Anda di halaman 1dari 52

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA

PADA MASA PEMERINTAHAN GUS DUR


Hubungan antar negara,
politik luar negeri dan
diplomasi merupakan tiga
kegiatan yang saling berkaitan
dalam usaha setiap warga
untuk menjamin kepentingan-
kepentingannya dan untuk
mencapai tujuannya.
 Pemerintah menentukan urutan prioritas
kepentingan yang hendak dipertahankan dan
tujuan yang hendak dicapai. Adapun cara
pendekatan dan pelaksanaannya dirumuskan
dalam suatu kebijaksanaan luar negeri.
Vitalitas usaha untuk melaksanakan
kebijaksanaan tersebut dilakukan melalui
diplomasi yang bagi Indonesia berciri sebagai
diplomasi perjuangan
Karena keadaan
internasional tidak statis,
melainkan selalu
berkembang, maka
kebijaksanaan luar negeri
pemerintah selalu
memerlukan penyesuaian
dengan perkembangan
tersebut, bahkan harus
dapat mengantisipasi
sejauh mungkin
perkembangan selanjutnya.
Namun didalam
menyesuaikan kebijakan
luar negeri dengan situasi
internasional yang
berkembang, landasan dan
dasar-dasar dari politik luar
negeri Indonesia tidak
terlalu banyak berubah,
karena mengacu pada UUD
1945 yang menetapkan
arah kebijakan luar negeri
Indonesia adalah bebas
aktif, dengan orientasi pada
national interest.
Hal itu pula yang
melandasi arah
kebijakan luar negeri
Indonesia pada masa
pemerintahan Gus Dur.
Ketika Gus Dur
berkuasa, Indonesia
sedang dalam keadaan
yang tidak kondusif,
terutama kepercayaan
internasional terhadap
Indonesia sangat
rendah.
Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya negara yang
melarang warga negaranya
untuk berkunjung ke
Indonesia, larinya para
investor dari Indonesia, krisis
yang terus menerus seakan
tiada akhir dan sebagainya.
Oleh karena itu wajar apabila
focus perhatian
pemerintahan Gus Dur lebih
berorientasi kepada bidang
luar negeri
Banyak yang menilai, apa yang
dilakukan oleh Gus Dur sebagai
langkah untuk mengoreksi
pelaksanaan politik luar negeri
sebelumnya. Juga langkah untuk
mengimbangi kekuatan AS dan Barat
dengan membangun kemitraan
strategis dengan Cina dan India,
membangun kerjasama dengan
negara-negara Pasifik dalam Forum
Pasifik Barat dan menyeimbangkan
negara-negara Islam radikal dengan
memilih kontak terbuka dengan
Israel.
Bagi Gus Dur, langkah-langkah
tersebut bukan wadahnya yang
menjadi orientasi, melainkan makna
dari wadah tersebut. Sebagai sebuah
contoh, rencana dibukanya hubungan
dagang dengan Israel (tidak
terwujud), bukan dalam artian
sebenarnya, melainkan untuk
menggugah negara-negara Arab agar
mau berinvestasi di Indonesia, sebab
diketahui bersama bahwa dana yang
dipinjam oleh negara-negara
berkembang didunia ini dari kreditor-
kreditor Barat, merupakan uang-uang
milik negara-negara Arab yang
disimpan di bank-bank milik negara-
negara Barat.
Disamping itu, Gus
Dur berupaya untuk
menciptakan
perubahan-
perubahan di negara-
negara kunci Asia
agar mereka lebih
responsive terhadap
kebutuhan –
kebutuhan Indonesia.
Pendekatan baru politik
luar negeri ini, selain
dibentuk oleh
perubahan-perubahan
dalam negeri, juga
dibangun atas dasar
perkiraan-perkiraan
munculnya
kecenderungan ekonomi
lebih besar yang akan
membentuk lansekap
abad mendatang.
Ketika Gus Dur
melansir kebijakan
luar negeri yang
mengutamakan
hubungan dengan
negara-negara kunci
di Asia, masyarakat
yakin telah terjadi
pergeseran atas
perubahan dalam
politik luar negeri
Indonesia.
Masyarakat percaya
bahwa pemerintah selalu
berusaha beradaptasi
dengan lingkungannya
yang berubah baik
didalam maupun diluar
negeri. Tujuan adaptasi
itu adalah menyelesaikan
masalah-masalah yang
dihadapi dan
merealisasikan tuntutan
dalam negeri melaui
politik luar negeri.
Dilihat dari perspektif
demikian, apa yang
dilakukan oleh Gus Dur
bukanlah pergeseran
apalagi perubahan total
politik luar negeri,
melainkan suatu proses
adaptasi terhadap
lingkungan internal dan
eksternal Indonesia
yang berubah
Dalam proses adaptasi ini, pemerintahan
Gus Dur memunculkan aspek mutualisme
dalam politik luar negerinya, yaitu
mengembangkan kerjasama internasional
yang didasari oleh kepentingan dan
mengutamakan pendekatan regional. Ada
beberapa alasan yang memperkuat alasan
tersebut :
Pertama, perubahan-
perubahan dalam negeri
Indonesia telah
memunculkan pandangan
kritis masyarakat terhadap
masalah-masalah yang
dihadapi dan memperbesar
tuntutan mereka terhadap
pemerintah untuk mengatasi
masalah-masalah nasional,
terutama masalah ekonomi.
Kedua, sebagai konsekuensi
dari perubahan yang disebut
pertama adalah semacam
consensus antara pemimpin
dan masyarakat Indonesia,
untuk membangun strategi
yang memungkinkan Indonesia
memiliki kebebasan lebih besar
untuk mempromosikan
pengaturan baru di luar negeri
yang bermanfaat untuk
memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dalam negeri.
Ketiga, hasil dari
proses demokrasi
dalam politik
Indonesia, memberi
peluang bagi
munculnya
mekanisme yang
lebih adaptif
terhadap tuntutan
yang muncul didalam
maupun dari luar.
Berdasarkan beberapa
perubahan yang terjadi,
maka Indonesia pada
masa pemerintahan Gus
Dur menetapkan
kebijakan politik dan
hubungan luar negeri
yang disebut Ecumenical
Diplomacy yaitu
merangkul semua negara
untuk memperluas
persahabatan dan
kerjasama yang saling
menguntungkan dengan
memprioritaskan:
 pertama, pemulihan citra Indonesia
dimata masyarakat Internasional.
 Kedua, pemulihan ekonomi
nasional dan kesejahteraan umum,
 ketiga, pemeliharaan keutuhan
wilayah nasional, persatuan bangsa
serta stabilitas nasional, serta
mencegah terjadinya disintegrasi
bangsa.
 Keempat, peningkatan hubungan
bilateral dengan prioritas negara-
negara yang dapat membantu
percepatan pemulihan ekonomi,
perdagangan, investasi dan
parawisata,
 kelima, memajukan kerjasama
internasional dalam rangka
pemeliharaan perdamaian dunia.
Wajah diplomasi Indonesia masa
pemerintahan Gus Dur banyak
dipengaruhi oleh dinamika
kehidupan dalam negeri.
Perkembangan-perkembangan
positif yang turut menyumbang
pada kinerja kebijakan luar
negeri antara lain
penyelenggaraan Sidang Tahunan
MPR, disahkannya UU no. 24
tahun 2000, tentang Perjanjian
Internasional, UU No. 37 tahun
1999, tentang hubungan luar
negeri dan Keppres tentang Tata
Koordinasi Penyelenggaraan
hubungan luar negeri
Kegiatan politik dan
hubungan luar negeri
pemerintahan Gus Dur
memprioritaskan upaya-
upaya yang mendukung
pemulihan ekonomi nasional,
peningkatan citra serta
dukungan masyarakat
internasional terhadap
integrasi wilayah dan
kedaulatan bangsa, yang
dilakukan melalui kunjungan
Gus Dur ke luar negeri
selama kurang dari dua
tahun
Pemerintahan Gus Dur
berusaha mengutamakan
diplomasi untuk mendapatkan
dukungan internasional,
terutama dari negara-negara
ASEAN, AS, Eropa dan Asia
Pasifik, seperti Australia, RRC
dan Jepang, terhadap kebijakan
pemerintah dalam merespon
ancaman disintegrasi bangsa
yang dinilai merupakan salah
satu kepentingan nasional yang
bersifat mendesak dan perlu di
prioritaskan.
Namun apa yang dilakukan
Gus Dur banyak dipandang
tidak jelas kearah mana
kebijakan luar negerinya akan
di jalankan, meskipun telah
mencatatkan rekor sebagai
Presiden RI pertama yang
menjejakkan kakinya di lima
benua atau 50 negara selama
kurang dari dua tahun, tapi
tidak berhasil membawa
perubahan signifikan terhadap
kondisi perekonomian
Indonesia.
 MENYADARI akan besarnya ketergantungan
negara-negara selatan kepada dunia Barat,
Presiden KH. Abdurrahman Wahid meluncurkan
ide Strategic partnership Indonesia-Cina-India.

 Gagasan tersebut menarik untuk dicermati
meskipun Gus Dur telah lengser, karena selama
ini ketiga negara tersebut potensial untuk besar,
namun karena terbendung oleh hegemonik
imperialisme Barat maka potensi tersebut tidak
bisa dioptimalkan.

Kalau kita berbicara masalah
Sumber Daya Manusia, Cina
menduduki urutan nomor satu,
India nomor dua dan Indonesia
nomor empat. Dilihat dari Sumber
Daya Alam, jelas ketiga negara
memiliki kandungan sumber daya
alam yang cukup besar. Hal
tersebut tidak akan
termanfaatkan secara optimal
apabila negara tersebut masih
tergantung pada dunia Barat
 Seperti telah umum diketahui bahwa sebagai
akibat dari berakhirnya Cold War, AS muncul
sebagai The Lonely Superpower di dalam
tataran pergaulan internasional, sehingga
dalam semua aspek kehidupan masyarakat
dunia, AS merasa perlu untuk turut bermain
bahkan selalu memposisikan diri selaku
penentu kebijakan.
Dominasi AS ini kemudian muncul
dalam bentuk penggabungan dua
jenis kekuatan yaitu politik dan
militer pada satu sisi serta budaya
dan ekonomi pada sisi lain.
Sebegitu dominannya AS sebagai
sebuah negara, tidak ada isu
internasional yang tidak terlepas
dari usaha AS untuk campur
tangan di dalamnya, termasuk
melakukan tekanan kepada
negara-negara lain yang dirasa
tidak mengindahkan kebijakan AS,
bahkan untuk urusan dalam
negeripun seperti pelanggaran
HAM dan juga separatisme AS
senantiasa turut campur
Apalagi setelah
pengeboman gedung
WTC, AS semakin
menunjukan
dominasinasinya dengan
cara penyerangan ke
Afganistan, dengan
alasan Afganistan yang
dipimpin Mullah Omar
(Taliban) dianggap
melindungi Osama Bin
Laden tersangka
pengeboman WTC.
 Indonesia banyak dicampuri dalam masalah HAM
begitu pula RRC dan India. Campur tangan AS di
Cina lebih kelihatan lagi dengan dukungannya
kepada Taiwan, perekonomian Indonesia sangat
dimainkan oleh IMF dan India juga mendapatkan
tekanan karena India memiliki senjata nuklir.

 Campur tangan AS melalui doktrin politik luar
negerinya yaitu democratic peace, ke dalam
setiap permasalahan domestik suatu negara
selalu berkaitan dan berbungkuskan isu-isu
global baru seperti HAM, Demokratisasi,
Lingkungan Hidup dan perdagangan bebas
 Kesemuanya itu mencerminkan gejala
intervensionis yang begitu kuat dan cenderung
meremehkan faktor kedaulatan nasional suatu
negara. Sementara aktor-aktor baru dalam
hubungan internasional seperti LSM-LSM
pengusung HAM dan lingkungan, kelompok
bussines dan mass media berperan besar dan
mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap
kebijakan negara telah pula turut memperkuat
investasi – hegemoni AS dan sekutunya tersebut.

Dilandasi oleh hal tersebut, maka
kelihatannya Gus Dur berusaha
untuk membangun persepsi positif
ke dunia internasional berkaitan
dengan penindakan pelanggaran
HAM, sehingga sebetulnya yang
dituju Gus Dur adalah membuat
perlindungan bersama agar dapat
lepas dari campur tangan asing
dalam negerinya, terutama Amerika
Serikat yang semakin
meningkatkan perannya di Asia
 Kemitraan strategis yang berusaha dibangun
India, Cina dan Indonesia tidak lepas dari
kesadaran terhadap potensi tenaga kerja yang
melimpah di ketiga negara. Selain itu ketiga
negara berpotensi menjadi pasar yang luar biasa
besar bagi masyarakat internasional, walau pada
saat ini perlu dipertanyakan daya beli pasar
Indonesia dan India. Ketiga negara juga memiliki
persamaan menghadapi masalah-masalah
persatuan dan kesatuan.

Apalagi Cina pada saat
ini sedang mengalami
kemajuan yang sangat
pesat dalam bidang
politik, ekonomi, dan
militer. Kemajuan Cina
ini tidak lepas dari
prinsip-prinsip dasar
yang diletakkan
DengXiaoping dengan
istilah sosialisme dengan
karakteristik Cina
 Program empat modernisasi Cina
yang meliputi bidang-bidang
industri, pertanian, IPTEK serta
pertahanan nasional mengawali
keterbukaan Cina ke masyarakat
internasional.
Sejalan dengan pelaksanaan
program Empat Modernisasi ini Cina
mulai menerapkan open door policy.
Tidak lagi ada kekhawatiran
terhadap nilai-nilai asing, bahkan
mulai berusaha memperbesar
pengaruh ke lingkungan eksternal.
Kontribusi terpenting dari politik
pintu terbuka ini adalah
keikutsertaan dalam perdagangan
internasional secara menyeluruh
dan mendatangkan penanaman
modal asing.
 Sedangkan India, sejak awal
kemerdekaannya telah berusaha untuk
membangun dan mengembangkan
kehidupan demokratis. Keinginan
tersebut terlihat banyak kendala yang
menghadang dengan melihat
kenyataan kehidupan di India.
Komunialisme semakin menguat,
terutama gerakan-gerakan
fundamentalis agama.
Secara Ekonomis India
mempunyai potensi untuk
berkembang. Menurut the
internasional for strategi
studies, India termasuk ranking
ketiga setelah Cina dan Vietnam
bagi investor dari Jepang.
Hubungan antara India dengan
ASEAN, perkembangan terakhir
menunjukkan adanya sikap
akomodatif India terhadap
kecemasan ASEAN dalam isu
nuklir.
Media massa India
melaporkan bahwa India
melaporkan bahwa India
telah sepakat untuk
menyetujui gagasan Asia
Tenggara sebagai
kawasan bebas nuklir.
Menarik pula mencatat
bahwa sejak berakhirnya
perang dingin,
perdagangan India
 ASEAN mengalami peningkatan pesat. Karena
itu dari sudut pandang kepentingan India,
tampaknya tidak terdapat ganjalan yang
berarti untuk mewujudkan gagasan kemitraan
strategis Indonesia-Cina-India. Sebab
hubungan India dengan Cina telah membaik
dan hubungan India ASEAN juga telah
mengalami peningkatan.
 Meski demikian, kemitraan strategis ini
sebaiknya tidak dimaksudkan untuk menbangun
suatu aliansi dalam bentuk kelembagaan formal
tetapi lebih pada upaya untuk menggalang suatu
network yang secara kualitatif lebih baik
khususnya untuk menyatukan pendapat terhadap
berbagai isu internasional.

 Suatu manfaat yang dapat dipetik dari adanya
hubungan kemitraan strategis semacam ini
terletak pada dekonstruksi pemikiran yang telah
tertanam dalam masa perang dingin bahwa
terdapat pola rivalitas dan kecurigaan diantara
ketiga kekuatan regional Asia tersebut.
 Dalam rumusan lain, kemitraan semacam itu
akan bermanfaat untuk mentransformasikan pola
hubungan kerjasama. Namun yang harus
dijadikan pertimbangan juga, bahwa niat
pembentukkan kemitraan strategis yang di
tujukan untuk maminimalisir ketergantungan
terhadap dunia Barat (USA), malah menciptakan
ketergantungan baru kepada Cina. Sebab
didasari atau tidak national power Cina lebih siap
di bandingkan dengan Indonesia dan India.

 Kemitraan strategis yang dibangun oleh
Indonesia-Cina_India akan menjadi lebih efektif
apabila dalam kesepadanan terjadi usaha saling
mengenal dan menerima satu sama lain. Namun
saying apa yang telah dilakukan oleh Gus Dur
tersebut, pada masa pemerintahan Megawati
tidak ditindak lanjuti.

 Banyak yang menyayangkan ketika Megawati


tidak menindaklanjuti apa yang telah dipikirkan
oleh Gus Dur sebagai alternatif krisis yang terjadi
di Indonesia. Bahkan pemerintahan Megawati
cenderung kooperatif dengan AS, sehingga
character building yang ingin dibangun oleh Gus
Dur menjadi suatu hal yang sia-sia
 Pada masa pemerintahan SBY, tepatnya tanggal
23 November 2005, Indonesia dan India
menyepakati dibangunnya kemitraan strategis
baru diantara kedua negara.

Kemitraan strategis itu mencakup empat bidang,
yakni:
 Politik, Pertahanan dan Keamanan;
 Ekonomi dan Perdagangan;
 Sains, Pendidikan dan Teknologi, serta
 Teknik dan Kebudayaan.
Kesepakatan yang
ditandatangani oleh PM India
Manmohan Singh dan Presiden
SBY di kantor PM, Hyderabad
House, New Delhi, India
tersebut karena kedua negara
melihat keterbukaan ekonomi
dunia merupakan kesempatan
bagi masyarakat kedua negara
untuk meningkatkan
kesejahteraan.
 Namun terorisme merupakan ancaman serius
yang bisa mengganggu perdamnaian dan
keamanan. Apalagi kedua negara pernah
menjadi korban dari tindak terorisme.

 Untuk meningkatkan kemampuan menjaga
kemanan, kedua negara sepakat bersama-
sama menjaga keamanan wilayah maritim
yang menghubungkan kedua negara.
Selain itu, Indonesia
mengundang India untuk
bersama Dep. Pertahanan,
ikut dalam pengadaan
kebutuhan pertahanan,
teknologi pertahanan dan
apabila memungkinkan
dilakukan produksi dan
proyek bersama bagi
pembuatan peralatan militer.
 Berkaitan dengan hubungan perdagangan,
kedua negara sepakat meningkatkan nilai
perdagangan yang saat ini tercatat sekitar 4
milliar dollar AS menjadi tiga kali lipat atau
setidaknya 10 milliar dollar AS tahun 2010.
Kerjasama ekonomi diantara kedua negara
yang bisa dilakukan antara lain dibidang
teknologi informasi (IT), energi, dan
parawisata.
Indonesia dan India juga
menyepakati kerjasama
teknologi, baik untuk
bidang pertahanan TI,
teknologi nano,
bioteknologi, maupun
lainnya. Bahkan untuk
kerjasama TI,
pengembangannya
khusus bagi kelompok
usaha kecil dan
menengah.
Mengenai isu-isu regional
dan multilateral, kedua
negara sama-sama memberi
dukungan terhadap
keberhasilan perundingan
Org. Perdagangan Dunia di
Hongkong Desember 2005,
upaya pencapaian Millenium
Development Goals, dan
peningkatan peran di PBB.

Anda mungkin juga menyukai