geometri Akifer
BAB III. Dasar Aliran Airtanah
BAB IV. Sifat Fisik Hidrolika Batuan; Latihan Korelasi
Bab V. Aliran Airtanah Pada Sumur
Bab VI. Hidrolika Airtanah
Bab VII. Uji Pemompaan Airtanah + Soal Latihan
Bab VIII. Eksplorasi Airtanah; Latihan Peta MAT
Bab IX. Pemantauan Airtanah & Resapan Buatan
UTS (Bab I – Bab VII)
Latihan Uji Pompa
Bab X. Kimia Airtanah
Bab XI. Evolusi Ion-ion Utama : Soal Hidro Kimia
Bab XII. Intrusi Airlaut
Bab XIII. Pencemaran Airtanah
Bab XIII Pemantauan Airtanah & Resapan Buatan
Diskusi Kasus Airtanah
Ujian Kimia Airtanah – Pencemaran Airtanah
UAS

NAS = 10% Absensi + 15% Kuiz + 15% Laporan/Tugas + 25% UTS + 35% UAS
Absensi ≥ 70% dari kehadiran kuliah.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. PERKEMBANGAN HIDROGEOLOGI
1.2. HIDROGEOLOGI FISIKA SEBELUM AWAL 1940
1.3. HIDROGEOLOGI KIMIAWI SEBELUM AWAL 1960
1.4. HIDROGEOLOGI SETELAH 1960
1.5. HUBUNGAN DI ANTARA HIDROGEOLOGI dan ILMU GEOLOGI LAIN
1.6. LINGKUNGAN SUMBERDAYA AIR
1.7. SIKLUS HIDROLOGI
1.7.1. SUMBER INFORMASI
1.8. AIRTANAH INDONESIA
1.9. KLIMATOLOGI
1.9.1. CURAH HUJAN
1.9.2. EVA POTRANSPIRASI
1.1. PERKEMBANGAN HIDROGEOLOGI
Beberapa peneliti yang kemudian menulis buku mengenai terdapatnya air pada permukaan
tanah ataupun di bagian bawahnya :
 Lammark (1802) HYDROGEOLOGY
 Tolman (1937) GROUNDWATER
 Todd (1959 & 1980) GROUNDWATER HYDROLOGY
 Dewiest (1965) GEOHYDROLOGY
 Davis & Dewiest (1966) HYDROGEOLOGY
 Freeze & Cherry (1979) GROUNDWATER
 Dominico & Schwartz (1990) PHYSICAL AND CHEMICAL HYDRO-GEOLOGY

Masalah penggunaan istilah GEOHYDROLOGY ataupun HYDROGEOLOGY telah sering


diperdebatkan :
GEOHYDROLOGY  Lebih ditekankan pada aspek-aspek geologi airtanahnya.
HYDROGEOLOGY  Penekanan lebih luas pada hidraulik dan aliran cairannya.

Mead (1919) mempublikasikan buku Hidrologi yang mendefinisikan Hydrogeology sebagai suatu
studi dari hukum-hukum terdapatnya aliran (mengalirnya) air di bawah muka tanah. Mead
menekan pentingnya airtanah (groundwater) sebagai suatu bagian geologi.

Meinzer (1949) mengedit buku Hydrology, dan ia mendefinisikan dalam konteks “Siklus
Hidrologi”, ditandai oleh berkembangnya :

“Butir air berasal dari cekungan laut  Atmosfer  Benua dan akhirnya kembali ke cekungan
laut.”
MEINZER (1949) membagi siklus hidrologi menjadi :
• Hidrologi Permukaan.
• Hidrologi Bawah Permukaan atau disebut dengan Geohidrologi, yang lebih ditekankan
pada sumurnya.
1.2. HIDROGEOLOGI FISIKA SEBELUM AWAL 1940
Pada masa ini ahli-ahli Hidrogeologi yang bekerja di lapangan menggunakan peralatan seperti
palu, kompas, dan alat pengukur muka air serta tekanan cairan. Di sini terdapat 2 bagian
penting :
1. HENRY DARCY (1856) :
Hukum yang memerikan mengenai aliran airtanah (pergerakannya).
2. HENRY DARCY dan T.C. CHAMBERLIN (1885) :
Yang memerikan terdapatnya air dan aliran di bawah kondisi Artesis.
Puncak masa ini terjadi pada tahun 1923 ketika Meinzer mempublikasikan buku mengenai
terdapatnya airtanah di A.S., ada 4 (empat) tahapan yang dibutuhkan dalam penyediaan air
yang berasal dari airtanah :
1. Eksplorasi.
2. Pengembangan.
3. Inventarisasi.
4. Manajemen.
Meinzer dan Stearns (1928) mengemukakan suatu teori dalam inventarisasi sumberdaya air
melakukan pengukuran, pendugaan air yang masuk dan keluar dalam tubuh airtanah
(cadangan) serta perubahannya setiap waktu. Studi ini membutuhkan informasi rinci untuk
menjelaskan hubungan antara air bawah permukaan dan komponen lain yang berhubungan
dengan Siklus Hidrologi.
Theis (1935) dibantu Lubin (ahli Matematik), mengenalkan analogi di antara aliran panas dan
aliran airtanah.
1.3. HIDROGEOLOGI KIMIAWI SEBELUM AWAL 1960
Perkembangan sejarah Hidrogeologi Kimiawi sebenarnya bersamaan dengan Fisikanya,
tetapi sebagian besar disebabkan tidak adanya pembanding sebagai penunjuk, seperti yang
diungkapkan Darcy ataupun Chamberlin.
Dengan penyatuan ide yang berkembang dari beberapa pekerja (Ahli Hidrogeologi) yang
tertarik pada luasnya variasi dari aspek-aspek Hidrokimia, di antaranya muncul ide yang
menarik pada periode ini – termasuk prosedur grafik (masih digunakan saat ini) untuk
menafsirkan hasil analisis air, seperti :
 PIPER - 1944
 STIFF – 1951
Dan evolusi kimiawi airtanah pada aliran airtanah :
 CHEBOTAREV - 1955
 BACK – 1960
Terutama usaha awal pada sisi kimiawi airtanah yang langsung menentukan kualitas air dan
kecocokannya untuk kebutuhan sehari-hari dan pertanian :
• HEM’S (1959) Studi dan penafsiran karakter kimiawi dari air alami.
• GARRELS (1960) Memusatkan pendekatan keseimbangan termodinamika
kimiawi, terutama dipusatkan pada hidrogeologi kimiawi
untuk memahami/mengerti proses-proses geokimia regional
dengan baik melalui penelitian lapangan.
1.4. HIDROGEOLOGI SETELAH 1960
Masa setelah tahun 1960-Hidrogeologi ditandai oleh penggabungan Fisika dan Kimiawi,
secara mendasar lebih kurang bertanggung-jawab untuk pengembangan tambahan di antara
awal 1960 :
 Pertama Teknologi  komputer kecepatan tinggi.
 Kedua motivasi kelembagaan  awal tertariknya ahli-ahli hidrogeologi pada proses-
proses transportasi, panas atau massa kimiawi yang mengalir dari satu titik ke titik lain
akibat aliran airtanah, seperti :
 Evolusi Panas Cekungan Sedimentasi.
 Mineralisasi Suhu – Rendah.
 Polusi Panas.
 Respons Cairan dan Termomekanik dan Batuan yang Digunakan Sebagai Tempat
Penyimpanan Limbah Nuklir.
Studi Transportasi dan Reaksi Massa pada aliran airtanah merupakan bagian utama dari
Hidrogeologi Modern (kini-mendatang).

1.5. HUBUNGAN DI ANTARA HIDROGEOLOGI dan ILMU GEOLOGI LAIN


Mengingat kembali tentang massa batuan yang dapat berada dalam :
1) Fasa Tetap (Stationary) : Tubuh batuan yang dibentuk oleh padatan.
2) Fasa Bergerak (Mobille) : Batuan yang mengandung cairan.
Kemampuan mengalirnya airtanah untuk melarutkan batuan dan mineral serta menyebarkan
kembali sejumlah besar massa terlarut, mempunyai implikasi penting dalam proses lebih lanjut :
• Diagenensa Mineral.
• Mineralisasi.
• Geologi secara umum.

Efek total Couple (Stress, Strain & Pore Fluids) secara penuh ditunjukkan dalam beberapa
lingkungan modern dunia yang mempunyai tekanan cairan tinggi abnormally, tekanan ini dapat
meretakkan batuan dan lebih jauh lagi terjadi Deformasi.

Hidrogeologi adalah studi hukum-hukum/aturan aliran dari air di bawah tanah, mekanik, kimiawi,
dan transportasi energi serta unsur-unsur kimia oleh aliran.
1.6. LINGKUNGAN SUMBERDAYA AIR
Air adalah bagian yang sangat menentukan dalam kehidupan manusia sehari-hari di suatu lokasi
di samping faktor kesuburan, keamanan dan bencana geologi.
Masalah keberadaan sumberdaya air merupakan salah satu bagian dalam menghadapi Masalah
Lingkungan Hidup Manusia.

Dalam pembangunan lingkungan hidup, keberadaan sumberdaya air adalah tahap paling awal
yang mentukan proses pembangunan, karena ini akan mempengaruhi kehidupan masyarakat
dalam suatu wilayah (baik desa maupun kota). Perkembangan pembangunan saat ini adalah
menghadapi Proses Pencemaran Sumberdaya Air termasuk Airtanah.
Maka prioritas utama saat ini adalah mengatasi pencemaran badan-badan air (Sungai/Danau)
dan airtanah, serta mencegah meningkatnya pencemaran sumberdaya air.

Meningkatnya jumlah penduduk dalam suatu kota secara langsung akan meningkatkan pula
kebutuhan akan airbersih dan pencemaran, sehingga yang perlu dibangun adalah pemahaman
bahwa keberadaan sumberdaya air dalam suatu wilayah terbatas atau tertentu, dan saat ini
airtanah bukan merupakan sumberdaya yang terbarui (Renewable) apabila didasarkan pada
keseimbangan Recharge – Discharge terhadap waktu umur manusia.

Sekarang, permasalahan air menjadi kekhawatiran akan proyeksi keberadaan/ketersediaan air


dan kebutuhannya makin tidak seimbang, hal ini disebabkan pemahaman “Cekungan Airtanah” di
suatu wilayah tidak dipahami secara menyeluruh/penuh.
Perspektif Pengkajian dan Pemanfaatan Sumberdaya Air Asal “Cekungan Airtanah” meliputi 4
(empat) tahap (Mandel & Shiftan, 1981) yaitu :
• Tahap Eksplorasi.
• Tahap Eksploitasi.
• Tahap Konservasi (Inventarisasi).
• Tahap Optimasi (Manajemen).
Kualitas airtanah dalam kehidupan modern (sekarang) telah memicu untuk terjadinya
perubahan kualitas sumberdaya airtanah, ini sebagai akibat dari pemanfaatan sumberdaya
yang sangat intensif dan produksi air limbah terus meningkat. Perubahan kualitas airtanah
dapat terjadi akibat :
▪ Proses Alami di Daerah Recharge/Resapan.
▪ Kegiatan Manusia (Rumahtangga/Industri).
▪ Intrusi Airlaut ataupun Bocoran Sumur Bor Dalam.

Penanganan permasalah air di Indonesia membutuhkan kerjasama antar disiplin ilmu


pengetahuan, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keberadaan
sumberdaya air di suatu wilayah.

Khusus airtanah, pemahaman keberadaan airtanah dalam suatu Cekungan Airtanah pada
daerah tertentu memberikan arti bahwa keberadaan airtanah sangat ditentukan oleh adanya
akifer air pada kondisi geologi tertentu :
• Mulai dari Daerah Recharge/Resapan pada bagian yang lebih tinggi/hulu,
• Masa perjalanan airtanah antara daerah Recharge - Discharge.
• Daerah luahan/Discharge pada bagian yang lebih rendah.

Selama masa perjalanannya airtanah dapat muncul menjadi mataair dan sebagian tetap
mengalir sebagai aliran airtanah.
Komposisi mineral akifer airtanah akan menghasilkan kimiawi airtanah yang tertentu pula.
Adanya perubahan airtanah/mataair (kuantitas maupun kualitas) haruslah dicermati/dipelajari
sebagai akibat perubahan di daerah Recharge dengan pendekatan Hidrogeologi dan
Hidrogeokimia.

Pengembangan ataupun pembatasan penggunaan airtanah haruslah berlandaskan tahapan


yang telah dikemukakan oleh Mandel & Shiftan (1981).
1.7. SIKLUS HIDROLOGI
Dengan memperhatikan siklus hidrologi (Gambar 1.1 ~ 1.3) dapat dibagi menjadi dua (2) bagian,
yaitu :
1. Input Hidrologi ke Suatu Daerah :
1). Persipitasi (Curah Hujan).
2). Aliran Air Permukaan :
a. Aliran Sungai.
b. Banjir.
3). Masuknya Airtanah  Infiltrasi.
4). Memasukkan secara buatan air ke dalam :
a. Pipa.
b. Saluran/Danau/Situ.
2. Output Hidrologi Dari Suatu Daerah :
1). Evapotranspirasi.
2). Evaporasi dari Permukaan Air.
3). Limpasan Air Permukaan.
4). Keluarnya Airtanah/Mataair.
5). Mengeluarkan Air Secara Buatan :
a. Pipa.
b. Saluran/Danau/Situ.
RUMUSAN : INFLOW = OUTFLOW  SIMPANAN CADANGAN
Perubahan-perubahan untuk menyeimbangkan persamaan hidrologi termasuk :
1. Air Permukaan : Danau/Situ, Sungai.
2. Kelembaban Tanah Pada Zona Vadose.
3. Es dan Salju di Permukaan.
4. Simpanan Cekungan.
5. Tertahannya Air Pada Permukaan Tumbuhan.
6. Airtanah di Bawah Muka Airtanah.
Gambar : Siklus Hidrologi
1.7.1. SUMBER INFORMASI
Informasi Hidrogeologi dapat diperoleh dari berbagai sumber :
1. Departemen Pertambangan dan Energi.
Dirjend. Geologi dan Sumberdaya Mineral.
 Direktorat Geologi Tata Lingkungan
2. Departemen Kimpraswil.
Dirjend. Pengairan
 Direktorat Airbersih
3. Departemen Dalam Negeri.
Dirjend. Pemerintahan
 Propinsi/Kabupaten/Kodya.
PAM/PDAM.
Dinas Pertambangan.
4. Depertemen Perhubungan.
Badan Meteorologi dan Geofisika.
5. Departemen Kesehatan.
Direktorat Penyediaan Airbersih.
6. Perusahaan Pengeboran Airtanah.
Propinsi/Kabupaten/Kodya.

Seharusnya data-data di atas dihimpun dalam satu lembaga atau Bank Data :
 Badan/Otorita
 Lembaga
Yang dapat digunakan dalam kegiatan :
1.Pencarian Sumber Airtanah.
2.Pengelolaan Airtanah.
3.Pemantauan Airtanah.
4.Konservasi Airtanah.

Penggunaan sumberdaya air yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.

1.8. AIRTANAH INDONESIA


Kepulauan Indonesia mempunyai kondisi geologi yang sangat kompleks dalam penyebaran
batuan, stratigrafi, struktur dan morfologi, sehingga keberadaan airtanah sangat ditentukan oleh
perkembangan media pori ataupun rekahannya.
Pemahaman airtanah suatu wilayah akan tergantung seberapa jauh kita memahami kondisi
hidrogeologinya. Sebagai Contoh ;

Kondisi Hidrogeologi Wilayah DKI Jakarta dibentuk oleh Endapan Kuarter; Berupa Endapan
Fluvial, Delta dan Paparan yang terletak di atas endapan Sedimen Tersier (Tua) dan
dibatasi oleh kondisi Geologi Wilayah Bogor (Selatan), Bekasi (Timur) dan Tangerang
(Barat).

Akifer air (Litologi Pasir) dari setiap jenis endapan akan memberikan kimiawi airtanah yang
tertentu, dan dapat berubah/dipengaruhi oleh adanya aktifitas perubahan muka airlaut selama
masa Kuarter.
1.9. KLIMATOLOGI
1.9.1. CURAH HUJAN
Cara-cara perhitungan curah hujan dari beberapa titik pengamat hujan.
1. Cara Rata-rata ALJABAR
Ṝ = 1 (R1 + R2 + . . . + Rn)
n
Dimana :
Ṝ = Curah Hujan Daerah (mm)
n = Jumlah Titik Pengamatan
R1, R2 , . . , Rn = Curah Hujan di Tiap Titik Pengamatan

Hasil baik jika jumlah titik banyak.

2. Cara THIESSEN
Jika titik tidak tersebar merata maka dimasukkan unsur pengaruh :
Persamaan :
Ṝ = A1R1 + A2R2 + . . . + An Rn
Dimana :
A1 + A2 + A3 . . . + An
R = Curah Hujan Daerah.
n = Jumlah Titik Pengamatan.
= A1R1 + A2R2 + . . . + An Rn
R1, R2 , . , Rn = Curah Hujan di Tiap Titik
A
Pengamatan.
= W1R1 + W2 + R2 + . . . + WnRn
A1, A2 . . . An = Bagian Daerah yang Mewakili Tiap
Titik Pengamatan.
W1, W2 ,Wn = A1 , A2 , . . . An
A A A
PEMBUATAN POLIGON

3. Cara GARIS ISOHIET

Rumus : Ṝ = A1R1 + A2R2 + . . . + An Rn


A1 + . . . + An

Dimana :
Ṝ = Curah Hujan Daerah.
A1, A2 . . . An = Luas Bagian-bagian antara Garis Isohiet.
R1, R2 , . . . , Rn= Curah Hujan Rata-rata pada A1, A2, ... , An
W1, W2 ,Wn = A1 , A2 , . . . An
A A A
1.9.2. EVAPOTRANSPIRASI
CARA PERHITUNGAN BANYAKNYA EVAPOTRANSPIRANSI
1. CARA BLANEY - CRIDDLE
V = K.f
V = Banyaknya ET Bulanan (INC).
K = Koef., Tergantung dari Jenis Tanaman.
f = t+p
100
t = Suhu udara rata-rata bulanan (oF)

2. CARA THORNTHWAITE
e = c . ta
e = Evapotranspirasi Pot. Bulanan (cm/bulan).
t = Suhu udara rata-rata bulanan (oC).
c&a = Koef., tergantung pada tempat.
a = 0.000000675 (I ) – 0.0000771 (I2) + 0.01792 (I) + 0.49239
3

1.514
t
12

I =   5 
t = 1
I = Jumlah 12 bulan dari suhu udara rata-rata bulanan di bagi 5 1.514
a
℮ =  t
1.610 
 I
1.9.3. INFILTRASI
INFILTRASI :
Proses masuknya air hujan ke dalam lapisan permukaan tanah dan turun ke permukaan airtanah.

Kecepatan Infiltrasi berubah-ubah sesuai dan intensitas Hujan  Laju Infiltrasi.


Laju Infiltrasi Maksimum yang terjadi pada suatu kondisi tertentu  Kapasitas Infiltrasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Infiltrasi :


1. Genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan jenuh.
2. Kelembaban Tanah.
3. Pemampatan oleh curah hujan.
4. Penyumbatan oleh bahan-bahan halus.
5. Pemampatan oleh manusia dan hewan.
6. Struktur Tanah.
7. Tumbuhan Penutup.
8. Udara yang terdapat dalam tanah.
Pustaka :
1. Erdelyi, M. & Galfi, J.; 1988; Surface and Subsurface Mapping in Hydrogeology,
John Wiley & Son, Chichester, page 1 – 29.
2. Purodimadja, D.J., 1997; Kumpulan Panduan dan Modul Praktikum Hidrogeologi,
Lab. Hidrogeologi – Jurusan Teknik Geologi, FTM – ITB, Bandung (Edisi Khusus).
3. Suyono Takeda, 1987; Hidrologi Untuk Pengairan, Pranaja, Jakarta, halaman 27 –
55.
4. Freze, R.A. & Cherry, J.A., 1979; Groundwater, Prentice – Hall, Inc., Englewood
Cliff, USA, page 4 – 39.
KULIAH HIDROGEOLOGI
(MGT-321)

Ir. Abdurrachman Asseggaf, MT


BAB I. Pendahuluan
BAB II. Analisis Geometri Akifer
BAB III. Dasar Aliran Airtanah
BAB IV. Sifat Fisik Hidrolika Batuan; Latihan Korelasi
Bab V. Aliran Airtanah Pada Sumur
Bab VI. Hidrolika Airtanah
Bab VII. Uji Pemompaan Airtanah + Soal Latihan
Bab VIII. Eksplorasi Airtanah; Latihan Peta MAT
Bab IX. Pemantauan Airtanah & Resapan Buatan
UTS (Bab I – Bab VII)
Latihan Uji Pompa
Bab X. Kimia Airtanah
Bab XI. Evolusi Ion-ion Utama : Soal Hidro Kimia
Bab XII. Intrusi Airlaut
Bab XIII. Pencemaran Airtanah
Bab IX. Pemantauan Airtanah & Resapan Buatan
Diskusi Kasus Airtanah
Ujian Kimia Airtanah – Pencemaran Airtanah
UAS

NAS = 10% Absensi + 15% Kuiz + 15% Laporan/Tugas + 25% UTS + 35% UAS
Absensi ≥ 70% dari kehadiran kuliah.
BAB II
ANALISIS GEOMETRI AKIFER
(Purodimadja, D.J., 1998)

PENGERTIAN AKIFER (AQUIFER) :


Akifer (Aquifer) adalah lapisan yang mengandung dan mengalirkan air dalam jumlah yang
ekonomis. Contoh : Pasir, kerikil, batupasir, batugamping yang berlubang dan retak-retak.
Akiklud (Aquiclud) adalah lapisan kedap air yang mampu menyimpan tapi tidak dapat
mengalirkan dalam jumlah yang berarti misalnya lempung, shale, tuf halus, silt.
Akifug (Aquifug) adalah lapisan batuan kedap air yang tidak menyimpan dan tidak mengalirkan,
misalnya granit yang kompak, keras, padat.
Akitar (Aquitard) adalah lapisan yang dapat menyimpan air dan mengalirkan dalam jumlah
terbatas, misalnya lempung pasiran (sandy clay).

TIPE-TIPE AQUIFER :
 Unconfined Aquifer adalah akifer yang tidak tertekan dimana lapisan yang permeable pada
bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan impermiable atau kedap air. Tipe akifer ini sangat
umum dijumpai sebagai lapisan airtanah dangkal (Shallow groundwater).
 Confined Aquifer adalah akifer yang tertekan dimana lapisan yang permeable baik
di atas dan di bawahnya dibatasi lapisan kedap air (impermeable). Contoh :
airtanah dalam (deep groundwater).
 Leaky Aquifer adalah akifer semi confined dimana akifer di atas dan bawahnya
dibatasi oleh lapisan semipermeable.
 Idealized Aquifer adalah akifer yang diasumsikan homogenous dan isothropic,
untuk memudahkan perhitungan matematik.
FORMASI GEOLOGI SEBAGAI AKIFER
Formasi geologi yang menghasilkan air dalam jumlah yang cukup besar dapat didefinisikan
sebagai akifer.

 Endapan Aluvial (Aluvial Deposit)


Umumnya terdiri dari material klastik deposit oleh meander atau sungai. Sedimen ini umumnya
terbentuk di sekitar “channel” sungai yang terdiri dari fragmen kasar dan permeable.

Gambar 22 : Penampang Endapan Delta


Keterangan :1. Lapisan dasar (bed rock) a. Sumur dangkal
2. Endapan teras tua terkonsolidasi b. Sumur dalam yang gagal
3. Kerikil, pasir, lanau c. Sumur dalam yang berhasil
4. Lempung d. Channel sungai saat ini

 Endapan Delta (Delta Deposit)


Endapan ini terbentuk jika energi sungai (dengan angkutan sedimennya) lebih besar dibanding
energi atau arus laut sehingga terbentuk pengendapan material sungai di muara, dan membentuk
endapan delta.
Kesulitan dalam menentukan akifer pada daerah delta adalah pergantian lapisan yang sangat
cepat antara lapisan impermeable dan permeable (lihat Gambar 2.3).
Gambar 2.3: Profil endapan delta (tipe Mississipi).
Arah aliran airtanah ( ) disebabkan beban
kompaksi sedimen

 Akifer batupasir – serpih (Standstone-Shale Aquifer)


Perubahan secara cepat antara batupasir dan serpih (lihat gambar 2.4).

Gambar 2.4 : Perubahan facies pada sekuen batupasir-serpih

 Akifer batuan karbonat (Limestone Aquifer)


Pada batugamping akifer potensial didapat bila terdapat cukup banyak celah, batu
gamping tersebut dapat menyimpan air dan memiliki ketebalan lebih dari 10 meter (pada
umumnya).
Formasi karbonat yang terdiri dari perselingan antara batugamping dan serpih akan
menghasilkan akifer yang buruk (lihat Gambar 2.5 a, b dan c).

Gambar 2.5: Sistem celah pada batuan karbonat yang berfungsi untuk penyimpanan air

 Akifer di daerah vulkanik


Daerah vulkanik terbentuk dari bahan lava atau endapan piroklakstik atau kedua-duanya.

Akifer pada lava ini disebabkan adanya rongga-rongga gas yang satu dan lainnya berhubungan
sehingga dapat menyimpan dan meloloskan air, juga sering dijumpai suatu mineralisasi dengan
konsentrasi cukup tinggi. Ion-ion dari boron, arsen dan fluorid yang terlarut dalam air adalah
cukup berbahaya jika dikonsumsi sebagai air minum.
Gambar 2.6 : Airtanah pada daerah vulkanik
 Akifer pada batuan beku
Batuan beku hanya dapat berfungsi sebagai akifer yang berarti bila batuan tersebut
mempunyai banyak kekar, sedangkan di bagian lainnya yang dimungkinkan sebagai akifer
yang cukup berarti adalah pada zona lapukan yang terdiri dari pasir lempungan.

Gambar 2.7 : Profil tubuh batuan beku/kristalin dan keterdapatan air yang
dimungkinkan pada zona rekahan dan bagian lapuk
METODA PEMETAAN TANAH
1. Pemetaan geologi.
2. Pemetaan geofisika dan sumur bor.
3. Pemetaan geokimia.
4. Uji pompa (Pumping Test).

PEMETAAN GEOLOGI
Pemetaan geologi yang dilakukan untuk pemetaan airtanah mencakup :
 Pembuatan peta penyebaran batuan (singkapan).
 Keadaan struktur yang mengontrol daerah tersebut.
 Geomorfologi dan analisa daerah aliran sungai (DAS).
 Pembuatan penampang.
 Pembuatan diagram blok untuk mengetahui besarnya daerah tangkapan, kontrol
geomorfologi, struktur, serta stratigrafi secara 3 dimensi.

PEMETAAN GEOFISIKA
Pemetaan geofisika adalah pemetaan yang didasarkan anomali fisika dari material geologi
(batuan). Pemetaan geofisika merupakan data pendukung terhadap pemetaan geologi permukaan
sehingga sebelum diadakan penelitian geofisika selalu didahului oleh pemetaan geologi.
Pemetaan geofisika terdiri dari :
1. Geofisika Permukaan
Metoda ini bersifat tidak langsung (diukur di permukaan) dan hasilnya kurang pasti.
Metoda ini terdiri dari :
• Geolistrik (resistivitas) : menggunakan anomali resistivitas dari batuan yang ada.
Batuan yang banyak mengandung air memiliki daya hantar listrik yang tinggi
dan nilai resistivitas yang rendah.
• Seismik Refraksi untuk mengetahui lapisan batuan dan overburden.
2. Geofisika Lubang Bor
Metoda geofisika yang digunakan dalam lubang bor. Hasil yang diperoleh lebih pasti,
tetapi biayanya lebih tinggi.
Misalnya : Electrical Log, SP Log, Gamma Ray Log, dsb.
3. Metoda Remote Sensing
Penggunaan foto udara dan citra landsat sangat membantu dalam menafsirkan dan
mengidentifikasikan daerah-daerah yang diperkirakan mengandung air. Penafsiran
dari foto udara dilakukan melalui kunci-kunci penafsiran misalnya dari jenis rona/tona,
demikian juga citra landsat didasarkan pada kunci-kunci interprestasi warna citra.

PEMETAAN GEOKIMIA
Dalam metoda ini dilakukan pemetaan untuk menentukan jenis air dan kandungan mineralnya.
KULIAH HIDROGEOLOGI
(MGT-321)

Ir. Abdurrachman Asseggaf, MT


BAB III
DASAR-DASAR ALIRAN AIRTANAH

1. Dasar Aliran
Dasar aliran airtanah adalah Hukum Darcy (1856) yang melakukan percobaan di laboratorium
dan telah menyelesaikan suatu analisis aliran air melalui pasir (media berpori).
SPECIFIC DISCHARGE yang melalui Silinder adalah :

Darcy mendapatkan bahwa kecepatan V :


1.Sebanding Dengan Selisih Ketinggian.
V ≋ h1 – h2 ≈ -∆h

2. Berbanding Terbalik Dengan Panjang Aliran.


1
V≈
L

Gambar 3.1 : Percobaan Hukum Darcy


Maka Hukum Darcy menjadi :
Q  V .A

V   K
dh
V   K .i
L 
dL T
Hukum Darcy masih berlaku apabila :
1.Aliran airtanahnya satu arah dalam ruang pori.
2.Gradient Hidraulik atau dh/dl = Tetap.
3.Konduktivitas Hidraulik K = Tetap.

Gambar 3.2 : Konsep Makroskopik dan Mikroskopik dari Aliran Airtanah

Bila memperhatikan Gambar 3.1  ada dua kemungkinan kuantitas potensialnya :

1. ELEVASI
Dengan posisi selinder Tegak ( = 0º), aliran akan terjadi mengalir ke bawah melalui selinder
(dari elevasi tinggi ke rendah)  Akibat Gravitasi.
2. TEKANAN (PRESSURE)
Dengan posisi selinder datar (=90º), gravitasi tidak berperan, aliran yang terjadi kemungkinan
disebabkan oleh peningkatan tekanan pada akhir dan pengurangan tekanan pada daerah yang
lain.
Kerja yang dilakukan dalam memindahkan 1 unit massa cairan di antara 2 titik dalam suatu
sistem aliran.
Aliran Cairan Melalui Media Berpori Adalah Proses Mekanik.

Fluid Potensial.
 Arah Aliran dalam ruang harusnya berasal dari daerah yang mempunyai Energi Mekanik per
unit massa cairan dari daerah tinggi ke daerah terendah.
 Dapat didefinisikan sebagai kerja yang dibutuhkan untuk memindahkan suatu unit massa
cairan dari suatu bidang datum tertentu ke titik yang dipertanyakan.

DEFENISI POTENSIAL HUBBERT


1. Mengenai Arah Aliran.
2. Mengenai Kerja yang Dilakukan (Klasik).

∴ Potensial Cairan (Fluid Potensial) untuk mengalir melalui media berpori adalah energi
mekanik per unit massa cairan.

Gambar 3.3 : Data Perhitungan Energi Mekanik dari Unit Massa Cairan
3.2. Perhitungan Energi
Ingin dihitung kerja yang dibutuhkan untuk mengangkat unit massa cairan dari Datum Standar
ke Titik P.

Ada 3 komponen untuk menghitung kerja :


Pertama :
Kerja untuk mengangkat massa dari elevasi
Zo = Z ke elevasi Z1 = Z
W1 = m.g.z ............................................................................. (1).
Kedua :
Kerja untuk mempercepat aliran dari kecepatan Vo = 0 ke kecepatan V1 = V.
mV 2 .................................................................................. (2).
W2 
2
Ketiga :
Kerja untuk meningkatkan tekanan cairan dari P = Po Menjadi P1 = P.
P P
V dp ................................................................... (3).
W3  m  dp  m 
P0 m P0 p

Bila cairan mengalir dari titik P ke suatu titik pada bidang Datum Datar :
1. Persamaan (1) akan kehilangan Energi Potensial.
2. Persamaan (2) akan kehilangan Energi Kinetik.
3. Persamaan (3) akan kehilangan Energi Elastiknya atau ρ – V.
Potensial cairan Φ adalah jumlah dari W1, W2 dan W3, untuk unit massa cairan m=1, akan
diperoleh :
Φ = W1 + W2 + W3 .................................................................................................... (4).
P
V2 dp
 gz   ............................................................................................... (5).
2 P0 P
Untuk aliran dalam media berpori (pasir hingga lanau) :
Maka nilai :
 V = Sangat Rendah  V = 0
 Massa cairan tak dapat dimampatkan, cairan dengan densitas () tetap  maka  bukan fungsi
dari P.
Maka, persamaan (5) dapat disederhanakan :
P  P0 ..…………………………..…..………………….(6)
  gz 

Dalam persamaan (6) menunjukkan adanya pengaruh dari :
1.Elevasi (Z).
2.Tekanan Cairan (P).
Ada pertanyaan; bagaimana hubungan Z dan P, terhadap Hydraulic Head, perhatikan gambar 3.4 :
Pada titik P, tekanan cairan P diberikan oleh :
Gambar 3.4 : Hydraulic head h, pressure head ψ, dan
elevation head Z untuk suatu manometer laboratorium

P  .g.z  P0 ………..………….…………………………….. (7)


di mana :
ψ = tinggi kolom cairan di atas p.
P0 = tekanan permukaan atau dapat pula tekanan standarnya.
dan menjadi :   gz

KESIMPULAN SEDERHANA :
 Potensial Cairan Φ titik P dalam media berpori adalah “Hydraulic Head (h)” pada titik P
dikalikan dengan percepatan gravitasi (g).
 Ketika g  konstan/tetap di sekitar permukaan bumi, maka Φ dan h korelasi sempurna.
Hydraulic Head h cocok sebagai potensial cairan Φ.
Hydraulic Head h punya 2 komponen :
1.Elevation Head (Z).
2.Pressure Head (ψ).
Hubungan dasar Head adalah dasar untuk memahami aliran airtanahnya.
Gambar 3.4 : Menunjukkan hubungan untuk Darcy Manometer.
Gambar 3.5 : Untuk pengukuran lapangan.

Gambar 3.5 : Hydraulic head h, Pressure head ψ , untuk Piezometer lapangan

Persamaan (4) merupakan persamaan dasar-dasar mekanika fluida yang disebut pula
Persamaan Bernoulli.

3.3. Muka Airtanah


Air mungkin terdapat di bawah permukaan tanah sebagai suatu cairan, padatan dan gas, tetapi
untuk Indonesia secara umum hanya berupa cairan dan gas. Apabila massa tanah/batuan telah
jenuh dengan air, maka dalam air akan terdapat pula larutan gas ataupun unsur-unsur lainnya.
Pada permukaan tanah (Topografi) yang bergelombang, tekanan air pori (cairan) akan sama
dengan tekanan atmosfernya disebut water table. (Gambar 3.6).

Airtanah dalam sumur (beberapa feet di bawah water table) akan naik sampai elevasi dari
water table di lokasi tersebut. Posisi water table sering mengikuti bentuk umum dari
topografinya, walaupun relief water table tidak akan menyerupai relief topografinya (Gambar
3.7 A dan Gambar 3.7 B).

CARA MELAKUKAN OBSERVASI AIRTANAH :


1.Apabila aliran airtanah tidak ada, maka M.A.T. nya datar (dh/dl=0).
2.Muka airtanahnya miring (dh/dl≠0) menunjukan adanya aliran airtanah.
3.Zona discharge airtanah akan terjadi pada topografi terendah.
4.Muka airtanahnya akan mempunyai bentuk yang menyerupai permukaan topografi.
5.Secara umum airtanah akan mengalir dari topografi tinggi ke rendah.

Tekanan cairan akan lebih besar dari tekanan atmosfer karena adanya beban air yang
menutupinya, tekanan cairan akan menjadi berkurang (lebih kecil) apabila ketalan cairannya
berkurang.
Gambar 3.6 : Penyebaran Tekanan
Cairan pada Tanah Berkenaan dengan Gambar 3.7 : Bentuk Muka
Muka Airtanah (Water Table) Airtanah Terhadap Topografi
A = Pengisian ; B = Kondisi Jenuh
AQUIFERS
 Jenis Akifer, Perched Akifer, Recharge Area, Discharge Area dan Potensiometrik /
Piezometrik Surface / Water Table.
(Penjelasan telah ada di Analisis Geometri Akifer).

Gambar 3.9 : Akifer Confine (Tertekan)


Gambar 3.8 : Akifer Unconfined Dengan Sumur Artesis, Flowing Well dan
(Bebas/Tak Tertekan) dengan Potensiometriknya
Muka Airtanah (Water Table)
Gambar 3. 10 : Akifer Perched (Menggantung)
Dibentuk di Atas Muka Airtanah Utama Pada
Lapisan K Kecil Dalam Zona Tak Jenuh

Gambar 3.11 : Pengaruh Gradient Airtanah


Terhadap “Baseflow”
A.Gradient Kecil – Discharge Air Sungai Kecil
B.Gradient Besar – Discharge Air Sungai Besar
Gambar 3.12 : Hubungan Air Sungai dengan Airtanah
A.Air Sungai Mengisi (Recharge) Airtanah
B.Airtanah Mengisi (Discharge) Air Sungai
Gambar 3.13 : Proses Terbentuknya Endapan “TERAS” Sebagai Bagian Akifer Lokal
Gambar 3.14 : Jenis Akifer Bebas dengan
m.a.t.nya, dan Akifer Tertekan dengan
Permukaan Tekanannya

Gambar 3.15 : Pengaruh Stratigrafi dan Struktur


terhadap Terbentuknya Akifer Regional
(a). Lingkungan Sungai “TERANYAM”

(b). Lingkungan Sungai dengan


“MEANDER”

Gambar 3.17 : Kenampakan Permukaan


Gambar 3.16 : Proses terbentuknya Akifer dan Terbentuknya Endapan Sungai
Tertekan (Confined) secara Regional secara Alami
Pustaka :
1. Freeze, R.A. & Cherry, J.A., 1979; Groundwater Prentice – Hall, Inc., Englewodd
Cliffs, New York, page 192 – 236.
2. Dominico, P.A., & Schwartz, F.W., 1990; Physical and Chemical Hydrogeology,
John Wiley & Sons, New York, page 55 – 98.
3. Fetter, C.W., 1990; Applied Hydrogeology, Macmillan College Publishing Company,
Inc., New York, page 77 – 163 & 197 – 308.
KULIAH HIDROGEOLOGI
(MGT-321)

Ir. Abdurrachman Asseggaf, MT


BAB I. Pendahuluan
BAB II. Analisis Geometri Akifer
BAB III. Dasar Aliran Airtanah
BAB IV. Sifat Fisik Hidrolika Batuan; Latihan Korelasi
Bab V. Aliran Airtanah Pada Sumur
Bab VI. Hidrolika Airtanah
Bab VII. Uji Pemompaan Airtanah + Soal Latihan
Bab VIII. Eksplorasi Airtanah; Latihan Peta MAT
Bab IX. Pemantauan Airtanah & Resapan Buatan
UTS (Bab I – Bab VII)
Latihan Uji Pompa
Bab X. Kimia Airtanah
Bab XI. Evolusi Ion-ion Utama : Soal Hidro Kimia
Bab XII. Intrusi Airlaut
Bab XIII. Pencemaran Airtanah
Bab IX. Pemantauan Airtanah & Resapan Buatan
Diskusi Kasus Airtanah
Ujian Kimia Airtanah – Pencemaran Airtanah
UAS

NAS = 10% Absensi + 15% Kuiz + 15% Laporan/Tugas + 25% UTS + 35% UAS
Absensi ≥ 70% dari kehadiran kuliah.
BAB IV
SIFAT FISIK HIDROLIKA BATUAN

Dalam mempelajari hidrogeologi perlu dipahami bahwa setiap batuan mempunyai sifat-sifat
hidrolik, salah satu sifat hidrolik yang dimiliki batuan adalah Hidraulik Konduktivity
(permeabilitas) atau K.
Hidraulik Konduktivitas adalah tingkat/besarnya kemampuan tanah/batuan untuk
mengalirkan cairan/air.
Vv
n  100
V
Vv = Volume rongga (L3)
V = Volume Total Massanya (L3)
(Rongga + Padatan)

∴ Porositas (n) = % rongga massa dibandingkan volume total massa.


Besarnya Porositas (%) tergantung dari :
  butir.
 % butir.
 Kebundaran/kebulatan butir.
 Susunan butirnya.
 Kehadiran butir yang lebih halus.
  Proses Diagenesa (Litifikasi).
MEINZER 1923 ; menyatakan bahwa bentuk susunan butir menentukan besarnya porositas (n, %) :
 Susunan Kubik  n = 47,65 %

Gambar 4.1 : Susunan Butir Kubik


Tabel 4.1. Standar Ukuran Sedimen dengan Batasan Diameter Partikel Dan Skala ф dari
Ukuran Sedimen (Friedmen & Sanders, 1978 dalam Fetter 1990)ф

 Susunan Rhombohedral n  25,95 %

Gambar 4.2 : Susunan Butir Rhombohedral

Susunan kubik dan Rhombohedral akan mempunyai Porositas (n) lebih kecil, apabila diisi oleh
butir-butir yang halus dari butir utamanya.
Proses sementasi/Litifikasi akan menghasilkan n yang lebih kecil lagi.
Porositas Batu/Batuan
 Sedimen  n1 (primer)
n1>n2>n3
 Batuan n2 (primer)
n3 (sekunder)
pelarutan  n4 n4>n1

Tabel 4.2. Kisaran Porositas (n) Bahan Sedimen


KISARAN POROSITAS SEDIMEN
SEDIMEN POROSITAS (%)

Pasir/kerikil, well sorted 25 – 50

Pasir dan kerikil, campuran 20 – 35

Lanau 35 – 50

Lempung 33 – 60

Gambar 4.3 : Susunan Butir Kubik dengan Porositas


A.Well Sorted, Porositas 47,65%
B.Poorly Sorted, Porositas Lebih kecil dari 47,65%
Tabel 4.3. Kisaran Porositas (n) Bahan Batuan

POROSITAS BERBAGAI BATUAN


JENIS BATUAN POROSITAS (%)
Granit – (1600 m) ada beberapa kekar
1,42 – 2,15 (Davis, 1969)
(utara Illinois)
 adanya Kekar-kekar 2,0 – 5,0 (Davis, 1969)
Pelapukan Beku/Malihan 30 – 60 (Stewart, 1964)
Lava Basalt (gas tak ada) 1 – 12 (Schoeller, 1962)
Lava (gas banyak) dapat s/d 87% (Davis, 1969)
Volkanik :
 Tuff 14 – 40 (Keller 1960)
 Tuff Resen 50
 Pelapukan, dapat meningkatkan S/d 60% (Davis 1969)
Specific Yield (Sy) :
Besarnya air yang dapat dihasilkan dari batuan yang jenuh air.

Specific Retention (Sr) :


Massa batuan yang mampu menahan air (air tersisa).

Sr akan meningkat dengan berkurangnya ukuran butir.


Seperti :
1. Lempung n = ± 50% ; Sr = 48%
Sy = n - Sr

2. Pasir - Kasar n = 39% ; Sy = 27%


- Medium n = 39% ; Sy = 28%
- Halus n = 43% ; Sy = 23%
Hidraulik Konduktivitas
Hukum Darcy

Q  K.Adh / dl  ...................................................................................... (1)

Q = discharge cairan (L3/T).


A = Luas Contoh/Akifer (L2).
dh/dl= Gradient Hidrolik (L/L).
dh = Selisih Hidraulik Hedd (L).
dL = Jarak 2 titik (L).
K = Hidrolik Konduktivity (Koef. Permeabilitas) = L/T

 Q   KA
hA  hB ...................................................................................... (2)
L
PERMEAMETERS
Peralatan laboratorium yang dapat digunakan untuk menentukan nilai K bahan-bahan
bumi/massa batuan.

Massa batuan yang akan ditentukan nilai K dapat berasal dari contoh :
1.Disturbed/Terganggu.
2.Undisturbed/Tak Terganggu.

Nilai-nilai K yang diperoleh dari laboratorium hanya mendekati/kisaran saja.

Ada 2 cara untuk mengukur K :


1.Metode Constant Head.
2.Metode Falling Head.
1.METODE CONSTANT HEAD :  butir pasir.
Hukum Darcy :
 KAhA  hB 
Q
L

 KAt hA  hB 
Qt 
L
di mana : V  Qt
 KAth
V 
L

VL
K
Ath
Gambar 4.4 : Peralatan Permeameter “Constant-Head”

di mana : V = Volume air pada waktu t


L = Panjang Contoh
A = Luas Contoh
h = Hidraulik Head
K = Hidraulik Konduktiviti
Contoh Soal :
Massa Sample berupa pasir dengan panjang = 15 cm dan luas penampangnya = 25 cm2,
dengan Head = 50 mm, volume airnya = 100 cm3 yang ditampung selama 12 menit pada metoda
“Constant Head”.
Tentukan Hidraulik Konduktiviti Pasirnya (K) dalam cm/detik?
Jawab :
L = 15 cm
VL
K A
h
=
=
25 cm2
50 mm = 5,0 cm
Ath V = 100 cm3
t = 12 menit = 12 x 60 detik
100cm 3 x15cm
K
25cm 2 x12 x60 det ikx5cm

4cm3 x3cm

cm 2 x12 x60 det ikxcm

cm

60 det ik

= 1,66 x 10-2 cm/dtk


∴ Kpasir = 1,66 x 10-2cm/detik  1,7 x 10-2cm/detik
2. METODE FALLING HEAD

dh
Q   KA
dl
Banyak air yang mengalir dari tabung ke sample adalah perubahan head terhadap
waktu dikalikan dengan luas tabung :

dh
qin  At
dl
dh
= Perubahan head terhadap waktu
dl

At = Luas Tabung
Banyak air yang masuk = banyak air yang keluar

KAch
qout  ...........( gambar 4.4)
L

dimana :
Ac = Luas Sample
L = Panjang Sample
h = Tinggi Air yang Turun
Gambar 4.5 : Peralatan Permeameter “Falling Head”
Apabila luas tabung dan luas sample-nya sebanding, maka dapat digunakan diameter keduanya
– dan persamaan dapat ditulis :
2
dt L ho
K  2 ln .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .........
dc t h
CONTOH SOAL
Diameter tabung = 2 cm, dan sample = 10 cm.
Panjang sample 150 mm dari lanau.
Head awal = 5,0 cm ; dan jatuh sampai 0,5 cm
Untuk waktu 528 menit.
Tentukan K Lanau ?
Jawab : dt 2 L ho
K 2
ln
dc t h
L = 15 cm ;
dt = 2 cm ;
dc= 10 cm ;
t = 528 menit ;
ho= 5,0 cm ; h = 0,5 cm

2 2 cm 2 15cm 5 4 15cm 60cm 1cm


K 2 2 ln  ln 10  ln 10  x ln 10
10 cm 528 x60 det ik 0.5 100 528 x60 det ik 100 x528 x60 52800 det ik

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan nilai K di Laboratorium adalah :


 Sample harus benar-benar dalam kondisi jenuh.
 Adanya udara dalam contoh akan menghasilkan K rendah.
 Bagian tepi sample harus tertutup rapat agar tak ada air yang mengalir melalui dinding Sample,
karena akan menghasilkan K tinggi.
Gambar 4.8 : Kurva Penyebaran Ukuran Butir
Pasir Halus – Sedang Dengan Lanau

Gambar 4.9 : Pengaruh Bukaan Kekar (b) dan


Spasing Kekar Dalam Meter (n) Pada
Konduktifitas Hidraulik Dengan Arah Sejajar
Kekar Dalam Massa Batuan
(Hoek & Bray, 1981 dalam Dominico, 1990)
Pustaka :

1. Freeze, R.A. & Cherry, J.A, 1979; Groundwater Prentice – Hall, Inc., Englewodd Cliffs,
New York, page 14 – 75.
2. Dominico, P.A., & Schwartz, F.W., 1990; Physical and Chemical Hydrogeology, John
Wiley & Sons, New York, page 23 – 53.
3. Fetter, C.W., 1990; Applied Hydrogeology, Macmillan College Publishing Company, Inc.,
New York, page 77 – 124 & 175 – 191.

Anda mungkin juga menyukai