Anda di halaman 1dari 83

Joko Tri Saputro

Contents

Silabus Modul Pengantar Hukum Pajak

Bab 1 Pengertian dan Tugas Hukum Pajak

Bab 2 Definisi, Fungsi dan Kedudukan Pajak


Bab 3 Interpretasi Hukum
Bab 4 Perlawanan Terhadap Pajak
Bab 5 Asas, Dasar dan Teori Pemungutan Pajak
Bab 6 Hukum Pajak dan Sanksi
Bab 7 Jenis Pajak, Cara dan Tarif
Pengertian Pajak

Prof.Dr.Rochmat Soemitro, SH
Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan UU (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat kontraprestasi yang langsung
dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.

Prof.Dr.P.J.A.Adriani
Iuran kepada negara (dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan dengan tidak mendapat
prestasi kembali yg langsung dpt ditunjuk dan gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan
Pengertian Pajak

Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh


orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Unsur Dalam Pengertian Pajak

1. Dipungut berdasarkan Undang-Undang


2. Dapat Dipaksakan
3. Tidak adanya kontraprestasi secara langsung
4. Dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat atau
daerah (bukan oleh swasta)
5. Dipergunakan untuk pengeluaran-pengeluaran pemerintah
dan investasi publik
Perbedaan Pajak dan Restribusi

Retribusi
Pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian
ijin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan

Kontraprestasi secara langsung


Perbedaan Pajak dan Sumbangan

Sumbangan
Pemberian yang diberikan kepada
pihak tertentu

Pihak yang mendapat manfaat


Fungsi Pajak
Budgetair (Penerimaan)
Sumber penerimaan negara
Misal : APBN 70-80% bersumber dari Penerimaan Pajak

Reguleren (Mengatur)
Mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial ekonomi
Misal : Pajak atas kendaraan mewah (PPnBM) agar tidak konsumtif thd
barang mewah

Redistribusi (Pemerataan keadilan)


Pemerataan andil dalam sumbangsih kepada negara
Misal : Tarif PPh yang progresif, golongan mampu dengan penghasilan
lebih tinggi dikenakan pajak lebih besar

Demokrasi (Gotong Royong)


Sebagai wujud gotong royong rakyat untuk negara
Asas Pemungutan Pajak
Equality
Pemungutan pajak harus adil dan merata, sesuai ability to pay

Certainty
Penetapan pajak tidak sewenang-wenang, adanya kepastian jumlah,
kapan terutang dan batas waktu pembayaran

Convenience
Pembayaran pajak sesuai saat yang tidak menyulitkan wajib pajak,
pay as you earn

Economy
Pengenaan pajak seminimal mungkin

- Adam Smith -
Teori Pemungutan Pajak

1. Teori Asuransi
Memposisikan pembayaran pajak sebagai premi asuransi, agar negara
melindungi kepentingan, keselamatan dan harta bendanya.

2. Teori Kepentingan
Negara harus melindungi kepentingan jiwa dan harta warga negaranya
Semakin besar kebutuhan perlindungan, semakin besar pungutan
pajak atas dirinya

3. Teori Gaya Pikul


Berawal dari asas keadilan, sesuai kemampuan seseorang dan setelah
terpenuhinya kebutuhan primer, dikenal lah PTKP.
Teori Pemungutan Pajak

4. Teori Bakti
Pembayaran pajak merupakan bakti rakyat terhadap negaranya.

5. Teori Gaya Beli


Pajak dimaksudkan untuk kebutuhan fungsi reguleren, untuk
kebutuhan mengatur perilaku warga negaranya
Hukum Pajak

Keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi


kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan
seseorang dan menyerahkan kembali ke masyarakat
melalui kas negara
Tata Urutan Peraturan perpajakan
1. Undang-undang
2. Perpu
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Keputusan Presiden
6. Instruksi Presiden
7. Keputusan Bersama Menteri 13. Peraturan Bersama Dirjen
8. Peraturan Menteri Keuangan 14. Keputusan Bersama Dirjen
9. Keputusan Menteri Keuangan 15. Peraturan Dirjen Pajak
10. Instruksi Menteri Keuangan 16. Keputusan Dirjen Pajak
11. Surat Edaran Menteri Keuangan 17. Instruksi Dirjen Pajak
12. Surat Menteri Keuangan 18. Surat Edaran Bersama Dirjen
19. Surat Edaran Dirjen Pajak
20. Surat Edaran Sekretaris Dirjen Pajak
21. Surat Dirjen Pajak
22. Surat Sekretaris Dirjen Pajak
23. Surat Kawat
24. Pengumuman
Pembagian Hukum Pajak

Hukum Pajak Materiil (khusus)


Norma yang menerangkan objek, subjek, tarif dan segala
sesuatu yang menyebabkan timbul dan hapusnya utang pajak
Contoh : UU PPh, PPN, PBB, BPHTB, Bea Meterai

Hukum Pajak Formal (umum)


Bentuk dan tata cara mewujudkan hukum materiil menjadi
kenyataan, meliputi hak dan kewajiban
Contoh : UU KUP, PPSP, Pengadilan Pajak
Penafsiran Hukum Pajak

1. Penafsiran Historis
Dengan melihat sejarah/latar belakang dibuatnya aturan, untuk
mengetahui maksud dari aturan tersebut
Contoh : melihat notula rapat pembahasan undang-undang

2. Penafsiran Sosiologis
Penafsiran atas aturan yang disesuaikan dengan kehidupan
masyarakat yang berkembang

3. Penafsiran Sistematik
Penafsiran aturan dengan mengaitkan dengan pasal lain atau
ketentuan lain
Penafsiran Hukum Pajak
4. Penafsiran Otentik
Dengan melihat hal-hal yang telah dijelaskan dalam aturan tersebut
(Bagian Penjelasan)

5. Penafsiran Tata Bahasa


Penafsiran yang paling penting, didasarkan atas makna dari kalimat
secara utuh yang telah disusun pada aturan tersebut

6. Penafsiran Analogis
Penafsiran yang sebaiknya tidak boleh digunakan. Yaitu dengan
memberi kiasan pada suatu kata
Contoh : “penjualan” menjadi “penyerahan barang”,sehingga
hibah/waris dapat diasumsikan menjadi penjualan

7. Penafsiran A Contrario
Penafsiran yang sebaiknya tidak boleh digunakan. Yaitu apabila tidak
tercantum jelas pada aturan, maka dianggap tidak diatur pada aturan
tersebut
Perlawanan Pajak
Penghindaran Diri (Tax Avoidance)
Dengan tidak melakukan perbuatan yang memberi alasan dikenai
pajak
Contoh : Mengecilkan penghasilan agar dibawah PTKP

Pengelakan Diri (Tax Evasion)


Dengan cara melanggar Undang-Undang dengan maksud melepaskan
diri dari pajak atau mengurangi dasar pengenaan pajak
Contoh : Pembukuan ganda

Melalaikan Pajak (Bodoamat)


Dengan menolak membayar pajak atau menolak memenuhi formalitas
yang harus dipenuhi
Contoh : Pasang Badan
Pembagian Jenis Pajak

Pajak Langsung
Yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain
Contoh : PPh

Pajak Tidak Langsung


Yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain
Contoh : PPN

Berdasarkan Sifat
Pembagian Jenis Pajak

Pajak Subjektif
Didasarkan pada subjeknya, baru dicari objeknya
Contoh : PPh

Pajak Objektif
Didasarkan pada objeknya, baru dicari subjeknya
Contoh : PPN, PBB

Berdasarkan Sasaran
Pembagian Jenis Pajak

Pajak Pusat
Dikelola oleh pemerintah pusat (DJP)
Contoh : PPh, PPN, PBB P3, Bea Meterai

Pajak Daerah
Didasarkan pada objeknya, baru dicari subjeknya
Contoh : BPHTB, Pajak hiburan, Pajak reklame, Pajak restoran

Berdasarkan Pemungutannya
Cara Pemungutan Pajak

Stelsel Nyata
Didasarkan atas peristiwa yang telah terjadi, baru ditetapkan pajaknya
+ Realistis -Menunggu peristiwa telah terjadi

Stelsel Fiktif
Didasarkan atas proyeksi atau perkiraan
+ Lebih cepat direalisasikan - Tidak realistis

Stelsel Campuran
Didasarkan atas proyeksi atau perkiraan diawal, lalu pada saat
peristiwa telah terjadi baru disesuaikan keadaan sebenarnya
Sistem Pemungutan Pajak

Official Assessment
Sistem pemungutan yang memberikan kewenangan kepada
pemerintah untuk menetapkan besaran pajak terutang
Contoh : PBB

Self Assessment
Wajib Pajak melalukan menghitung, memperhitungkan, menyetor,
melapor
Contoh : PPN

Withholding System
Sistem pemungutan yang memberi kewenangan kepada
pihak ketiga untuk memotong/memungut pajak terutang
Contoh : PPh
Asas Pemungutan Pajak

Tempat Tinggal
Negara memiliki hak untuk memungut pajak atas Wajib Pajak yang
tinggal di Indonesia, tidak memeperdulikan kewarganegaraannya

Kebangsaan
Negara memiliki hak untuk memungut pajak atas warga negaranya,
tidak memeperdulikan dimana dia tinggal

Sumber Penghasilan
Negara memiliki hak untuk memungut pajak atas penghasilan
yang diperoleh di Indonesia, tidak memperdulikan tempat
tinggal dan kewarganegaraan
Sanksi dan Utang Pajak

Sanksi
Berupa bunga, denda dan kenaikan

Ditagih dengan produk


STP, SKPKB, SKPKBT, Keputusan Keberatan, Putusan Banding

Dapat diselesaikan dengan


Pembayaran
Kompensasi
Daluwarsa
Pembebasan
Penghapusan
Joko Tri Saputro
Pengertian Pajak

UU KUP
Sebagai “kitab suci” perpajakan di Indonesia

Mengatur ketentuan formal untuk Undang-undang lainnya


Misal : PPh, PBB, PPN dan PPnBM, PPSP

UU No.6 Th 1983 diubah terakhir dgn UU No.16 Th 2009


Subjek Pajak Penghasilan
1. Subjek Pajak Dalam Negeri

a. Orang Pribadi (OP)


a. Bertempat tinggal di Indonesia
b. Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
c. Berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia

Termasuk
“Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak”

b. Badan (sekumpulan orang dan/atau modal)


Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
ex : CV, PT, Yayasan, dll

2. Subjek Pajak Luar Negeri...


Subjek Pajak Penghasilan

Subjek Pajak Luar Negeri

- Orang Pribadi (OP)


a. Tidak bertempat tinggal di Indonesia
b. Tidak berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan

- Badan (sekumpulan orang dan/atau modal)


Tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
a. Yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT)
b. Yang menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari poin a
Bentuk Usaha Tetap (BUT)

adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh


OP yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
OP yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia,
yang dapat berupa:

Tempat kedudukan manajemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan, gd kantor, pabrik, bengkel, gudang,
pertambangan dan penggalian SDA, perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, proyek konstruksi,
perakitan, dll
Objek Pajak Penghasilan

Penghasilan
setiap tambahan kemampuan ekonomis
- diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
- berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
- dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan WP yang bersangkutan,
- dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, hadiah, laba usaha, keuntungan penjualan atau pengalihan harta, bunga, dividen, royalti, sewa,
pembebasan utang oleh pihak lain, dll
Wajib Pajak

Subjek Pajak
- Orang Pribadi (18 tahun keatas atau sudah menikah)
termasuk ”warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak”
- Badan (sekumpulan orang dan/atau modal)
termasuk BUMN, BUMD, CV, PT, Yay, Ormas, Koperasi, BUT, dll

Jika Memenuhi Syarat Objektif


Yaitu memiliki Penghasilan

Maka Wajib memiliki NPWP


Dan disebut sebagai Wajib Pajak (WP)

Paling lama 1 (satu) bulan setelah memperoleh penghasilan


Kewajiban Wajib Pajak

Wajib memiliki NPWP

Nomor Pokok Wajib Pajak


01.234.567.8-999.000

999 = kode Kantor Pelayanan Pajak (KPP) penerbit NPWP


000 = kode cabang (000=pusat ; 001,002, dst=cabang)

Fungsi
- Identitas wajib pajak
- Saat dimulainya hak dan kewajiban perpajakan
NPWP
Pendaftaran NPWP
1. Manual ke KPP sesuai domisili WP dan sesuai wilayah kerja KPP
2. Online (e-Registration / e-Reg)
https://ereg.pajak.go.id

Pendaftaran NPWP
OP
FC KTP / Ket Domisili (Karyawan)
dan Surat Ijin Usaha (Usahawan)

Badan
Akte Pendirian
FC KTP dan NPWP Direktur Dapat diterbitkan melalui :
S. Ket Domisili, Ijin Usaha Permohonan WP atau secara Jabatan
Foto dan Denah Lokasi

Jangka waktu penyelesaian = max 1 hari kerja sejak permohonan diterima lengkap
NPWP
NPWP berbasis domisili atau lokasi
Apabila terjadi perubahan alamat / lokasi, maka ajukan Perubahan Data Alamat

1. Manual ke KPP terdaftar


2. Online (e-Registration / e-Reg)
https://ereg.pajak.go.id

Dapat mengakibatkan perubahan KPP terdaftar


Misal : alamat baru merupakan wilayah kerja lain,
maka ajukan permohonan pindah ke KPP lama, lalu proses dilanjutkan ke KPP baru
NPWP
Status NPWP
1. Normal (00)
2. Non Efektif (NE)
3. Delete (DE)

Pengajuan NE
OP atau Badan
Ketika sudah tidak memenuhi syarat Objektif

NPWP tetap terdaftar, tapi...


Tidak dikenai kewajiban administratif terkait NPWP (Pelaporan SPT)
Kapanpun dapat dijukan menjadi status aktif kembali

Penetapan NE
Melalui permohonan WP (manual atau eReg) atau secara jabatan

Jangka waktu penetapan NE = max 10 hari kerja sejak permohonan diterima lengkap
NPWP
Penghapusan NPWP
OP
1. Meninggal Dunia
2. Meninggalkan Indonesia Selamanya
3. Warisan telah terbagi
4. NPWP Dobel
5. NPWP Wanita Kawin tidak melakukan Pisah Harta

Badan
1. Likuidasi, Pembubaran, Merger, Akuisisi Tidak Memiliki Utang Pajak
2. BUT berhenti atau selesai beroperasi Tidak dalam status sebagai PKP

Penetapan DE
Melalui permohonan WP (manual atau eReg) atau secara jabatan

Jangka waktu penetapan DE


OP = 6 Bulan sejak permohonan diterima lengkap
Badan = 12 Bulan sejak permohonan diterima lengkap
Pengusaha Kena Pajak
Atas setiap NPWP
Dapat dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Menjadi Wajib apabila :


Dalam suatu tahun pajak, melakukan penyerahan barang/
Jasa kena pajak dengan akumulasi omzet diatas 4,8 Milyar

Pengukuhan Status PKP


Melalui permohonan WP (manual atau eReg) atau secara jabatan

Jangka waktu Pengukuhan Status PKP


1 hari kerja sejak permohonan diterima lengkap

Terkena kewajiban SPT Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Pengusaha Kena Pajak
PKP dapat dicabut
Tidak lagi memenuhi persyaratan batasan omzet
Kewajiban PPN cabang telah dipusatkan
Tidak diketahui keberadaannya
Menyalahgunakan PKP
Pindah alamat ke Wilayah Kerja KPP Lain

Pencabutan Status PKP


Melalui permohonan WP (manual atau eReg) atau secara jabatan

Jangka waktu Pencabutan Status PKP


6 bulan sejak permohonan diterima lengkap
Struktur KPP

Pendaftaran NPWP dan


Pengukuhan PKP

Dilakukan di KPP Pratama


Atau KPP Khusus
Interaksi WP-KPP
Wajib Pajak dapat berinteraksi langsung ke KPP ke :
1. Help Desk / Ruang Konsultasi
2. Account Representative (Waskon / Eksten)
3. Petugas Loket TPT
4. Pemeriksa Pajak
5. Jurusita Pajak

KPP dapat berinteraksi langsung ke Lokasi Wajib Pajak :


1. Account Representative (Waskon / Eksten)
2. Pemeriksa Pajak
3. Jurusita Pajak
Dengan membawa Surat Tugas
Kewajiban setelah berNPWP
Kewajiban Wajib Pajak setelah ber-NPWP adalah Pelaporan SPT
- Masa : SPT Masa PPh 4(2),15,21,22,23,PPN
- Tahunan : SPT Tahunan PPh OP (1770, 1770S, 1770SS)
SPT Tahunan Badan (1171, 1771-Y)

SPT dapat berstatus :


1. SPT Kurang Bayar (Harus dilakukan pembayan sebelum pelaporan)
2. SPT Lebih Bayar (Kelebihan dapat dikompensasi / restitusi)
3. SPT Nihil

Atas tiap Masa/Tahun Pajak


SPT yg pertama kali dilaporkan disebut SPT Normal
Dapat diperbaiki dgn melaporkan SPT Pembetulan ke-1, ke-2, dst

Terlambat/ Tidak melaporkan SPT dikenai Sanksi


SPT

SURAT yang oleh WAJIB PAJAK digunakan untuk MELAPORKAN:

PENGHITUNGAN dan/atau PEMBAYARAN PAJAK

OBYEK PAJAK dan/atau BUKAN OBYEK PAJAK

HARTA dan KEWAJIBAN

SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN


1. Kewajiban Menyampaikan Surat Pemberitahuan

UU KUP Ps.3 (1)


 Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan:
o benar, lengkap, dan jelas,
o dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
o menandatangani serta menyampaikannya
UU KUP Ps.3 (1b)
 Penandatanganan SPT dapat dilakukan:
o secara biasa,
o dengan tanda tangan stempel, atau
o tanda tangan elektronik atau digital,
yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama

tata cara pelaksanaannya diatur dengan


atau berdasarkan PerMenKeu
Penyampaian SPT
UU KUP Ps.4(1)

benar benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam


penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, dalam penulisan, dan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya;

lengkap memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan


objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan
dalam Surat Pemberitahuan; dan

jelas melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan


unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan
SPT
SPT dapat dibuat :
1. Manual (Tulis Tangan, Isi melalui Excel dan dicetak)
2. e-SPT (Aplikasi)

Apabila 1x melaporkan SPT yg dibuat menggunakan eSPT, maka semua jenis


pajak, seterusnya harus menggunakan eSPT

SPT dapat dilaporkan :


1. Manual ke KPP terdaftar
2. Dikirim via Jasa Ekspedisi / Pos Tercatat
3. e-Filing (Web : djponline.pajak.go.id)
SPT
Batas Waktu Pelaporan SPT:
1. SPT Masa Selain PPN Paling lama 20 Hari, setelah akhir masa pajak
2. SPT Masa PPN Akhir Bulan, Bulan Berikutnya
3. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Paling lama 3 Bulan, setelah akhir masa pajak
4. SPT Tahunan Badan Paling lama 4 Bulan, setelah akhir masa pajak

Sanksi keterlambatan Pelaporan SPT


1. SPT Masa Selain PPN Rp 100.000,- / SPT
2. SPT Masa PPN Rp 500.000,- / SPT
3. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Rp 100.000,- / SPT
4. SPT Tahunan Badan Rp 1.000.000,- / SPT
PERPANJANGAN JANGKA WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 3 ayat (4)

WAJIB PAJAK DAPAT MEMPERPANJANG JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT


TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PALING LAMA 2 (DUA) BULAN DENGAN SYARAT
:
1. Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis, atau
2. PEMBERITAHUAN HARUS DISERTAI DENGAN PENGHITUNGAN SEMENTARA
PAJAK YANG TERUTANG DALAM 1 (SATU) TAHUN,
3. SURAT SETORAN PAJAK SEBAGAI BUKTI PELUNASAN KEKURANGAN
PEMBAYARAN PAJAK YANG TERUTANG.

KEPADA DIRJEN PAJAK


KETENTUANNYA DIATUR DALAM PERMENKEU
No-243/PMK.03/2014 Tentang Surat Pemberitahuan (SPT)

page 47
SURAT TEGURAN
KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SPT
Pasal 3 ayat (5a)

APABILA SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) :

• TIDAK DISAMPAIKAN PADA WAKTU YANG TELAH


DITENTUKAN, ATAU
• PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN
TERLAMPAUI,

DIRJEN PAJAK DAPAT MENERBITKAN


SURAT TEGURAN

page 48
SURAT PEMBERITAHUAN
DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN
Pasal 3 ayat (7)

APABILA :
1. SPT TIDAK DITANDATANGANI,
2. SPT TIDAK SEPENUHNYA DILAMPIRI KETERANGAN
sebagaimana dimaksud ayat (6),
3. SPT YANG MENYATAKAN LEBIH BAYAR
DISAMPAIKAN SETELAH 3 (TIGA) TAHUN SESUDAH
BERAKHIRNYA MASA PAJAK, BAGIAN TAHUN PAJAK
ATAU TAHUN PAJAK, DAN WAJIB PAJAK TELAH
DITEGUR SECARA TERTULIS, ATAU
4. SPT DISAMPAIKAN SETELAH DIRJEN PAJAK
MELAKUKAN PEMERIKSAAN ATAU MENERBITKAN
SURAT KETETAPAN PAJAK.

page 49
KEWAJIBAN DIRJEN PAJAK
sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (7)
Pasal 3 ayat (7a)

DIRJEN PAJAK WAJIB MEMBERITAHUKAN


KEPADA WAJIB PAJAK,

APABILA DIANGGAP
SURAT PEMBERITAHUAN TIDAK DISAMPAIKAN
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM
PASAL 3 AYAT (7)

page 50
SANKSI DENDA
TIDAK DILAKUKAN TERHADAP
Pasal 7 ayat (2) jo. PER-186/PMK.03/2007

1. WP ORANG PRIBADI yang TELAH MENINGGAL DUNIA;


2. WP ORANG PRIBADI yang SUDAH TIDAK MELAKUKAN KE
GIATAN USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS;
3. WP ORANG PRIBADI yang BERSTATUS SEBAGAI WARGA
NEGARA ASING yang TIDAK TINGGAL LAGI DI INDONESIA;
4. BUT yang TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN LAGI DI
INDONESIA;
5. WP BADAN yang TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA LAGI
TETAPI BELUM DIBUBARKAN SESUAI KETENTUAN YANG
BERLAKU;
6. BENDAHARA yang TIDAK MELAKUKAN PEMBAYARAN LAGI;
7. WP yang TERKENA BENCANA, yang KETENTUANNYA DI
ATUR DENGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN; ATAU
8. WAJIB PAJAK LAIN yang DIATUR DENGAN ATAU
BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN.
page 51
WAJIB PAJAK LAIN
Pasal 2 PER-186/PMK.03/2007

YANG DIMAKSUD DALAM KETENTUAN DI ATAS


ADALAH :
• KERUSUHAN MASSAL,
• KEBAKARAN,
• LEDAKAN BOM ATAU AKSI TERORISME,
• PERANG ANTAR SUKU, ATAU
• KEGAGALAN SISTEM KOMPUTER ADMINISTRASI
PENERIMAAN NEGARA ATAU PERPAJAKAN.

page 52
PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (1)

WAJIB PAJAK DENGAN KEMAUAN SENDIRI DAPAT


MEMBETULKAN SPT YANG TELAH DISAMPAIKAN,

DENGAN MENYAMPAIKAN
SURAT PERNYATAAN

SYARAT :
BELUM DILAKUKAN TINDAKAN PEMERIKSAAN
oleh DIREKTUR JENDERAL PAJAK.
page 53
PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (1a)

DALAM HAL PEMBETULAN SPT MENYATAKAN :

RUGI ATAU
LEBIH BAYAR

PEMBETULAN SPT HARUS DISAMPAIKAN


PALING LAMA 2 (DUA) TAHUN
SEBELUM DALUWARSA PENETAPAN

page 54
PEMBETULAN SPT TAHUNAN
Pasal 8 ayat (2)

DALAM HAL WAJIB PAJAK MEMBETULKAN SENDIRI


SPT TAHUNAN YANG MENGAKIBATKAN UTANG PAJAK
MENJADI LEBIH BESAR,
DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA
SEBESAR 2% (DUA PERSEN) PER BULAN ATAS JUMLAH
PAJAK YANG KURANG DIBAYAR,

DIHITUNG SEJAK PENYAMPAIAN SPT BERAKHIR


SAMPAI DENGAN TANGGAL PEMBAYARAN,
BAGIAN DARI BULAN DIHITUNG PENUH
1 (SATU) BULAN.

page 55
PEMBETULAN SPT MASA
Pasal 8 ayat (2a)

DALAM HAL WAJIB PAJAK MEMBETULKAN SENDIRI


SPT MASA YANG MENGAKIBATKAN UTANG PAJAK
MENJADI LEBIH BESAR,
DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA
SEBESAR 2% (DUA PERSEN) PER BULAN ATAS JUMLAH
PAJAK YANG KURANG DIBAYAR,

DIHITUNG SEJAK JATUH TEMPO PEMBAYARAN SAMPAI


DENGAN TANGGAL PEMBAYARAN,
BAGIAN DARI BULAN DIHITUNG PENUH
1 (SATU) BULAN.

page 56
PEMBETULAN SPT WP Membetulkan SPT dengan
menyampaikan pernyataan tertulis

Syarat, belum dilakukan:


o Verifikasi dalam rangka menerbitkan skp;
o Pemeriksaan; atau
o Pemeriksaan Bukti Permulaan.

rugi atau lebih bayar

TIDAK YA

sampai paling lama 2 (dua) tahun


daluwarsa sebelum daluwarsa
57
Pasal 5
WAKIL/
KUASA
PASAL 32 UU KUP
Ayat 1
Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal :

Badan Pengurus

Badan yang dinyatakan pailit Kurator

orang atau badan yang ditugasi


Badan dalam pembubaran
untuk melakukan pemberesan

Badan dalam likuidasi Likuidator

suatu warisan yang salah seorang ahli warisnya,


pelaksana wasiatnya atau yang
belum terbagi mengurus harta peninggalannya

anak yang belum dewasa atau orang wali atau pengampunya


yang berada dalam pengampuan
PASAL 32 UU KUP
Ayat (2)
Wakil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab
secara pribadi dan/atau secara renteng atas pembayaran pajak yang
terutang, kecuali apabila dapat membuktikan dan meyakinkan
Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam kedudukannya benar-
benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang
terutang tersebut.

Ayat (3)

Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan


surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

Penjelasan Ayat (3)


Yang dimaksud dengan "kuasa" adalah orang yang menerima
kuasa khusus dari Wajib Pajak untuk menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan tertentu dari Wajib Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
PMK 229 Tahun 2014

1 Persyaratan Kuasa (Bukan Konsultan Pajak)

Dalam hal seorang kuasa bukan konsultan pajak, persyaratan


menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c dibuktikan
dengan kepemilikan sertifikat brevet atau ijazah pendidikan formal
di bidang perpajakan yang diterbitkan oleh Perguruan tinggi negeri
atau swasta dengan status terakreditasi A, sekurang-kurangnya tingkat
Diploma III yang dibuktikan dengan menyerahkan fotokopi sertifikat
brevet atau ijazah

2 Persyaratan Kuasa (Konsultan Pajak)

Dalam hal seorang kuasa adalah konsultan pajak, persyaratan


menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c dibuktikan
dengan kepemilikan Surat Izin Praktek Konsultan Pajak yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan
dan menyerahkan fotokopi Surat Izin Praktek Konsultan Pajak
yang dilengkapi dengan Surat Pernyataan Sebagai Konsultan
Pajak dengan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II
Peraturan Menteri Keuangan ini
PEMBAYARAN
PAJAK
Batas Waktu Pembayaran Pajak Untuk Masa Pajak

Paling Lama Jenis Setoran


PPh Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 15
PPh Pasal 21
Tanggal 10 bulan PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26
berikutnya PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan
pelumas kepada penyalur/agen atau industri
PPh pasal 22 yang dipungut WP badan tertentu sebagai
Pemungut Pajak
PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri
PPh Pasal 25
Tanggal 15 bulan
PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP
berikutnya
dari luar Daerah Pabean
PPN atau PPN dan PPnBM oleh Pemungut PPN selain Bendahara
Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk
Batas Waktu Pembayaran Pajak Untuk Masa Pajak

Disetor Paling Lama Jenis Setoran


Bersamaan dengan
PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor
pembayaran BM
Dalam Jangka waktu PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang
satu hari setelah dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
pemungutan
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara
Pada hari yang sama PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan
oleh Pejabat Penandatangan SPM sebagai Pemungut PPN
PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan
Tanggal tujuh bulan
oleh Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang
berikutnya
ditunjuk
Pada akhir masa pajak PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
terakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) UU KUP
Sebelum SPT SPT Masa PPN
disampaikan SPT Tahunan
Sarana Pembayaran

Dibuat sendiri oleh WP


1. sse.pajak.go.id
2. djponline.pajak.go.id
3. Ponsel *141*500#

Minta dbuatkan oleh


1. KPP
2. Bank Persepsi

Dipersamakan dengan
Surat Setoran Pajak (SSP)
Kode akun/jenis pajak Kode MAP / Kode Setor
411 121 – PPh Ps 21
411 122 – PPh Ps 22
411 123 – PPh Ps 22 Impor 411 313 – PBB Perkebunan
411 124 – PPh Ps 23 411 314 – PBB Perhutanan
411 125 – PPh Ps 25/29 OP 411 315 – PBB Pertambangan Minerba
411 126 – PPh Ps 25/29 Badan 411 316 – PBB Pertambangan Migas
411 127 – PPh Ps 26 411 317 – PBB Pertambangan Panas Bumi
411 128 – PPh Final 411 319 – PBB P3 Lainnya
411 129 – PPh Non Migas Lainnya 411 611 – Bea Meterai
411 131 – PPh Fiskal 411 612 – Penjualan Benda Meterai
411 211 – PPN Dalam Negeri 411 619 – Pajak Tidak Langsung Lainnya
411 212 – PPN Impor 411 621 – Bunga/Denda Penagihan PPh
411 219 – PPN Lainnya 411 622 – Bunga/Denda Penagihan PPN
411 221 – PPN / PPnBM Dalam Negeri 411 623 – Bunga/Denda Penagihan PPnBM
411 229 – PPN/PPnBM Lainnya 411 624 – Bunga/Denda Penagihan PTLL

Kode Setor
100 – Masa
200 – Tahunan
300 – STP
310 - SKPKB
Sanksi Administrasi Atas Keterlambatan
Pembayaran Pajak

Untuk dihitung dari tanggal jatuh tempo


Masa pembayaran sampai dengan tanggal
Pajak pembayaran, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan
dikenai sanksi
(Pasal 9 ayat (2) administrasi berupa
bunga sebesar 2%
(dua persen) per
Untuk dihitung mulai dari berakhirnya batas
PPh bulan
waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Setahun Tahunan sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan penuh
1 (satu) bulan
(Pasal 9 ayat (2a)
Pembayaran Pajak

Jika hari hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional

libur termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan


Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama
secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah
pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya

Tempat menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat


Pembayar pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
an
dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan
Contoh Soal
Tahun Masa Jenis Pajak Bayar Tanggal Setor Tanggal Lapor
2013 Januari PPh21 Rp 6.500.000 25/04/2013 25/04/2013
PPh 21 Pb 1 Rp 1.000.000 11/02/2016 11/02/2016
PPN Rp 70.000.000 15/04/2013 15/04/2013
Februari PPh21 Rp 6.500.000 19/03/2013 19/03/2013
PPN Rp 95.000.000 28/03/2013 30/04/2013
Maret PPh21 Rp 4.000.000 09/04/2013 10/04/2013
PPN Rp 125.000.000 29/04/2013 30/04/2013
Dst...
Hitung berapa sanksi Surat Tagihan Pajak yang dapat diterbitkan!
Contoh Soal
Tahun Masa Jenis Pajak Bayar Tanggal Setor Tanggal Lapor
2013 Januari PPh21 Rp 6.500.000 25/04/2013 25/04/2013
PPh 21 Pb 1 Rp 1.000.000 11/02/2016 11/02/2016
PPN Rp 70.000.000 15/04/2013 15/04/2013
Januari 2013 - PPh 21
Februari PPh21 Rp 6.500.000
Setor paling lambat 10 Feb 2013, Lapor paling lambat 20 Feb 2013
19/03/2013 19/03/2013
PPN Rp 95.000.000 28/03/2013 30/04/2013
SPT normal
Maret PPh21 Rp 4.000.000 09/04/2013 10/04/2013
- Sanksi Telat setor = 2% x 3 bulan (11Feb13 s.d 25Apr13) x Rp6.500.000 = Rp 390.000
- Sanksi Telat Lapor = RpPPN
100.000 Rp 125.000.000 29/04/2013 30/04/2013
- Total = RpDst...
390.000 + Rp 100.000 = Rp 490.000

Hitung bulan terlambat =


11feb s.d 10mar = 1 bulan
11mar s.d 10apr = 1 bulan
11apr s.d 10mei = 1 bulan (25 April ada di periode ini)
Total 3 bulan

SPT Pb 1 (Pembetulan ke 1)
- Sanksi Telat setor = 2% x 24 bulan (11Feb13 s.d 11Feb16) x Rp1.000.000 = Rp 480.000
- Sanksi Telat Lapor = Tidak ada (karena tgl lapor yg dipakai adalah tgl lapor pada spt normal)
- Total = Rp 480.000

Kenapa 24bulan? Karena denda maksimal adalah 24bulan


Contoh Soal
Tahun Masa Jenis Pajak Bayar Tanggal Setor Tanggal Lapor
2013 Januari PPh21 Rp 6.500.000 25/04/2013 25/04/2013
PPh 21 Pb 1 Rp 1.000.000 11/02/2016 11/02/2016
PPN Rp 70.000.000 15/04/2013 15/04/2013
Februari PPh21 Rp 6.500.000 19/03/2013 19/03/2013
Januari 2013 - PPN
PPN Rp 95.000.000 28/03/2013 30/04/2013
Setor paling lambat 28 Feb 2013, Lapor paling lambat 28 Feb 2013
Maret PPh21 Rp 4.000.000 09/04/2013 10/04/2013
- Sanksi Telat setor = 2%PPN
x 2 bulan (1Mar13 s.d
Rp15Apr13) x Rp70.000.000
125.000.000 = Rp 2.800.000 30/04/2013
29/04/2013
- Sanksi Telat Lapor = Rp 500.000
- Total = RpDst...
2.800.000 + Rp 500.000 = Rp 3.300.000,-

Hitung bulan terlambat =


1mar s.d 31mar = 1 bulan
1apr s.d 30apr = 1 bulan (15 April ada di periode ini)
Total 2 bulan
Contoh Soal
Tahun Masa Jenis Pajak Bayar Tanggal Setor Tanggal Lapor
2013 Januari PPh21 Rp 6.500.000 25/04/2013 25/04/2013
PPh 21 Pb 1 Rp 1.000.000 11/02/2016 11/02/2016
PPN Rp 70.000.000 15/04/2013 15/04/2013
Februari PPh21 Rp 6.500.000 19/03/2013 19/03/2013
PPN Rp 95.000.000 28/03/2013 30/04/2013
Maret
Februari 2013 - PPh 21
PPh21 Rp 4.000.000 09/04/2013 10/04/2013
Setor paling lambat 10 MarPPN Rp 125.000.000
2013, Lapor paling lambat 20 Mar 2013 29/04/2013 30/04/2013
Dst...
- Sanksi Telat setor = 2% x 1 bulan (11Mar13 s.d 19Mar13) x Rp6.500.000 = Rp 130.000
- Sanksi Telat Lapor = Tidak ada
- Total = Rp 130.000

Hitung bulan terlambat =


11mar s.d 10apr = 1 bulan (19 Maret ada di periode ini)
Total 1 bulan

Februari 2013 - PPN


Setor paling lambat 31 Mar 2013, Lapor paling lambat 31 Mar 2013

- Sanksi Telat setor = Tidak ada


- Sanksi Telat Lapor = Rp500.000
- Total = Rp500.000
Contoh Soal
Tahun Masa Jenis Pajak Bayar Tanggal Setor Tanggal Lapor
2013 Januari PPh21 Rp 6.500.000 25/04/2013 25/04/2013
PPh 21 Pb 1 Rp 1.000.000 11/02/2016 11/02/2016
PPN Rp 70.000.000 15/04/2013 15/04/2013
Februari PPh21 Rp 6.500.000 19/03/2013 19/03/2013
PPN Rp 95.000.000 28/03/2013 30/04/2013
Maret PPh21 Rp 4.000.000 09/04/2013 10/04/2013
PPN Rp 125.000.000 29/04/2013 30/04/2013
Dst...
Maret 2013 - PPh 21
Setor paling lambat 10 Apr 2013, Lapor paling lambat 20 Apr 2013

- Sanksi Telat setor = Tidak ada


- Sanksi Telat Lapor = Tidak ada

Maret 2013 - PPN


Setor paling lambat 30 Apr 2013, Lapor paling lambat 30 Apr 2013

- Sanksi Telat setor = Tidak ada


- Sanksi Telat Lapor = Tidak ada
PEMBUKUAN
& PENCATATAN
Pembukuan Menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)

“Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan


kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan.”
(Ps 28 ayat (1) UU KUP)

Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan


pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib
melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
Peredaran <
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan 4,8 M
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib
Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
(Ps 28 ayat (2) UU KUP)
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)

• WP OP (kegiatan usaha/ pekerjaan bebas)


Siapa? • WP Badan

• WP OP Norma (peredaran < Rp 4,8 miliar)


Pengecualian • WP OP tidak melakukan kegiatan
(Tetap Wajib Pencatatan) usaha/pekerjaan bebas

Page  76
Sanksi terkait Pembukuan

Sanksi Administratif (Pasal 13 ayat (3) UU KUP)


Tidak memenuhi kewajiban terkait pembukuan sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak terutang:
atas SKPKB terbit, pokok pajak yang kurang ditambah sanksi kenaikan
sebesar 50% untuk PPh dan 100% untuk PPh Potput, PPN & PPNBM dari
pajak yang tidak/kurang dibayar/dipotong/ dipungut/disetor

Sanksi Pidana (Pasal 39 ayat (1) UU KUP)

•Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen yang palsu/dipalsukan;


•Tidak menyelenggarakan pembukuan di Indonesia/tidak meminjamkan buku,
catatan atau dokumen; maka
dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun
dan didenda paling sedikit 2 kali jumlah pajak tidak/kurang bayar dan paling
banyak 4 kali kali jumlah pajak tidak/kurang bayar
Pengembalian kelebihan
pembayaran pajak
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (UU KUP Ps17B)

SPT Restitusi / Kompensasi 3 tahun berturut-turut, dilakukan


pemeriksaan
Lebih
Bayar
Paling lama 12 bulan sejak permohonan diterima lengkap (SPT
LB) muncul SKP
“tidak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan”

Jika melebihi 12 bulan dianggap dikembalikan seluruhnya, dan diberikan


imbalan bunga 2% per bulan atas keterlambatan penerbitan SKPLB
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
(WP Kriteria Tertentu) – UU KUP Ps 17C

SPT Restitusi – Diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian


Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP)
Lebih Paling Lama 3 (tiga) bulan utk PPh
Bayar Paling Lama 1(satu) bulan utk PPN

Kriteria Tertentu
1. Tepat waktu menyampaikan SPT Masa dan Tahunan
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak
3. Lap. Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik, WTP 3 tahun
berturut- turut
4. Tidak pernah melakukan tindak pidana di bidang perpajakan 5
tahun berturut-turur

Jika hasil pemeriksaan mengakibatkan muncul SKPKB,


Ditambah sanksi kenaikan 100% dari jumlah kurang bayar
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
(WP Persyaratan Tertentu) – UU KUP Ps17D

SPT Restitusi – Diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian


Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP)
Lebih Paling Lama 15 (limabelas) hari utk OP
Bayar Paling Lama 1 (satu) bulan utk badan dan PKP

Persyaratan Tertentu
1. Tidak menjalankan usaha / pekerjaan bebas
2. Menjalankan usaha/pekerjaan bebas dgn nilai LB
OP – Max 10jt
Badan – Max 100jt
PKP – SPT PPN max 100jt

Jika hasil pemeriksaan mengakibatkan muncul SKPKB,


Ditambah sanksi kenaikan 100% dari jumlah kurang bayar

PMK Nomor 198/PMK.09/2013


Pengembalian Kelebihan Pembayaran PPN
(WP Resiko Rendah) – UU PPN Ps9(4b)

SPT PPN Restitusi PPN harus dilakukan di akhir tahun, kecuali


Lebih 1. PKP ekspor BKP / JKP
Bayar 2. PKP melakukan penyerahan ke pemungut / PPN tidak dipungut
3. PKP belum berproduksi

SKPPKP diterbitkan max 1 bulan setelah permohonan


diterima lengkap

Dilakukan pemeriksaan, max 12bulan setelah permohonan


diterima lengkap muncul SKP

Jika hasil pemeriksaan mengakibatkan muncul SKPKB,


Ditambah sanksi bunga 2%/bulan max 24bulan dari jumlah kurang
bayar

PMK Nomor 198/PMK.09/2013


Joko Tri Saputro

Anda mungkin juga menyukai