….
KELOMPOK 2
KELOMPOK 2
1. Verlinda Irbah Fortuna (201910330311001)
2. Ananda Arif Rahmatullah (201910330311005)
3. Erina Sofia Atha (201910330311007)
4. Indah Dwi Maulida Darmanto (201910330311061)
5. Salsabila Larasati (201910330311075)
6. Riya Tanjung Ekasari (201910330311081)
7. Dara Rizky Amalia (201910330311116)
8. Putri Intan Amalia Rizki M.V.S (201910330311120)
9. Muhammad Hafizh Ghifary (201910330311121)
10. Ardini Kusuma Wicitra (201910330311142)
11. Devie Millenia Setiawan (201910330311146)
DOA BELAJAR
ً ـي ََ ْه
مـا ْ ِّ ِن ْ
ق ُ
ز ْ
ر َ
و ـامً ْ
ل ع ْ ِّرب ِّز ْد ن
ِّ ي ِّ
Rabbi zidnii ‘ilman war zuqnii fahman
“Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan
berikanlah aku pengertian yang baik.”
(QS. Thaha : 114)
DOA BELAJAR
ْ َ ً
َ سهال َو أن
ت ْ ُ ْ
َ ج َعل َته َّ
َ ل إِّال َما ْ
َ سه َ اَللهم ال
َّ ُ َّ
ً س ْهال َ
َ شئت ْ َ َ
ِّ حزن إِّذا ْ ْ
َ ل ال ُ ج َع
ْ َت
Allaahumma Laa Sahla Illaa Maa Ja’altahu Sahlaa Wa Anta
Taj’alul Hazna Idza Syi’ta Sahlaa
“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau
jadikan mudah. Dan apabila Engkau berkehendak, Engkau akan
menjadikan kesusahan menjadi kemudahan.” (HR Anas bin
Malik ra)
SKENARIO 2
Nn. S adalah seorang mahasiswa baru semester 1 di FK UMM. Saat ini ia mengantarkan
ibunya yang sedang mengalami gangguan kesehatan ke praktik dokter terdekat. Pertama
dating, Nn. S langsung menuju meja pendaftaran di mana ada seorang perawat yang sudah
menunggu. Perawat tersebut menanyakan identitas dan keluhan utama ibu Nn. S dan
mencatatnya pada sebuah kartu. Nn. S diberitahu bahwa ia mendapat nomer antrian tiga
karena pasien kedua telah mendaftar via telepon dan sedang dalam perjalanan. Sekarang
giliran ibu Nn. S masuk ruang periksa. Perawat yang mendata tadi mengantar masuk
sambil membawa berkas menemui dokter T. Dr. T menyapa ibu Nn. S dengan ramah dan
memastikan identitasnya sesuai dengan rekam medis yang dibawa perawat. Dr.T lantas
melakukan anamnesis dengan menggunakan fundamental four dan sacred seven dan dilakukan
pemeriksaan fisik. Dr.T kemudian menjelaskan hasil pemeriksaan dan menyampaikan
alternative pengobatan, salah satunya ada resep obat berupasirup. Dr.T menanyakan apakah
ibu Nn. S bias mengkonsumsi sirup tersebut. Dr.T juga tidak menarik jasa pemeriksaan
setelah mengetahui Nn. S adalah salah satu mahasiswa di FK UMM. Selama proses
peemriksaan perawat terus mendampingi di dalam ruang periksa sambal membantu dr. T
hingga Nn. S diantarkan kembali keluar ruang periksa. Bagaimana menurut anda penerapan
prinsip etik (Beneficence, Nonmaleficence, Justice, dan Autonomy) oleh dr. T kepada Nn. S?
KEYWORD INDAH
Sumber : Manurung, Widya Peryanti. 2017. Hubungan pengetahuan kaidah dasar bioetika
dan sikap penilaian moral pada mahasiswa pre-klinik dan klinik FK Universitas Lampung.
Universitas Lampung
Nonmaleficence : berarti tidak merugikan orang lain, kaidah ini untuk
melindungi seseorang yang tidak mampu atau cacat atau juga non
otonom. Prinsipnya terdapat keharusan untuk tidak melukai orang lain
yang lebih kuat dibandingkan keharusan berbuat baik. Nonmaleficence
menuntut untuk tidak menyakiti orang lain
Sumber : jurnal kedokteran universitas lampung, 2017
Sumber :
Prihanti, Gita Sekar. 2014. Empati dan Komunikasi
Williams, Prof.John R. 2016. Panduan Etika Medis
Mengapa dokter menanyakan kepada pasien
apakah pasien dapat mengonsumsi obat
tersebut? ARIF
Tujuan utama lain dalam komunikasi medis adalah membuat keputusan
tentang pengobatan. Normalnya hubungan yang ideal antara dokter
dan pasien adalah partnerlistik dimana dokter akan mengarahkan
pengobatan dan membuat keputusan tentang pengobatan dimana
keputusan tentang pengobatan sudah disetujui terlebih dahulu oleh
pasien.
8. PESAN BUAT INDAH: ini yang baru kita ganti ndah, nanti dijelasin salsa, lopyu:*
Mampu menerapkan komunikasi
dasar
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau
informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu
sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh
penyampai pikiran-pikiran atau informasi. (Komaruddin, 1994;
Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988 dalam Konsil
Kedokteran Indonesia, 2009)
Setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu dalam
kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun.
Komunikasi berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima pikiran-
pikiran, informasi, perasaan, dan bahkan emosi seseorang, sampai pada
titik tercapainya pengertian yang sama antara penyampai pesan dan
penerima pesan. (Konsil Kedokteran Indonesia, 2009)
Sumber : Prihanti, Gita Sekar. 2014. Empati dan Komunikasi. Malang: UMM
Press.
Mampu menerapkan komunikasi
dokter-pasien
Komunikasi pasien-dokter merupakan hubungan antar-manusia
yang mempunyai sifat-sifat umum dan khusus. Sifat khusus tersebut
antara lain : dokter sebagai profesi penyembuh dan menjadi
kesediaan pasien untuk menyerahkan sebagian rahasia pribadinya
kepada dokter. (Soetjiningsih, 2008)
Komunikasi pasien-dokter diperlukan untuk mendapatkan informasi
yang sebanyak-banyaknya mengenai kondisi pasien, agar dokter
dapat membuat diagnosis. Selain itu, komunikasi membantu pasien
bekerja sama dengan dokternya dalam proses penyembuhan.
(Soetjiningsih, 2008)
Sumber : Prihanti, Gita Sekar. 2014. Empati dan Komunikasi. Malang:
UMM Press.
Mampu mengetahui model
komunikasi dokter pasien
Menurut Prof. Dr. L. Jan Slikerveer (Leiden University) terdapat 4 model
komuniaksi dokter-pasien, yaitu: (Kristina TN, Purwanti AA, Utari A, Adespin
DA. 2014)
1. Activity – Passivity Relationship
Dokter bertindak sebagai orang tua yang aktif memerintah ini itu, pasien
sebagai anak kecil yang hanya menurut dan tidak dapat
mengungkapkan berbagai keluahan rasa sakit yang dia rasakan yang
menyebabkan dia berobat ke dokter.
2. Guidance – Cooperation Relationship
Dalam berkomunikasi dokter bertindak sebagai orang tua dengan anak
yang sudah beranjak dewasa sebagai pasiennya. Dokter tetap penentu
kebijakan tunggal, namun bersifat arahan bukan perintah.
Sumber : Prihanti, Gita Sekar, dr. 2014. Empati dan Komunikasi. Malang:
UMM Press.
Mampu mengetahui model
komunikasi dokter pasien
3. Mutual – Participation Relationship
Ibarat 2 orang yang bekerjasama. Saling melengkapi satu sama lain.
Dokter bukanlah satu-satunya pihak aktif, karena pasien juga aktif dalam
menyampaikan keluhan.
3. Provider – Consumer Relationship
Pasien diibaratkan sebagai konsumen, dimana “Konsumen adalah raja”
dan dokter adalah pelayan. Tugas dokter adalah memberikan pelayanan
terbaiknya untuk si konsumen.
Sumber : Prihanti, Gita Sekar, dr. 2014. Empati dan Komunikasi. Malang:
UMM Press.
Mampu menerapkan prinsip etik
komunikasi
Etika berkomunikasi tercantum dalam The 5 Inevitable Laws of Effective
Communication (Prijosaksono, Aribowo, Ping Hartoni, 2002)
1. Respect
Rasa hormat dan saling menghormati
2. Empati
Kemampuan kita untuk mendengarkan dan mengerti pada situasi atau
kondisi yang di hadapi orang lain
3. Audible
Makna dari audible antara lain : dapat didengarkan atau dimengerti
dengan baik yang artinya pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh
penerima pesan
Sumber : Prihanti, Gita Sekar, dr. 2014. Empati dan Komunikasi. Malang: UMM
Press
Mampu menerapkan prinsip etik
komunikasi
4. Clarity
Pesan harus jelas,terbuka, dan transparan agar tidak menimbulkan
interpretasi yang berlainan
5. Humble
Rendah hati, sikap penuh melayani, sikap menghargai, mau mendengar
dan menerima kritik dan tidak sombong
Sumber : Prihanti, Gita Sekar, dr. 2014. Empati dan Komunikasi. Malang: UMM
Press
Mampu mengetahui bentuk-bentuk
komunikasi
Berdasarkan Proses : Langsung dan tidak langsung
Berdasarkan Besar Sasaran : Massa, kelompok, individu
Berdasarkan arah pesan : Satu arah, timbal balik.
Sumber : Endra, Febri, dr. 2014. Konsep Komunikasi Kedokteran Keluarga. FK UMM
Mampu menerapkan komunikasi efektif
dalam praktek kolaborasi interprofesi
Seorang dokter juga memerlukan bantuan orang lain dalam
mengobati/mengelola penyembuhan pasien. Oleh karena itu,
perilaku berwibawa, tutur kata sopan, perilaku santun,
menghormati hak-hak pasien sejawat maupun tenaga kesehatan
lainnya sangat diperhatikan. Salah satu hak dokter adalah
meminta rujukan kepada dokter lain yang lebih ahli setelah
mendapatkan persetujuan dari pasien. Meskipun demikian, bila
pasien dalam keadaan gawat darurat, tidak sadar dan tidak ada
keluarga terdekat yang dapat dihubungi, maka persetujuan
tersebut tidak diperlukan. (Purwanti A, Utari A. 2014)
Mampu menerapkan kode etik kedokteran
Indonesia pasal 18 : menjunjung tinggi
kesejawatan
Kodeki adalah Kode Etik Kedokteran Indonesia yang merupakan pedoman bagi dokter Indonesia dalam melaksanakan praktek kedokteran.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.Sesama dokter sebagai
sejawat sebenarnya ingin saling diperlakukan sama oleh teman sejawatnya (golden
rule). Konteks kesejawatan dalam hal ini adalah kesetaraan hubungan antar
sejawat, tidak ada salah satu yang diduga berperilaku menyimpang. Makna
berikutnya ialah agar setiap dokter menahan diri untuk tidak membuat sulit,
bingung, kecewa/marah sejawatnya sehingga terwujud organisasi profesi yang
tangguh dengan tradisi luhur pengabdi profesi sebagai model panutannya.
Sumber : https://forensicmedindonesia.wordpress.com/2018/04/23/bioetik-kedokteran/
Mengetahui dan mampu menerapkan hak
dan kewajiban seorang dokter dan pasien
berdasarkan kode etik Kedokteran
Indonesia 2012