Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN KASUS

DERMATITIS ATOPIK FASE INFANTIL


Preseptor :Lina damayanti, dr., Sp.KK.
Presentan :
Diah Ayu Oktaviani (4151161462)
Ulky Nur Mulkia P (4151161475)
Fathya Nabila Gifani (4151161482)
Fakhrana Adzani (4151161490)
Partisipan :

Farahdliba Asyisyifa C (4151161418)


Novan Arya Yudistira (4151161441)
Evi Apriani Sitorus (4151161452)
Muhammad Azhar Z (4151161461)
Keterangan Umum
Nama : An. J
Suku bangsa : Sunda
Usia : 7 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Sukasenang no 22 RT 05 RW 07
kota Cimahi
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMA
Pekerjaan Ayah : Karyawan Swasta
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Status marital : Anak ke 1 dari 1 bersaudara
Jaminan Kesehatan : BPJS
Keluhan Utama

Bruntus-bruntus kemerahan pada kedua pipi yang


sering digaruk.
Penjabaran Keluhan Utama
(Alloanamnesis dari Ibu Pasien)
Sejak ± 1 bulan yang lalu bruntus-bruntus kemerahan di
kedua pipi yang sering digaruk melebar hingga berukuran sebesar
telapak tangan bayi. Os sering terlihat menggaruk pipinya
terutama pada malam hari dan saat berkeringat sehingga sering
menangis, rewel dan terkadang menjadi sulit tidur. Tampak
adanya sisik-sisik halus pada kedua alis dan kepala. Keluhan
tidak disertai dengan demam dan merah seluruh tubuh. Keluhan
seperti ini pernah dirasakan pasien sebelumnya dan sudah pernah
diobati namun tidak sembuh.
Perjalanan Penyakit (Alloanamnesis)

Keluhan pertama kali timbul ketika Os berusia ± 2 bulan


berupa bruntus-bruntus kemerahan hanya pada pipi kiri yang
berukuran kira-kira sebesar biji jagung. Pada saat itu Ibu Os
sering melihat Os menggaruk-garuk kedua pipinya.
Setelah 2 minggu kemudian, bruntus-bruntus kemerahan
serupa timbul di pipi kanan yang berukuran sebesar biji jagung.
Akibat sering digaruk, ± 1 bulan kemudian ketika Os berusia 4
bulan keluhan bruntus-bruntus kemerahan pada kedua pipi Os
melebar sehingga berukuran kira-kira sebesar uang logam 1000
rupiah.
Perjalanan Penyakit (Alloanamnesis)
Akibat sering digaruk, ± 1 bulan kemudian ketika Os
berusia 4 bulan keluhan bruntus-bruntus kemerahan pada kedua
pipi Os melebar sehingga berukuran kira-kira sebesar uang
logam 1000 rupiah.
Menurut pengakuan Ibu Os ketika Os berusia 1 bulan
terdapat beruntus-beruntus kemerahan bersisik pada kulit kepala
dan alis namun setelah berusia 2 bulan bruntus-bruntus
berkurang. Saat ini Os masih mau menyusui dari Ibunya.
Riwayat memberikan susu formula disangkal.
Faktor Etiologi, Predisposisi, Presipitasi
Ibu Os mengatakan anaknya sering menggaruk-garuk badan
dan kedua tangannya karena kulitnya kering. Bila cuaca panas
atau memakai baju yang terbuat dari bahan wol pasien juga
sering menggaruk-garuk karena banyak berkeringat. Ibu Os
mengaku sering memberi bedak tabur pada Os jika terlihat rewel
karena gatal.
Pasien memiliki riwayat bersin-bersin pada cuaca dingin
dan debu terutama pagi hari. Ibu Os mengatakan Ayah Os
memiliki riwayat asma, namun Ibu Os tidak memiliki riwayat
keluhan serupa. Ibu Os memiliki riwayat alergi pada makanan
seperti udang dan kuning telur. Adanya riwayat eksim berupa
bruntus-bruntus kemerahan serupa yang yang hilang timbul pada
Ayah dan Ibu disangkal.
Riwayat Pengobatan
Kira-kira ± 2 bulan yang lalu Ibu Os pernah
membawa ke Puskesmas, oleh dokter umum diberikan
salep seperti odol berwarna putih, tidak berbau dan
tidak lengket, dioleskan 2x sehari setiap setelah mandi
dan obat sirup untuk mengurangi gatalnya selama 1
minggu. Bruntus-bruntus menjadi tidak sering digaruk
dan kemerahan tampak berkurang namun tidak pernah
sembuh.
Anamnesis Tambahan

Ibu Os mengatakan anaknya lahir secara spontan pada


usia kehamilan 38 minggu dengan berat badan 3000 g.
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
• Kesan Sakit: Ringan
Tanda Vital : TD = tidak diukur, N= 120 x/menit
R= 38 x/menit, S 36.6 0C
Status gizi : BB : 6 kg
PB : 65 cm
BB/PB : -2 sd 2 (normoweight)
Pemeriksaan Fisik (2)

Kepala : Alis : Hertog sign -/-


Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Infra orbita = Dennise morgan fold -/-

Mulut : THT : Tonsil : T1/T1 tenang


Faring : Tidak hiperemis
Gigi geligi : Belum tumbuh gigi

Leher : KGB: Inspeksi : Tidak terlihat membesar


Palpasi : Tidak teraba
Pemeriksaan Fisik (3)

Dada : Bentuk dan gerak simetris


Jantung : bunyi jantung I dan II murni reguler,
Paru : VBS kanan=kiri, ronki-/-, wheezing-/-
Abdomen : Datar lembut, BU (+) normal, NT (-), kulit
kering (+), Hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-, akral
hangat (+)
KGB Axila : Inspeksi : tidak terlihat membesar
Palpasi : Tidak teraba
KGB Inguinal: Inspeksi : tidak terlihat membesar
Palpasi : Tidak teraba
Status Dermatologikus
Distribusi : Regioner, bilateral
Ad regio : Kudua pipi
Lesi : Multipel, sebagian diskret sebagian konfluens,
bentuk tidak teratur, ukuran numuler sampai dengan
plakat, batas sebagian tegas sebagian tidak,
menimbul dari permukaan, stadium kering.

Efloresensi : Plak eritema dengan skuama halus diatasnya


Gambar 1
Gambar 2
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan khusus
- White dermatografisme (+)
Cara pemeriksaan :
Kulit digosok benda tumpul, setelah itu muncul
garis putih
5 detik kemudian : muncul garis merah
10 detik kemudian : muncul garis putih yang
lebih besar
• Pemeriksaan kertas rokok (sigaret) : (-)
Usulan Pemeriksaan

• Pemeriksaan serologi : IgE serum


• Skin Prick Test
Resume
Seorang bayi laki-laki berusia 7 bulan datang ke
Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dustira dengan keluhan
utama berupa papula eritem dan plak eritem dengan skuama
halus diatasnya pada kedua pipi yang sering digaruk terutama
malam hari dan saat berkeringat sehingga Os menjadi rewel
dasulit tidur.
Keluhan pertama kali timbul sejak ± 4 bulan yang lalu
berupa papul eritem dan plak eritem dengan skuama halus
diatasnya pada pipi kiri berukuran lentikuler di pipi kiri
kemudian melebar menjadi berukuran numuler. ± 2 minggu
kemudian keluhan serupa timbul pada pipi kanan dan melebar
dari berukuran lentikuler menjadi numuler.
Resume

± 2 bulan yang lalu, akibat sering digaruk keluhan melebar


menjadi berukuran plakat. Menurut pengakuan Ibu Os ketika
Os berusia 1 bulan terdapat beruntus-beruntus kemerahan
bersisik pada kulit kepala dan alis namun saat Os berusia 2
bulan bruntus-bruntus berkurang. Ibu Os mengaku sering
memberikan bedak tabur jika anaknya terlihat gatal dan rewel.
Resume

Os sering menggaruk-garuk badan dan kedua tangannya.


Jika Os berkeringat lebih sering menggaruknya. Keluhan
kronik residif, pasien memiliki riwayat rhinitis alergika. Ayah
memiliki riwayat penyakit asma. Ibu Os memiliki riwayat
alergi terhadap makanan. Riwayat pengobatan ada yaitu ± 2
bulan yang lalu Ibu Os pernah membawa ke Puskesmas,
keluhan membaik namun tidak pernah sembuh.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
• Keadaan Umum
Tanda Vital : S = 36.6 0C
Status gizi : BB : 6 kg
PB : 65 cm
BB/PB : -2 sd 2 (normoweight)

Kepala : Alis : Hertog sign -/-


Mata : Infra orbita = Dennise morgan fold -/-
KGB : Tidak ada kelainan
Status Dermatologikus
Distribusi : Regioner, bilateral
Ad regio : Kedua pelipis dan kedua pipi
Lesi : Multipel, sebagian diskret sebagian konfluens,
bentuk tidak teratur, ukuran numuler sampai dengan
plakat, batas sebagian tegas sebagian tidak,
menimbul dari permukaan, sebagian kering sebagian
basah
Efloresensi : Makula eritem, plak eritema dengan skuama halus
diatasnya
Diagnosis Banding

1. Dermatitis Atopik Fase infantil


2. Dermatitis Seboroik
3. Dermatitis Kontak Alergika e.c bedak
Diagnosis Kerja

- Dermatitis Atopik Fase Infantil


Penatalaksanaan

Tatalaksana Umum
• Memberikan penjelasan kepada orang tua
pasien bahwa penyakit ini dapat berulang
• Hindari garukan
• Hindari menggunakan pakaian yang tidak
menyerap keringat
• Hindari faktor pencetus
•Menjelaskan cara pengobatan yang benar
Tatalaksana Khusus
•Topikal
- Krim Hidrokortison astet 1%
- Krim carmed 10%
- Cetirizine syrup 60ml 1x ¼cth

• Sistemik
- Anti histamin : diberikan 1 kali sebanyak ¼ cth

R/ Cetirizine syrup 60 ml No. I


ʃ 1 dd cth ¼ cth

R/Krim hidrokortison asetat 1% tube No.I (5gr)


ʃ u.e

R/krim carmed 10% No I


ʃ u.e
Prognosis

• Quo ad vitam : ad bonam


• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia
PEMBAHASAN
Keluhan utama
Seorang anak laki-laki berusia 7 bulan yang merupakan anak
pertama dengan kedua orangtua berpendidikan SMA dan
bersosial ekonomi cukup, datang diantar ibunya dengan keluhan
bruntus-bruntus kemerahan yang meluas berukuran sebesar
telapak tangan bayi pada kedua pipi yang terasa gatal. Keluhan
seperti ini pernah dirasakan pasien sebelumnya

Bruntus-bruntus kemerahan yang terasa gatal pada pipi merupakan


salah satu predileksi dari dermatitis atopik tipe infantil, dimana
tempat predileksi terutama pada wajah, diikuti kedua pipi dan
tersebar simetris. Lesi dapat meluas ke dahi, kulit kepala, telinga,
leher, pergelangan tangan, tungkai terutama di bagian volar atau
fleksor. Lokasi wajah juga menjadi predileksi pada kelainan kulit
lain seperti dermatitis seboroik dimana predileksinya terutama pada
kulit kepala berambut; wajah, alis, lipat nasolabial, telinga dan
liang telinga, bagian atas-tengah dada dan punggung, lipat gluteus,
inguinal, genital, ketiak.
Dermatitis atopik merupakan dermatitis endogen yang
penyebabnya tidak diketahui secara pasti dengan perjalanan
penyakit bersifat kronik residif diturunkan secara genetik yang
mengenai sekelompok orang dengan riwayat hipersensitivitas
baik pada dirinya sendiri maupun keluarga yang sedarah.
Dermatitis atopik dibagi menjadi 3;
1. 1. DA tipe infantil (2bln-2th)
2. 2. DA tipe anak (2-10 th)
3. 3. tipe remaja atau dewasa (13-30 th).
Menurut Fitzpatrick (2008), perjalanan penyakit DA
bersifat kronik residif. Reaksi yang terjadi pada DA adalah
reaksi hipersensitivitas tipe 1, yaitu alergen yang masuk kedalam
kulit akan ditangkap oleh sel penyaji antigen (APC), diproses dan
disajikan kepada TH2, berikatan dengan kompleks reseptor sel T
(TCR), sehingga mampu mengeluarkan IL-4 dan membantu sel B
memproduksi IgE yang menempati reseptor di sel mast.
Bila IgE berikatan dengan alergen yang sama, akan
memacu degranulasi sel mast dan melepaskan berbagai mediator
seperti histamin, kinin, bradikinin, tripsin, papain, leukotriene B4,
dan prostaglandin. Mediator tersebut menimbulkan vasodilatasi,
reaksi inflamasi, rasa gatal dan menifestasi inflamasi pada kulit.
Perjalanan Penyakit
Ibu Os mengatakan anaknya sering menggaruk-garuk
badan dan kedua tangannya karena kulitnya kering. Bila cuaca
panas atau memakai baju yang terbuat dari bahan wol pasien
juga sering menggaruk-garuk karena banyak berkeringat.

Berbagai perubahan abnormal pada pasien DA menyebabkan


pruritus dan kelainan kulit. Demikian pula pada kulit yang kering
pada DA menyebabkan ambang rangsang gatal lebih rendah.
Kulit yang kering menyebabkan diskontinuitas sel keratinosit
sehingga bahan pruritogenik yang dikeluarkan merangsang
reseptor dan dapat meningkatkan reaksi hipersensitivitas kulit.
Rasa gatal pada pasien DA disebabkan karena berkurangnya
volume seramid karena adanya mutasi pada gen seramid
sehingga TEWL (trans epidermal water loss) meningkat 2-5
kali dari orang normal yang akan meningkatkan penguapan air.
Seramid berasal dari lapisan lemak antarsel yang dihasilkan
oleh kelenjar sebasea dan komponen protein dari keratin pada
stratum korneum yang menjaga kandungan air dalam kulit.
Kerusakan barrier kulit akan memudahkan masuknya alergen
dan iritan.
Perjalanan Penyakit
Menurut pengakuan Ibu Os ketika Os berusia 1 bulan
terdapat beruntus-beruntus kemerahan bersisik pada kulit
kepala dan alis namun saat Os berusia 2 bulan bruntus-
bruntus berkurang.

Keluhan tersebut adalah suatu dermatitis seboroik pada bayi.


Menurut Fitzpatrick, manifestasi dermatitis seboroik pada bayi
dapat berupa craddle cap, leiner disease, dan napkin area.
Dermatitis seboroik pada bayi terjadi karena hormon androgen
dari Ibu yang masih tinggi ketika bayi baru lahir dan akan
sembuh dengan sendirinya.
Faktor Etiologi, Presipitasi dan Predisposisi
Pasien memiliki riwayat bersin-bersin pada cuaca dingin terutama
pagi hari. Ibu Os mengatakan Ayah Os memiliki riwayat asma,
namun Ibu Os tidak memiliki riwayat keluhan serupa. Adanya
riwayat eksim berupa bruntus-bruntus kemerahan serupa yang
yang hilang timbul pada Ayah dan Ibu disangkal.
Diagnosis DA dapat ditegakan secara klinis dengan berbagai kriteria,
salah satunya adalah kriteria oleh Hanifin dan Rajka untuk bayi,
dimana harus memenuhi 3 kriteria mayor berupa; riwayat atopi pada
keluarga, pruritus, eksim pada wajah dan tubuh bagian ekstensor,
diaper-area dan daerah mulut-hidung harus bebas dari kelainan kulit
dan memenuhi kriteria minor berupa xerosis, fisura belakang telinga,
skuama pada skalp yang kronik, aksentuasi perifolikular. Pada kasus
ini telah dipenuhi 4 kriteria mayor dan 3 kriteria minor berupa xerosis
dan skuama pada skalp yang kronis, aksentuasi perifolikular.
Faktor etiologi dari DA tidak diketahui dengan pasti, namun
dapat diturunkan secara genetik, sehingga genetik merupakan
faktor predisposisi interna pada DA. Jika kedua orangtua
menderita sindroma atopik, maka 81% anaknya berisiko
menderita DA. Apabila hanya salah satu orangtua menderita
sindroma atopik, maka risiko menderita DA menjadi 59%
yang termasuk ke dalam kriteria Hanifin Rajka.
Riwayat Pengobatan
Kira-kira ± 3 bulan yang lalu ibu pasien
membawanya ke Puskesmas, oleh dokter umum diberikan
salep seperti odol berwarna putih, tidak berbau dan tidak
lengket, dioleskan 2x sehari setiap setelah mandi selama 3
hari. Bruntus-bruntus menjadi tidak sering digaruk dan
kemerahan membaik namun tidak pernah sembuh.

Patogenesis DA berdasarkan reaksi hipersensitivitas tipe 1


sehingga pengobatan secara kausal adalah kortikosteroid baik
topikal maupun sistemik dengan efek antinflamasi yaitu
antieritema, vasokonstriksi, antipruritus, antiproliferasi
(antimitotik) dan imunosupresan yaitu menghambat proliferasi
sel limfosit T, imunitas seluler, dan ekspresi gen, namun tetap
saja perjalanan penyakitnya bersifat kronik residif.
Status Dermatologikus
Distribusi : Regioner, bilateral

Ad regio : Kedua pelipis dan kedua pipi


Lesi : Multipel, sebagian diskret sebagian konfluens, bentuk
tidak teratur, ukuran numuler sampai dengan plakat,
batas sebagian tegas sebagian tidak, menimbul dari
permukaan, sebagian kering sebagian basah.

Efloresensi : Makula eritem, plak eritema dengan skuama halus


diatasnya
Status Dermatologikus

Pada status dermatologikus ditemukan adanya kelainan kulit


yang terdapat pada kedua pipi. Penyebaran lesi tersebut sesuai
dengan predileksi dermatitis atopik infantil.
Pada efloresensi didapatkan plak eritema dengan skuama halus
diatasnya karena pada dermatitis atopik terjadi peradangan dan
juga pengaruh dari jumlah seramid didalam kulit yang
jumlahnya menurun, karena fungsi seramid adalah untuk
menjaga kelembapan kulit. Jika pasien terus menggaruk
lukanya maka akan timbul erosi, ekskoriasi, likenifikasi
bahkan timbul krusta.
Pemeriksaan Penunjang

• White dermatographism test merupakan goresan


pada kulit penderita dermatitis atopik akan
menyebabkan garis berwarna putih, hal ini terjadi
karena adanya vasokonstriksi kapiler pada pasien
dengan Dermatitis Atopik.
Diagnosa Banding
1. Dermatitis Atopik Fase infantil
2. Dermatitis Seboroik
3. Dermatitis Kontak Alergika e.c bedak
Pada dermatitis seboroik dapat timbul pada usia
kurang dari 2 bulan, dikarenakan hormon endogen dari
ibu masih tinggi dan akan sembuh sendirinya.
Dermatitis seboroik memiliki predileksi di daerah scalp,
glabella, alis, dan pada pipi, hidung, dahi bias berupa
papul.
Dermatitis Kontak Alergika adalah dermatitis
eksogen non imunologik yang terjadi setelah kontak
dengan allergen. Pada anamnesis terdapat riwayat ibu
pasien sering memberikan bedak tabur jika pasien
terlihat gatal dan rewel.
Diagnosa Kerja
Diagnosa kerja pada pasien ini adalah dermatitis atopik fase
infantil karena pasien berusia 6 bulan dan telah memenuhi
kriteria Hanafin-Rajka.
•Kriteria mayor (harus terdapat 3):
1. Riwayat dermatitis di muka
2. pruritus
3. Riwayat atopi keluaraga (asma bronkhial)
•Kriteria minor (harus terdapat 3 atau lebih):
1. kulit kering (xerosis)
2. skuama di skalp kronis
3. aksentuasi perifolikular.
Usul Pemeriksaan
• Pada pasien dermatitis atopik perlu dilakukan
pemeriksaan skin prick test untuk mengetahui
alergen-alergen apa yang berpotensi menimbulkan
keluhan.
• Pada pasien dermatitis atopik perlu dilakukan
pemeriksaan IgE serum oleh karena pada dermatitis
atopik terjadi reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang
menyebabkan peningkatan titer IgE. 70-80% IgE
meningkat pada pasien dermatitis atopik.
Penatalaksanaan

• Umum
• Menghindari faktor pencetus. Hal ini bertujuan
untuk menghindari kontak dengan alergen,
karena DA bersifat kronik residif jika pasien
terkena paparan alergen
• Hindari untuk menggaruk luka. Hal ini bertujuan
untuk mencegah komplikasi infeksi sekunder
yang diakibatkan luka akibat garukan.
Penatalaksanaan
Sistemik : diberikan anti histamin berupa cetirizine sirup

Menurut International Consensus Conference on Atopic


Dermatitis II (ICCAD II), obat sistemik pada DA dapat diberikan
dengan memperhatikan efektivitas obat yang aman. Obat sistemik
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa gatal, reaksi alergik
dan inflamasi. Sebagai terapi sistemik dapat diberikan
antihistamin (generasi sedatif atau non-sedatif) dan kortikosteroid
namun pemberian KS sistemik bukan merupakan hal yang rutin,
digunakan terutama pada kasus yang parah dengan
memperhatikan jangka panjang
Penatalaksanaan
Sistemik : diberikan anti histamin berupa cetirizine sirup

Antihistamin sistemik mampu mengurangi rasa gatal


sehingga mengurangi frekuensi garukan yang dapat
memperburuk penyakit. Antihistamin sedatif misalnya
klorfeniramin maleat dan hidroksisin lebih efektif dalam
mengurangi rasa gatal dibandingkan dengan antihistamin non-
sedatif (misalnya loratadin, cetirizine, terfenadine,
feksofenadine). Meskipun demikian antihistamin non-sedatif
memiliki keunggulan yaitu dapat mencegah migrasi sel
inflamasi.
Pemberian setirizine pada bayi atopik selama 18 bulan
mampu mencegah bayi dengan DA berkembang menjadi
pengidap asma (allergic march)
Penatalaksanaan

Tatalaksana Khusus
• Pemberian Obat Topikal : Kortikosteroid topikal, Pelembab

Menurut ICCAD II, terapi topikal yang dapat diberikan berupa


kortikosteroid dengan bahan vehikulum yang disesuaikan dengan
kondisi pasien, pelembab (untuk mengatasi gangguan sawar
kulit), dan Obat penghambat kalsineurin (ppimekrolimus atau
takrolimus)
Penatalaksanaan

Tatalaksana Khusus
• Pemberian Obat Topikal : Kortikosteroid topikal, Pelembab

Pelembab berfungsi memulihkan disfungsi sawar kulit. Beberapa


jenis pelembab antara lain;
1. Humektan : gliserin, propilen glikol
2. Natural moisturaizing factor : urea 10% dalam euserin
hidrosa
3. Emolien : lanolin 10%, petrolatum, minyak tumbuhan dan
sintesis
4. Protein rejuvenators : asam amino
5. Bahan lipofilik : asam lemak esensial, fosfolipid, dan seramid
Penatalaksanaan
Tatalaksana Khusus
• Pemberian Obat Topikal : Kortikosteroid topikal diberikan
hidrokortison asetat 1% krim, Pelembab

Kortikosteroid topikal merupakan obat pilihan pertama pada DA.


Untuk bayi dan anak yang dianjurkan adalah kortikosteroid
golongan VII-VI. Pada DA fase bayi atau anak yang ringan dapat
dimulai dengan kortikosteroid golongan VII (potensi ringan),
misalnya hidrokortison krim 1-2,5%, metilprednisolon atau
flumetason. Pada DA dengan derajat keparahan sedang dapat
digunakan KS golongan VI (potensi medium) misalnya
triamsinolon asetonoid, hidrokortison butirat, flusinolon asetinoid.
Bila kondisi DA lebih parah dapat digunakan KS golongan V
misal betametason valerat dan flutikason.
Efek samping kortikosteroid topikal

• Atrofi
• Strie atrofise
• Telangiektasis
• Purpura
• Dermatosis akneformis
• Hipertrikosis setempat
• Hipopigmentasi
• Dermatitis perioral
• Menghambat penyembuhan ulkus
• Infeksi mudah terjadi dan meluas
• Gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur
Prognosa

• Qua ad vitam: ad bonam, karena DA tidak


menyebabkan kematian
• Qua ad functionam: dubia ad bonam, dikhawatirkan
terjadi efek samping akibat pemakaian
kortikosteroid topikal jangka panjang
• Qua ad sanationam: dubia, karena DA bersifat
kronik-residif jika Os terpapar dengan alergen
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai