Mi. 4.ppi TB
Mi. 4.ppi TB
• Micobacterium TB berukuran 1- 10
mikron dan dapat bertahan di udara
selama beberapa jam.
• Infeksi terjadi bila seseorang menghirup percik
renik yang mengandung M.tb dan akhirnya
sampai di alveoli.
• Umumnya respons imun terbentuk 2-10
minggu setelah infeksi.
• Sejumlah kuman tetap dormant (tidur/tidak
berkembang) selama bertahun - tahun dan
disebut infeksi laten.
Penularan TB di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Konsentrasi percik renik di udara. Ini
dipengaruhi oleh jumlah percik renik yang
dikeluarkan oleh pasien TB Paru maupun
keadaan ventilasi di area paparan,
2. Jumlah kuman yang terhirup
3. Ventilasi udara
4. Lamanya pajanan.
Beberapa keadaan yang dapat meningkatkan
risiko penularan TB:
Dari faktor pasien
• Batuk Produktif
• terkonfirmasi secara bakteriologis
• Kavitas
• Tidak menerapkan etika batuk (tidak menutup hidung
atau mulut saat batuk dan bersin)
• Membuang dahak/ludah tidak pada tempat seharusnya
• Tidak dalam pengobatan denganOAT
• Tindakan intervensi (induksi sputum, bronkoskopi dan
suction)
Dari faktor Lingkungan
• Ventilasi yang kurang
• Ruang yang tertutup dan lembab
• Laboratorium yang tidak memenuhi syarat
misalnya tidak tersedia air mengalir,
kurangnya cahaya matahari yang masuk.
• Prevalensi TB di daerah tempat tinggal tinggi
Penularan HIV di fasilitas kesehatan
Beberapa hal yang dapat menyebabkan petugas
TB berisiko tertular HIV misalnya melalui :
• perlukaan di kulit, tusukan jarum, tusukan alat
tajam lainnya yang telah tercemar dengan
darah atau cairan tubuh terinfeksi HIV.
• pajanan pada kulit yang luka dan percikan
darah atau cairan tubuh terinfeksi HIV yang
mengenai selaput mukosa, mulut, hidung atau
mata.
Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
• Merupakan bagian dari kewaspadaan standard
• Bertujuan untuk memutus mata rantai transmisi mikroba penyebab
infeksi untuk diterapkan terhadap pasien yang diketahui maupun
dugaan terinfeksi atau terkolonisasi patogen yang dapat
ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak dengan kulit atau
permukaan terkontaminasi termasuk yang terduga mengidap Multi-
Drug Resistant Organisms (MDRO).
• Dilaksanakan sebagai tambahan Kewaspadaan standar
• Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi:
a. Melalui kontak.
b. Melalui droplet.
c. Melalui udara (Airborne).
d. Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan).
e. Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus).
Kewaspadaan standar
• adalah upaya pengendalian infeksi yang
merupakan gabungan dari kewaspadaan
universal dan isolasi duh tubuh
• Upaya mencegah kontak dengan darah, feses,
urine,sputum, saliva, drainase luka, cairan
tubuh lainnya.
Komponen kewaspadan standar
1. Kebersihan tangan (Hand hygiene)
2. Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan bedah, masker bedah,
kaca mata pelindung (goggle), pelindung wajah (face shield),
respirator partikulat (misalnya masker N95), baju pelindung
(apron)
3. Pengelolaan lingkungan dan limbah
4. Pengelolaan alat kesehatanbekas pakai
5. Penatalaksanaan linen
6. Penempatan pasien (patient bed layout)
7. Etika batuk (Respiratory hygiene)
8. Praktek menyuntik yang aman
9. Praktek pencegahan infeksi saat prosedur lumbal punksi
10. Perlindungan dan kesehatan karyawan
PRINSIP PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
TB DI FASYANKES
Pilar Managerial
b. Ventilasi campuran
Adalah sistem ventilasi alamiah ditambah dengan
penggunaan peralatan mekanik untuk menambah
efektifitas penyaluran udara.(mis : penggunaan kipas
angin/exhaust fan untuk menyalurkan/menyedot udara ke
arah tertentu)
c. Ventilasi Mekanik
Adalah sistem ventilasi yang menggunakan peralatan mekanik untuk
mengalirkan dan mensirkulasikan udara di dalam gedung. Termasuk
disini adalah AC dan sistem pemanas udara
Kelebihan dan kelemahan ventilasi campuran
KELEBIHAN KELEMAHAN
√
Contoh Bangsal
Contoh poliklinik
Contoh ruang berdahak
Prosedur yang dapat menimbulkan Aerosol
Pasien umum
Pasien batuk
Berikan masker,
Pisahkan, KIE
Laboratorium
TB ()04)
KECELAKAAN KERJA DAN TATA LAKSANA
PAJANAN DI TEMPAT KERJA
1. Kecelakaan kerja
– Keselamatan petugas adalah hal yang sangat penting
dan kecelakaan kerja harus dicegah.Apabila terjadi
kecelakaan harus dilaporkan kepada atasan dan
didokumentasikan, sehingga dapat dilakukan tindakan
selanjutnya.
– Kecelakaan kerja dapat terjadi ketika ada pajanan dari
darah atau cairan tubuh pasien kepada petugas
melalui:
• Parenteral berupa tusukan, luka dll
• Percikan pada mukosa mata, hidung atau mulut.
• Percikan pada kulit yang tidak utuh (pecah-pecah, lecet)
Tatalaksana pajanan di tempat kerja
• Jika terjadi luka tusukan jarum suntik atau luka iris
segera cuci dengan sabun dan air mengalir.
• Jika jari tertusuk segera cuci dengan sabun dan air
mengalir, tidak boleh dihisap dengan mulut seperti
kebanyakan tindakan refleks untuk menghisap darah
atau ditekan-tekan
• Jika terjadi percikan pada mukosa hidung segera
hembuskan udara sekuat tenaga
• Jika terkena mulut ludahkan segera dan kumur dengan
air bersih Jika terkena kulit segera bilas dengan guyuran
air yang mengalir.
• Jika terkena mata segera lakukan irigasi dengan air
bersih, larutan garam fisiologis atau air steril.
Laporan Pajanan
• Setiap pajanan harus diperlakukan sebagai keadaan darurat
oleh karena petugas yang terpajan segera melaporkan
kepada atasan langsung dan bagian pengendalian infeksi
Nosokomial atau bagian keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).
• Laporan sangat diperlukan agar pemberian profilaksis
pasca pajanan dapat dimulai secepat mungkin dalam waktu
kurang dari 4 jam dan tidak lebih dari 72 jam. Semakin
cepat pemberian profilaksis pasca pajanan, semakin
bermanfaat dan sebaliknya.
• Lakukan penilaian until potensi tertular, bila iya maka
dilakukan konseling dan tes HIV baik pada petugas maupun
pasien yang menjadi sumber pajanan (jika belum diketahui
status HIV nya).
Penilaian Pajanan untuk Profilaksis Pasca Pajanan HIV
Status infeksi sumber pajanan
Jenis Pajanan
HIV positif HIV positif Tidak diketahui Tidak diketahui HIV
Tingkat 1 Tingkat 2 status HIV-nya sumbernya negatif
Perlukaan kulit
Kurang berat Dianjurkan Anjuran Umumnya Tidak Umumnya TTidak
(y.i. jarum b Pengobatan pengobatan perlu PPP, perlu P
i perlu PPP
e
Luka d
u dasar dengan 3 – pertimbangkan 2- Pertimbangkan P
d
permukaan) in 2 – obat PPP obat PPP obat PPP bila 2-obat PPP bila P a
t sumber berisiko terjadi di d
.k
u dengan ra
, tinggi HIV ie
Lebih berat Pengobatan Anjuran Umumnya Tidak Umumnya s
rTTidak
(y.i. jarum b dengan pengobatan perlu PPP perlu P
iaperlu PPP
berlubang, le3 – obat PPP Dengan pertimbangkan 2- Pertimbangkan 2- P k
h
d
Tusuk d
u
s 3 –obat obat PPP bila obat PP P o
a
Nampak d
a
k PPP sumber berisiko terjadi di P d .k
pada alat, atau a
lr dengan bila ra
Jarum b
ra tinggi HIV ie
Dipakai p
e
a
m s
r
arteri atau vena) a
k
h
, ia
t
Pajanan pada lapisan d
a mukosa atau pajanan pada luka di kuli k
h
Volume sedikit a
sPertimbangkan Anjuran Umumnya Tidak Umumnya o
TTidak
(beberapa tetes) Pengobatan pengobatan perlu PPP perluPPP. i perlu PPP
dasar dengan pertimbangkan 2- Pertimbangkan d 2
2 – obat PPP 3 –obat PPP obat PPP bila obat P a b
-
sumber berisiko. terjadi di P d k i
dengan P ra l
tinggi HIV ie a
Volume banyak Dianjurkan Anjuran Umumnya Tidak Umumnya s
rTTidak
(tumpahan Pengobatan pengobatan perlu PPP perlu P
iaperlu PPP
banyak darah) dasar dengan pertimbangkan Pertimbangkan P
k
h
d 2
2 – obat PPP 3 –obat PPP 2-obat PPP bila obat P P o
a b
-
sumber berisiko. terjadi di P d .k i
dengan P ra l
tinggi HIV ie a
s
r
ia
k
h
Pemberian Profilaksis Pasca Pajanan (PPP)
• PPP sebaiknya diberikan sesegera mungkin dalam
waktu 72 jam setelah paparan.
• Penilaian kebutuhan PPP harus berdasarkan
status HIV sumber paparan jika memungkinkan,
dan pertimbangan prevalensi dan epidemiologi
HIV di tempat tersebut.
• PPP tidak diberikan jika orang yang berisiko
terpapar sebenarnya HIV positif atau sumber
paparannya HIV negative.
• Lamanya pemberian PPP HIV adalah 28-30 hari.
Pemberian Profilaksis Pasca Pajanan (PPP)
Orang yang
Paduan ARV
terpapar
TDF + 3TC + LPV/r
Pilihan
Remaja dan
dewasa AZT + 3TC + LPV/r
Alternatif
TDF + 3TC + EFV
AZT + 3TC + LPV/r
Pilihan
TDF + 3TC + LPV/r
Anak (≤10 tahun)
Dapat menggunakan
Alternatif
EFV/NVP untuk
NNRTI