Anda di halaman 1dari 9

KASUS ETIKA BISNIS

MASKAPAI LION AIR


• Keterlambatan Maskapai Penerbangan Lion Air Berdampak Pada Penerbangan Internasional “
• Setelah penerbangan lokal, kali ini rute penerbangan internasional, Jakarta menuju Kuala Lumpur Batik Air
yang tergabung dalam Lion Air Group mengalami keterlambatan alias delay. Fitriansyah Muhammad, salah
satu penumpang Batik Air JT 0284 tersebut, mengatakan dalam boarding pass yang dipegangnya, proses
boarding yang seharusnya dimulai pukul 15.15 WIB ternyata belum dilakukan petugas Lion di Bandara
Soekarno Hatta, Cengkareng.
• Penumpang mulai cemas. Lalu, sekitar pukul 15.30 terdengar pemberitahuan bahwa penerbangan ke KL akan
delay 1,5 jam. Tapi, setelah menunggu selama waktu yang sudah ditentukan, petugas kembali
memberitahukan delay diperpanjang," kata pria yang akrab disapa Iyan ini, Senin (2/10/2017). Iyan
menuturkan, petugas Lion Air yang berjaga di Cengkareng beralasan delay disebabkan harus menunggu
pesawat Lion Air dari Surabaya pada pukul 19.00. "Memang tadi ada opsi untuk ganti pesawat, tapi kalau
kita tidak inisiatif untuk bertanya mungkin tidak akan ada opsi tersebut. Apalagi tadi saya lihat ada bule-
bule yang kebingungan dengan delay tersebut."
• Kompensasi Delay
• Fika, salah satu staf gate Lion Air, yang berhasil dihubungi Tribunnews.com, mengatakan saat ini proses
boarding penerbangan Jakarta ke Kuala Lumpur sudah dimulai dengan menumpangi pesawat Lion Air JT 577
dari Surabaya. Fika juga mengaku sudah menerapkan prosedur delat maskapai penerbangan yang diatur
pemerintah. "Kami juga sudah memberikan snack berupa roti kepada penumpang sebagai kompensasi
keterlambatan pesawat." Namun, hal itu dibantah oleh Iyan. Menurut Iyan, penumpang sama sekali tidak
diberikan apapun dari keterlambatan tersebut. "Bohong itu. Kami tidak diberikan apapun dari Lion Air."
• Penyelesaian Kasus :
• Dalam kasus ini, terkait dengan keterlambatan angkutan udara, pelanggaran etika bisnis yang telah dilakukan oleh
pihak lion air yaitu :
• 1. Sering terjadinya keterlambatan penerbangan yang berjam jam,menggambarkan kurangnya
efektifitas kegiatan operasional maskapai Lion Air yang memberikan dampak kepada calon penumpang.
• 2. Ketiadaan informasi yang diberikan pihak Lion Air kepada calon penumpang, ketika terjadi masalah pada
penerbangan yang menyangkut safety penumpang. Terbukti dengan menumpuknya calon penumpang selama berjam
– jam di bandara , menunggu kepastian keberangkatan mereka.
• 3. Lambatnya gerak pihak Lion Air dalam memberikan jasa pelayanan bagi calon penumpang yang mengalami
keterlambatan penerbangan, sehingga terkesan adanya pembiaran dengan kondisi calon penumpang. Tidak adanya
makanan , minuman, serta akomodasi yang diberikan oleh pihak Lion Air sebagai jasa pelayanan atas
keterlambatan penerbangan yang terjadi.
• Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 89 Tahun 2015Penanganan Keterlambatan
Penerbangan (Delay Management) Pada Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal di Indonesia
(“Permenhub 89/2015”). Menurut Pasal 2 Permenhub 89/2015, keterlambatan penerbangan pada badan
usaha angkutan udara niaga berjadwal terdiri dari:
• a. keterlambatan penerbangan (flight delayed).
• b. tidak terangkutnya penumpang dengan alasan kapasitas pesawat udara (denied boarding passenger).
• c. pembatalan penerbangan (cancelation of flight).
• Dalam hal terjadi keterlambatan penerbangan (flight delayed) Badan Usaha Angkutan Udara wajib
memberikan kompensasi dan ganti rugi kepada penumpangnya.
• Keterlambatan penerbangan dikelompokkan menjadi 6 (enam) kategori
keterlambatan, yaitu:
• 1. Kategori 1, keterlambatan 30 menit s/d 60 menit;
• 2. Kategori 2, keterlambatan 61 menit s/d 120 menit;
• 3. Kategori 3, keterlambatan 121 menit s/d 180 menit;
• 4. Kategori 4, keterlambatan 181 menit s/d 240 menit;
• 5. Kategori 5, keterlambatan lebih dari 240 menit; dan
• 6. Kategori 6, pembatalan penerbangan.
• Kompensasi yang wajib diberikan Badan Usaha Angkutan Udara akibat keterlambatan penerbangan itu berupa:
• a. keterlambatan kategori 1, kompensasi berupa minuman ringan;
• b. keterlambatan kategori 2, kompensasi berupa minuman dan makanan ringan (snack box);
• c. keterlambatan kategori 3, kompensasi berupa minuman dan makanan berat (heavy meal);
• d. keterlambatan kategori 4, kompensasi berupa minuman, makanan ringan (snack box), dan makanan berat (heavy meal);
• e. keterlambatan kategori 5, kompensasi berupa ganti rugi sebesar Rp. 300.000 (tiga ratus ribu rupiah);
• f. keterlambatan kategori 6, badan usaha angkutan udara wajib mengalihkan ke penerbangan berikutnya atau mengembalikan
seluruh biaya tiket (refund ticket); dan
• g. keterlambatan pada kategori 2 sampai dengan 5, penumpang dapat dialihkan ke penerbangan berikutnya atau mengembalikan
seluruh biaya tiket (refund ticket).
Terimaksih

Anda mungkin juga menyukai