Anda di halaman 1dari 24

REFARAT

EPILEPSI

Pembimbing :

dr. Tumpal A. Siagian, Sp.S

Disusun oleh:
Nanci Windi Pongsapan
1965050104

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
DEFINISI

Epilepsi adalah suatu penyakit otak yang ditandai dengan kondisi/gejala


berikut:

1. Minimal terdapat dua bangkitan tanpa provokasi atau dua bangkitan


refleks dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari
24 jam.

2. Satu bangkitan tanpa provokasi atau satu bangkitan refleks dengan


kemungkinan terjadinya bangkitan berulang dalam 10 tahun kedepan
sama dengan (minimal 60%) bila terdapat dua bangkitan tanpa provokasi/
bangkitan refleks.

3. Sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsi

Buku ajar Neurologi 2017


EPIDEMIOLOGI

Diperkirakan terdapat 50 juta orang di seluruh dunia yang menderita epilepsi


(WHO 2012). Populasi epilepsi aktif (terjadi bangkitan terus menerus dan
memerlukan pengobatan) diperkirakan antara 4-10 per 1000 penduduk. Namun
angka ini jauh lebih tinggi di negara dengan pendapatan perkapita menengah dan
rendah yaitu antara 7-14 per 1000 penduduk. Secara umum diperkirakan terdapat
2,4 juta pasien yang didiagnosis epilepsi setiap tahunnya.
ETIOLOGI

IDIOPATIK

SIMPTOMATIK

KRIPTOGENIK
KLASIFIKASI

Berdasarkan jenis bangkitan :

Bangkitan parsial

• Bangkitan parsial sederhana ( kesadaran baik)

•Bangkitan parsial kompleks (kesadaran terganggu)

•Bangkitan pasrsial sekunder umum


Bangkitan umum

•Bangkitan absans (petit mal)


Bangkitan absans atipikal

•Bangkitan tonik klonik

•Bangkitan mioklonik

•Bangkitan atonik

•Bangkitan tonik

•Bangkitan klonik

Bangkitan epilepsi yang tidak terklasifikasi ( karena


atau data tidak lengkap/tidak adekuat)
DIAGNOSIS

Untuk mendiagnosis epilepsi terutama didapatkan dari anamnesis yang baik.


Investigasi selanjutnya berguna untuk menilai gangguan fungsional dan struktural
pada otak.
Pada anamnesis terutama dipasktikan lebih dulu apakah suatu bangkitan epilepsi
atau bukan. Kemudian tentukan jenis bangkitan dan sindroma epilepsi berdasarkan
klasifikasi ILAE.
Dalam praktik klinis, auto dan alloanamnesis dari orang tua atau saksi
mata harus mencakup pre-iktal, iktal, dan post-iktal.

Pre-iktal

Kondisi fisik dan psikis yang mengindikasikan akan terjadinya bangkitan, seperti
perubahan perilaku, perasaan lapar, berkeringat, hipotermi, mengantuk, menjadi
sensitif, dan lain-lain. Kemudian juga ditanyakan ingatan terakhir sebelum terjadi
serangan, untuk menentukan berapa lama amnesia terjadi sebelum serangan
Iktal

Ditanyakan apakah terdapat aura atau adanya gejala yang dirasakan pada awal
bangkitan. Serta bagaimana pola/ bentuk bangkitan, mulai dari deviasi mata,
gerakan kepala, gerakan tubuh, vokalisasi, automatisasi, gerakan pada salah satu
atau kedua lengan dan tungkai, bangkitan tonik/klonik, inkontinensia, lidah tergigit,
pucat, berkeringat, dan lain-lain. Ditanyakan juga apakah terdapat lebih dari satu
pola bangkitan, dan adakah perubahan pola dari bangkitan sebelumnya, serta
aktivitas pasien saat terjadi bangkitan, misalnya saat tidur, saat terjaga, bermain,
dan lain-lain. Serta berapa lama bangkitan terjadi
Post-ikatal

Apakah pasien langsung sadar, bingung, nyeri kepala, gaduh gelisah, Todd’s
paresis.
•Faktor pencetus: kelelahan, hormonal, stress psikologi, dan alkohol

•Riwayat epilepsi sebelumnya: Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan,


interval terpanjang antar bangkitan, dan kesadaran antar bangkitan.

•Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap obat anti epilepsi (OAE)
sebelumnya. Perlu ditanyakan jenis dan dosis OAE, kepatuhan, serta kombinasi
OAE.

•Penyakit yang diderita sekarang, riwayat penyakit neurologis psikiatrik maupun


sistemik yang mungkin menjadi penyebab maupun komorbiditas.

•Riwayat epilepsi dan penyakit lain yang berhubungan dalam keluarga

•Riwayat saat berada dalam kandungan, kelahiran, dan tumbuh kembang

•Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi SSP, dan lain-lain


PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS

Pemeriksaan fisik umum


Pemeriksaan dilakukan untuk mencari tanda-tanda gangguan yang berkaitan atau yang
mencetuskan epilepsi, seperti: trauma kepala, tanda infeksi, kelainan kongenital,
penggunaan alkohol atau napza, kelainan pada kulit (neurofakomatosis), dan tanda
keganasan

Pemeriksaan neurologis
Untuk mencari tanda-tanda defisit neurologi fokal atau difus yang dapat berhubungan
dengan epilepsi. Jika dilakukan dalam beberapa menit setelah bangkitan, maka akan
tampak pascabangkitan terutama tanda fokal yang tidak jarang dapat menjadi
pentunjuk lokalisasi seperti: paresis Todd, gangguan kesadaran post-iktal, dan afasia
post-iktal
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Electro-ensefalografi
Electro-ensefalografi adalah suatu metode
studi aktivitas listrik di korteks dengan
menggunakan lead yang terpasang di skalp.
Elektroda-elektroda ini kemudian
menangkap aktivitas listrik otak yang
paling tinggi
CONTOH GELOMBANG OTAK
ABNORMAL PENDERITA EPILEPSI
Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pada pasien yang baru didiagnosis


dengan epilepsi 12-14% memiliki lesi
kausal pada MRI dan 80% pasien dengan
kejang berulang memiliki abnormalitas
struktur dari hasil MRI. Terdapat lima
indikasi pasien epilepsi dilakukan MRI
yaitu:

•Kejang dengan onset fokal


•Kejang umum atau tidak terklasifikasi
pada tahun pertama kehidupan atau
onset pada dewasa
•Terdapat defisit neurologis
•Kegagalan mengontrol kejang setelah
pemberian OAE lini pertama yang
adekuat
•Perubahan pola kejang
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan hematologis yang mencakup hemoglobin, leukosit, dan hitung jenis,


hematokrit, trombosit, apusan darah tepi, elektrolit, kadar gula darah sewaktu, fungsi
hati (SGOT/SGPT), ureum, kreatinin, dan albumin

Pemeriksaan ini dilakukan pada:


Awal pengobatan sebagai salah satu acuan dalam menyingkirkan diagnosis banding dan
pemilihan OAE
Dua bulan setelah pemberin OAE untuk mendeteksi efek samping OAE.
Rutin diulang setiap tahun sekali untuk memonitor samping OAE, atau bila timbul
gejala klinis akibat efek samping OAE.
PENATALAKSANAAN

Tujuan medikasi
Tujuan utama terapi epilepsi adalah mengupayakan penyandang epilepsi dapat
hidup normal dan tercapa kualitas hidup optimal

Prinsip Pemberian OAE


•Diagnosis epilepsi sudah dipastikan
•Terdapat minimum dua bangkitan dalam setahun
•Penyandang atau keluarganya sudah menerima penjelasan tentang tujuan
pengobatan dan efek sampingnya
•Bangkitan terjadi berulang walaupun faktor pencetus sudah dihindari
Obat antiepilepsi berdasarkan Guideline CHFT 2011

a. Pada bangkitan fokal dan umum : karbamazepine, lamotrigine,


levetiracetam, oxcarbazepin, asam valproat
b. Bangkitan umum primer : asam valproat, lamotrigin
c. jenis bangkitan yang tidak pasti : asam valproat, lamottrigin.
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai