(MGT-321)
NAS = 10% Absensi + 15% Kuiz + 15% Laporan/Tugas + 25% UTS + 35% UAS
Absensi ≥ 70% dari kehadiran kuliah.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. PERKEMBANGAN HIDROGEOLOGI
1.2. HIDROGEOLOGI FISIKA SEBELUM AWAL 1940
1.3. HIDROGEOLOGI KIMIAWI SEBELUM AWAL 1960
1.4. HIDROGEOLOGI SETELAH 1960
1.5. HUBUNGAN DI ANTARA HIDROGEOLOGI dan ILMU GEOLOGI LAIN
1.6. LINGKUNGAN SUMBERDAYA AIR
1.7. SIKLUS HIDROLOGI
1.7.1. SUMBER INFORMASI
1.8. AIRTANAH INDONESIA
1.9. KLIMATOLOGI
1.9.1. CURAH HUJAN
1.9.2. EVA POTRANSPIRASI
1.1. PERKEMBANGAN HIDROGEOLOGI
Beberapa peneliti yang kemudian menulis buku mengenai terdapatnya air pada permukaan
tanah ataupun di bagian bawahnya :
Lammark (1802) HYDROGEOLOGY
Tolman (1937) GROUNDWATER
Todd (1959 & 1980) GROUNDWATER HYDROLOGY
Dewiest (1965) GEOHYDROLOGY
Davis & Dewiest (1966) HYDROGEOLOGY
Freeze & Cherry (1979) GROUNDWATER
Dominico & Schwartz (1990) PHYSICAL AND CHEMICAL HYDRO-GEOLOGY
Mead (1919) mempublikasikan buku Hidrologi yang mendefinisikan Hydrogeology sebagai suatu
studi dari hukum-hukum terdapatnya aliran (mengalirnya) air di bawah muka tanah. Mead
menekan pentingnya airtanah (groundwater) sebagai suatu bagian geologi.
Meinzer (1949) mengedit buku Hydrology, dan ia mendefinisikan dalam konteks “Siklus
Hidrologi”, ditandai oleh berkembangnya :
“Butir air berasal dari cekungan laut Atmosfer Benua dan akhirnya kembali ke cekungan
laut.”
MEINZER (1949) membagi siklus hidrologi menjadi :
• Hidrologi Permukaan.
• Hidrologi Bawah Permukaan atau disebut dengan Geohidrologi, yang lebih ditekankan
pada sumurnya.
1.2. HIDROGEOLOGI FISIKA SEBELUM AWAL 1940
Pada masa ini ahli-ahli Hidrogeologi yang bekerja di lapangan menggunakan peralatan seperti
palu, kompas, dan alat pengukur muka air serta tekanan cairan. Di sini terdapat 2 bagian
penting :
1. HENRY DARCY (1856) :
Hukum yang memerikan mengenai aliran airtanah (pergerakannya).
2. HENRY DARCY dan T.C. CHAMBERLIN (1885) :
Yang memerikan terdapatnya air dan aliran di bawah kondisi Artesis.
Puncak masa ini terjadi pada tahun 1923 ketika Meinzer mempublikasikan buku mengenai
terdapatnya airtanah di A.S., ada 4 (empat) tahapan yang dibutuhkan dalam penyediaan air
yang berasal dari airtanah :
1. Eksplorasi.
2. Pengembangan.
3. Inventarisasi.
4. Manajemen.
Meinzer dan Stearns (1928) mengemukakan suatu teori dalam inventarisasi sumberdaya air
melakukan pengukuran, pendugaan air yang masuk dan keluar dalam tubuh airtanah
(cadangan) serta perubahannya setiap waktu. Studi ini membutuhkan informasi rinci untuk
menjelaskan hubungan antara air bawah permukaan dan komponen lain yang berhubungan
dengan Siklus Hidrologi.
Theis (1935) dibantu Lubin (ahli Matematik), mengenalkan analogi di antara aliran panas dan
aliran airtanah.
1.3. HIDROGEOLOGI KIMIAWI SEBELUM AWAL 1960
Perkembangan sejarah Hidrogeologi Kimiawi sebenarnya bersamaan dengan Fisikanya,
tetapi sebagian besar disebabkan tidak adanya pembanding sebagai penunjuk, seperti yang
diungkapkan Darcy ataupun Chamberlin.
Dengan penyatuan ide yang berkembang dari beberapa pekerja (Ahli Hidrogeologi) yang
tertarik pada luasnya variasi dari aspek-aspek Hidrokimia, di antaranya muncul ide yang
menarik pada periode ini – termasuk prosedur grafik (masih digunakan saat ini) untuk
menafsirkan hasil analisis air, seperti :
PIPER - 1944
STIFF – 1951
Dan evolusi kimiawi airtanah pada aliran airtanah :
CHEBOTAREV - 1955
BACK – 1960
Terutama usaha awal pada sisi kimiawi airtanah yang langsung menentukan kualitas air dan
kecocokannya untuk kebutuhan sehari-hari dan pertanian :
• HEM’S (1959) Studi dan penafsiran karakter kimiawi dari air alami.
• GARRELS (1960) Memusatkan pendekatan keseimbangan termodinamika
kimiawi, terutama dipusatkan pada hidrogeologi kimiawi
untuk memahami/mengerti proses-proses geokimia regional
dengan baik melalui penelitian lapangan.
1.4. HIDROGEOLOGI SETELAH 1960
Masa setelah tahun 1960-Hidrogeologi ditandai oleh penggabungan Fisika dan Kimiawi,
secara mendasar lebih kurang bertanggung-jawab untuk pengembangan tambahan di antara
awal 1960 :
Pertama Teknologi komputer kecepatan tinggi.
Kedua motivasi kelembagaan awal tertariknya ahli-ahli hidrogeologi pada proses-
proses transportasi, panas atau massa kimiawi yang mengalir dari satu titik ke titik lain
akibat aliran airtanah, seperti :
Evolusi Panas Cekungan Sedimentasi.
Mineralisasi Suhu – Rendah.
Polusi Panas.
Respons Cairan dan Termomekanik dan Batuan yang Digunakan Sebagai Tempat
Penyimpanan Limbah Nuklir.
Studi Transportasi dan Reaksi Massa pada aliran airtanah merupakan bagian utama dari
Hidrogeologi Modern (kini-mendatang).
Efek total Couple (Stress, Strain & Pore Fluids) secara penuh ditunjukkan dalam beberapa
lingkungan modern dunia yang mempunyai tekanan cairan tinggi abnormally, tekanan ini dapat
meretakkan batuan dan lebih jauh lagi terjadi Deformasi.
Hidrogeologi adalah studi hukum-hukum/aturan aliran dari air di bawah tanah, mekanik, kimiawi,
dan transportasi energi serta unsur-unsur kimia oleh aliran.
1.6. LINGKUNGAN SUMBERDAYA AIR
Air adalah bagian yang sangat menentukan dalam kehidupan manusia sehari-hari di suatu lokasi
di samping faktor kesuburan, keamanan dan bencana geologi.
Masalah keberadaan sumberdaya air merupakan salah satu bagian dalam menghadapi Masalah
Lingkungan Hidup Manusia.
Dalam pembangunan lingkungan hidup, keberadaan sumberdaya air adalah tahap paling awal
yang mentukan proses pembangunan, karena ini akan mempengaruhi kehidupan masyarakat
dalam suatu wilayah (baik desa maupun kota). Perkembangan pembangunan saat ini adalah
menghadapi Proses Pencemaran Sumberdaya Air termasuk Airtanah.
Maka prioritas utama saat ini adalah mengatasi pencemaran badan-badan air (Sungai/Danau)
dan airtanah, serta mencegah meningkatnya pencemaran sumberdaya air.
Meningkatnya jumlah penduduk dalam suatu kota secara langsung akan meningkatkan pula
kebutuhan akan airbersih dan pencemaran, sehingga yang perlu dibangun adalah pemahaman
bahwa keberadaan sumberdaya air dalam suatu wilayah terbatas atau tertentu, dan saat ini
airtanah bukan merupakan sumberdaya yang terbarui (Renewable) apabila didasarkan pada
keseimbangan Recharge – Discharge terhadap waktu umur manusia.
Khusus airtanah, pemahaman keberadaan airtanah dalam suatu Cekungan Airtanah pada
daerah tertentu memberikan arti bahwa keberadaan airtanah sangat ditentukan oleh adanya
akifer air pada kondisi geologi tertentu :
• Mulai dari Daerah Recharge/Resapan pada bagian yang lebih tinggi/hulu,
• Masa perjalanan airtanah antara daerah Recharge - Discharge.
• Daerah luahan/Discharge pada bagian yang lebih rendah.
Selama masa perjalanannya airtanah dapat muncul menjadi mataair dan sebagian tetap
mengalir sebagai aliran airtanah.
Komposisi mineral akifer airtanah akan menghasilkan kimiawi airtanah yang tertentu pula.
Adanya perubahan airtanah/mataair (kuantitas maupun kualitas) haruslah dicermati/dipelajari
sebagai akibat perubahan di daerah Recharge dengan pendekatan Hidrogeologi dan
Hidrogeokimia.
Seharusnya data-data di atas dihimpun dalam satu lembaga atau Bank Data :
Badan/Otorita
Lembaga
Yang dapat digunakan dalam kegiatan :
1.Pencarian Sumber Airtanah.
2.Pengelolaan Airtanah.
3.Pemantauan Airtanah.
4.Konservasi Airtanah.
Kondisi Hidrogeologi Wilayah DKI Jakarta dibentuk oleh Endapan Kuarter; Berupa Endapan
Fluvial, Delta dan Paparan yang terletak di atas endapan Sedimen Tersier (Tua) dan
dibatasi oleh kondisi Geologi Wilayah Bogor (Selatan), Bekasi (Timur) dan Tangerang
(Barat).
Akifer air (Litologi Pasir) dari setiap jenis endapan akan memberikan kimiawi airtanah yang
tertentu, dan dapat berubah/dipengaruhi oleh adanya aktifitas perubahan muka airlaut selama
masa Kuarter.
1.9. KLIMATOLOGI
1.9.1. CURAH HUJAN
Cara-cara perhitungan curah hujan dari beberapa titik pengamat hujan.
1. Cara Rata-rata ALJABAR
Ṝ = 1 (R1 + R2 + . . . + Rn)
n
Dimana :
Ṝ = Curah Hujan Daerah (mm)
n = Jumlah Titik Pengamatan
R1, R2 , . . , Rn = Curah Hujan di Tiap Titik Pengamatan
2. Cara THIESSEN
Jika titik tidak tersebar merata maka dimasukkan unsur pengaruh :
Persamaan :
Ṝ = A1R1 + A2R2 + . . . + An Rn
Dimana :
A1 + A2 + A3 . . . + An
R = Curah Hujan Daerah.
n = Jumlah Titik Pengamatan.
= A1R1 + A2R2 + . . . + An Rn
R1, R2 , . , Rn = Curah Hujan di Tiap Titik
A
Pengamatan.
= W1R1 + W2 + R2 + . . . + WnRn
A1, A2 . . . An = Bagian Daerah yang Mewakili Tiap
Titik Pengamatan.
W1, W2 ,Wn = A1 , A2 , . . . An
A A A
PEMBUATAN POLIGON
Dimana :
Ṝ = Curah Hujan Daerah.
A1, A2 . . . An = Luas Bagian-bagian antara Garis Isohiet.
R1, R2 , . . . , Rn= Curah Hujan Rata-rata pada A1, A2, ... , An
W1, W2 ,Wn = A1 , A2 , . . . An
A A A
1.9.2. EVAPOTRANSPIRASI
CARA PERHITUNGAN BANYAKNYA EVAPOTRANSPIRANSI
1. CARA BLANEY - CRIDDLE
V = K.f
V = Banyaknya ET Bulanan (INC).
K = Koef., Tergantung dari Jenis Tanaman.
f = t+p
100
t = Suhu udara rata-rata bulanan (oF)
2. CARA THORNTHWAITE
e = c . ta
e = Evapotranspirasi Pot. Bulanan (cm/bulan).
t = Suhu udara rata-rata bulanan (oC).
c&a = Koef., tergantung pada tempat.
a = 0.000000675 (I ) – 0.0000771 (I2) + 0.01792 (I) + 0.49239
3
1.514
t
12
I = 5
t = 1
I = Jumlah 12 bulan dari suhu udara rata-rata bulanan di bagi 5 1.514
a
℮ = t
1.610
I
1.9.3. INFILTRASI
INFILTRASI :
Proses masuknya air hujan ke dalam lapisan permukaan tanah dan turun ke permukaan airtanah.
NAS = 10% Absensi + 15% Kuiz + 15% Laporan/Tugas + 25% UTS + 35% UAS
Absensi ≥ 70% dari kehadiran kuliah.
BAB II
ANALISIS GEOMETRI AKIFER
(Purodimadja, D.J., 1998)
TIPE-TIPE AQUIFER :
Unconfined Aquifer adalah akifer yang tidak tertekan dimana lapisan yang permeable pada
bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan impermiable atau kedap air. Tipe akifer ini sangat
umum dijumpai sebagai lapisan airtanah dangkal (Shallow groundwater).
Confined Aquifer adalah akifer yang tertekan dimana lapisan yang permeable baik
di atas dan di bawahnya dibatasi lapisan kedap air (impermeable). Contoh :
airtanah dalam (deep groundwater).
Leaky Aquifer adalah akifer semi confined dimana akifer di atas dan bawahnya
dibatasi oleh lapisan semipermeable.
Idealized Aquifer adalah akifer yang diasumsikan homogenous dan isothropic,
untuk memudahkan perhitungan matematik.
FORMASI GEOLOGI SEBAGAI AKIFER
Formasi geologi yang menghasilkan air dalam jumlah yang cukup besar dapat didefinisikan
sebagai akifer.
Gambar 2.5: Sistem celah pada batuan karbonat yang berfungsi untuk penyimpanan air
Akifer pada lava ini disebabkan adanya rongga-rongga gas yang satu dan lainnya berhubungan
sehingga dapat menyimpan dan meloloskan air, juga sering dijumpai suatu mineralisasi dengan
konsentrasi cukup tinggi. Ion-ion dari boron, arsen dan fluorid yang terlarut dalam air adalah
cukup berbahaya jika dikonsumsi sebagai air minum.
Gambar 2.6 : Airtanah pada daerah vulkanik
Akifer pada batuan beku
Batuan beku hanya dapat berfungsi sebagai akifer yang berarti bila batuan tersebut
mempunyai banyak kekar, sedangkan di bagian lainnya yang dimungkinkan sebagai akifer
yang cukup berarti adalah pada zona lapukan yang terdiri dari pasir lempungan.
Gambar 2.7 : Profil tubuh batuan beku/kristalin dan keterdapatan air yang
dimungkinkan pada zona rekahan dan bagian lapuk
METODA PEMETAAN TANAH
1. Pemetaan geologi.
2. Pemetaan geofisika dan sumur bor.
3. Pemetaan geokimia.
4. Uji pompa (Pumping Test).
PEMETAAN GEOLOGI
Pemetaan geologi yang dilakukan untuk pemetaan airtanah mencakup :
Pembuatan peta penyebaran batuan (singkapan).
Keadaan struktur yang mengontrol daerah tersebut.
Geomorfologi dan analisa daerah aliran sungai (DAS).
Pembuatan penampang.
Pembuatan diagram blok untuk mengetahui besarnya daerah tangkapan, kontrol
geomorfologi, struktur, serta stratigrafi secara 3 dimensi.
PEMETAAN GEOFISIKA
Pemetaan geofisika adalah pemetaan yang didasarkan anomali fisika dari material geologi
(batuan). Pemetaan geofisika merupakan data pendukung terhadap pemetaan geologi permukaan
sehingga sebelum diadakan penelitian geofisika selalu didahului oleh pemetaan geologi.
Pemetaan geofisika terdiri dari :
1. Geofisika Permukaan
Metoda ini bersifat tidak langsung (diukur di permukaan) dan hasilnya kurang pasti.
Metoda ini terdiri dari :
• Geolistrik (resistivitas) : menggunakan anomali resistivitas dari batuan yang ada.
Batuan yang banyak mengandung air memiliki daya hantar listrik yang tinggi
dan nilai resistivitas yang rendah.
• Seismik Refraksi untuk mengetahui lapisan batuan dan overburden.
2. Geofisika Lubang Bor
Metoda geofisika yang digunakan dalam lubang bor. Hasil yang diperoleh lebih pasti,
tetapi biayanya lebih tinggi.
Misalnya : Electrical Log, SP Log, Gamma Ray Log, dsb.
3. Metoda Remote Sensing
Penggunaan foto udara dan citra landsat sangat membantu dalam menafsirkan dan
mengidentifikasikan daerah-daerah yang diperkirakan mengandung air. Penafsiran
dari foto udara dilakukan melalui kunci-kunci penafsiran misalnya dari jenis rona/tona,
demikian juga citra landsat didasarkan pada kunci-kunci interprestasi warna citra.
PEMETAAN GEOKIMIA
Dalam metoda ini dilakukan pemetaan untuk menentukan jenis air dan kandungan mineralnya.
KULIAH HIDROGEOLOGI
(MGT-321)
1. Dasar Aliran
Dasar aliran airtanah adalah Hukum Darcy (1856) yang melakukan percobaan di laboratorium
dan telah menyelesaikan suatu analisis aliran air melalui pasir (media berpori).
SPECIFIC DISCHARGE yang melalui Silinder adalah :
V K
dh
V K .i
L
dL T
Hukum Darcy masih berlaku apabila :
1.Aliran airtanahnya satu arah dalam ruang pori.
2.Gradient Hidraulik atau dh/dl = Tetap.
3.Konduktivitas Hidraulik K = Tetap.
1. ELEVASI
Dengan posisi selinder Tegak ( = 0º), aliran akan terjadi mengalir ke bawah melalui selinder
(dari elevasi tinggi ke rendah) Akibat Gravitasi.
2. TEKANAN (PRESSURE)
Dengan posisi selinder datar (=90º), gravitasi tidak berperan, aliran yang terjadi kemungkinan
disebabkan oleh peningkatan tekanan pada akhir dan pengurangan tekanan pada daerah yang
lain.
Kerja yang dilakukan dalam memindahkan 1 unit massa cairan di antara 2 titik dalam suatu
sistem aliran.
Aliran Cairan Melalui Media Berpori Adalah Proses Mekanik.
Fluid Potensial.
Arah Aliran dalam ruang harusnya berasal dari daerah yang mempunyai Energi Mekanik per
unit massa cairan dari daerah tinggi ke daerah terendah.
Dapat didefinisikan sebagai kerja yang dibutuhkan untuk memindahkan suatu unit massa
cairan dari suatu bidang datum tertentu ke titik yang dipertanyakan.
∴ Potensial Cairan (Fluid Potensial) untuk mengalir melalui media berpori adalah energi
mekanik per unit massa cairan.
Gambar 3.3 : Data Perhitungan Energi Mekanik dari Unit Massa Cairan
3.2. Perhitungan Energi
Ingin dihitung kerja yang dibutuhkan untuk mengangkat unit massa cairan dari Datum Standar
ke Titik P.
Bila cairan mengalir dari titik P ke suatu titik pada bidang Datum Datar :
1. Persamaan (1) akan kehilangan Energi Potensial.
2. Persamaan (2) akan kehilangan Energi Kinetik.
3. Persamaan (3) akan kehilangan Energi Elastiknya atau ρ – V.
Potensial cairan Φ adalah jumlah dari W1, W2 dan W3, untuk unit massa cairan m=1, akan
diperoleh :
Φ = W1 + W2 + W3 .................................................................................................... (4).
P
V2 dp
gz ............................................................................................... (5).
2 P0 P
Untuk aliran dalam media berpori (pasir hingga lanau) :
Maka nilai :
V = Sangat Rendah V = 0
Massa cairan tak dapat dimampatkan, cairan dengan densitas () tetap maka bukan fungsi
dari P.
Maka, persamaan (5) dapat disederhanakan :
P P0 ..…………………………..…..………………….(6)
gz
Dalam persamaan (6) menunjukkan adanya pengaruh dari :
1.Elevasi (Z).
2.Tekanan Cairan (P).
Ada pertanyaan; bagaimana hubungan Z dan P, terhadap Hydraulic Head, perhatikan gambar 3.4 :
Pada titik P, tekanan cairan P diberikan oleh :
Gambar 3.4 : Hydraulic head h, pressure head ψ, dan
elevation head Z untuk suatu manometer laboratorium
KESIMPULAN SEDERHANA :
Potensial Cairan Φ titik P dalam media berpori adalah “Hydraulic Head (h)” pada titik P
dikalikan dengan percepatan gravitasi (g).
Ketika g konstan/tetap di sekitar permukaan bumi, maka Φ dan h korelasi sempurna.
Hydraulic Head h cocok sebagai potensial cairan Φ.
Hydraulic Head h punya 2 komponen :
1.Elevation Head (Z).
2.Pressure Head (ψ).
Hubungan dasar Head adalah dasar untuk memahami aliran airtanahnya.
Gambar 3.4 : Menunjukkan hubungan untuk Darcy Manometer.
Gambar 3.5 : Untuk pengukuran lapangan.
Persamaan (4) merupakan persamaan dasar-dasar mekanika fluida yang disebut pula
Persamaan Bernoulli.
Airtanah dalam sumur (beberapa feet di bawah water table) akan naik sampai elevasi dari
water table di lokasi tersebut. Posisi water table sering mengikuti bentuk umum dari
topografinya, walaupun relief water table tidak akan menyerupai relief topografinya (Gambar
3.7 A dan Gambar 3.7 B).
Tekanan cairan akan lebih besar dari tekanan atmosfer karena adanya beban air yang
menutupinya, tekanan cairan akan menjadi berkurang (lebih kecil) apabila ketalan cairannya
berkurang.
Gambar 3.6 : Penyebaran Tekanan
Cairan pada Tanah Berkenaan dengan Gambar 3.7 : Bentuk Muka
Muka Airtanah (Water Table) Airtanah Terhadap Topografi
A = Pengisian ; B = Kondisi Jenuh
AQUIFERS
Jenis Akifer, Perched Akifer, Recharge Area, Discharge Area dan Potensiometrik /
Piezometrik Surface / Water Table.
(Penjelasan telah ada di Analisis Geometri Akifer).
NAS = 10% Absensi + 15% Kuiz + 15% Laporan/Tugas + 25% UTS + 35% UAS
Absensi ≥ 70% dari kehadiran kuliah.
BAB IV
SIFAT FISIK HIDROLIKA BATUAN
Dalam mempelajari hidrogeologi perlu dipahami bahwa setiap batuan mempunyai sifat-sifat
hidrolik, salah satu sifat hidrolik yang dimiliki batuan adalah Hidraulik Konduktivity
(permeabilitas) atau K.
Hidraulik Konduktivitas adalah tingkat/besarnya kemampuan tanah/batuan untuk
mengalirkan cairan/air.
Vv
n 100
V
Vv = Volume rongga (L3)
V = Volume Total Massanya (L3)
(Rongga + Padatan)
Susunan kubik dan Rhombohedral akan mempunyai Porositas (n) lebih kecil, apabila diisi oleh
butir-butir yang halus dari butir utamanya.
Proses sementasi/Litifikasi akan menghasilkan n yang lebih kecil lagi.
Porositas Batu/Batuan
Sedimen n1 (primer)
n1>n2>n3
Batuan n2 (primer)
n3 (sekunder)
pelarutan n4 n4>n1
Lanau 35 – 50
Lempung 33 – 60
Q KA
hA hB ...................................................................................... (2)
L
PERMEAMETERS
Peralatan laboratorium yang dapat digunakan untuk menentukan nilai K bahan-bahan
bumi/massa batuan.
Massa batuan yang akan ditentukan nilai K dapat berasal dari contoh :
1.Disturbed/Terganggu.
2.Undisturbed/Tak Terganggu.
KAt hA hB
Qt
L
di mana : V Qt
KAth
V
L
VL
K
Ath
Gambar 4.4 : Peralatan Permeameter “Constant-Head”
4cm3 x3cm
cm 2 x12 x60 det ikxcm
cm
60 det ik
dh
Q KA
dl
Banyak air yang mengalir dari tabung ke sample adalah perubahan head terhadap
waktu dikalikan dengan luas tabung :
dh
qin At
dl
dh
= Perubahan head terhadap waktu
dl
At = Luas Tabung
Banyak air yang masuk = banyak air yang keluar
KAch
qout ...........( gambar 4.4)
L
dimana :
Ac = Luas Sample
L = Panjang Sample
h = Tinggi Air yang Turun
Gambar 4.5 : Peralatan Permeameter “Falling Head”
Apabila luas tabung dan luas sample-nya sebanding, maka dapat digunakan diameter keduanya
– dan persamaan dapat ditulis :
2
dt L ho
K 2 ln .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .........
dc t h
CONTOH SOAL
Diameter tabung = 2 cm, dan sample = 10 cm.
Panjang sample 150 mm dari lanau.
Head awal = 5,0 cm ; dan jatuh sampai 0,5 cm
Untuk waktu 528 menit.
Tentukan K Lanau ?
Jawab : dt 2 L ho
K 2
ln
dc t h
L = 15 cm ;
dt = 2 cm ;
dc= 10 cm ;
t = 528 menit ;
ho= 5,0 cm ; h = 0,5 cm
1. Freeze, R.A. & Cherry, J.A, 1979; Groundwater Prentice – Hall, Inc., Englewodd Cliffs,
New York, page 14 – 75.
2. Dominico, P.A., & Schwartz, F.W., 1990; Physical and Chemical Hydrogeology, John
Wiley & Sons, New York, page 23 – 53.
3. Fetter, C.W., 1990; Applied Hydrogeology, Macmillan College Publishing Company, Inc.,
New York, page 77 – 124 & 175 – 191.