Anda di halaman 1dari 57

PERANCANGAN

KONTRAK
Sumber Hukum kontrak

a. Persetujuan para Pihak (Kontrak)


b. Undang-undang
 Undang-undang saja
 UU karena suatu perbuatan
 yang diperbolehkan (zaakwaarnaming)
 yang berlawanan dengan hukum,
misalnya seorang yang membocorkan
rahasia perusahaan
Sambungan sumber hukum kontrak...

c. Yurisprrudensi, yaitu putusan-putusan hakim yang


memutuskan perkara berkenaan dengan kontrak;
d. Perjanjian Internasional, baik bersifat bilateral atau
multilateral, yang mengatur tentang aspek bisnis
internasional;
e. Kebiasaan-kebiasaan bisnis yang berlaku dalam
praktek sehari-hari,
f. Doktrin atau pendapat ahli yang telah dianut secara
meluas;
g. Hukum adat didaerah tertentu sepanjang menyangkut
tentang kontrak-kontrak tradisional di pedesaan.
PENGATURAN KONTRAK
• Hukum kontrak yang ada di Indonesia
diatur di dalam Buku III KUH Perdata,
yang terdiri dari 18 bab dan 631 pasal.
Yang dimulai dari Pasal 1233 KUH
Perdata sampai dengan Pasal 1864 KUH
Perdata. Dan masing-masing bab dibagi
dalam beberapa bagian
Lanjutan pengaturan...

Hal-hal yang diatur di dalam buku III KUH Perdata,


meliputi hal-hal berikut ini :

1. Perikatan pada umumnya (Pasal 1233 KUH Perdata


sampai dengan Pasal 1312 KUH Perdata)
2. Perikatan yang dilahirkan dari perjanjian (Pasal 1313
KUH Perdata sampai dengan Pasal 1352 KUH Perdata)
3. Hapusnya perikatan (Pasal 1381 KUH Perdata sampai
dengan Pasal 1456 KUH Perdata)
4. Jual beli (Pasal 1457 KUH Perdata sampai dengan 1540
KUH Perdata)
Lanjutan pengaturan...

5. Tukar menukar ( Pasal 1541 KUH Perdata


sampai dengan Pasal 1546 KUH Perdata )
6. Sewa menyewa ( Pasal 1548 KUH Perdata
sampai dengan Pasal 1600 KUH Perdata )
7. Persetujuan untuk melakukan pekerjaan ( Pasal
1601 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1617
KUH Perdata )
8. Persekutuan (Pasal 1618 KUH Perdata sampai
dengan Pasal 1652 KUH Perdata)
9. Badan Hukum (Pasal 1653 KUH Perdata
sampai dengan Pasal 1665 KUH Perdata)
Lanjutan pengaturan...

10. Hibah (Pasal 1666 KUH Perdata sampai


dengan Pasal 1693 KUH Perdata)
11. Penitipan barang (Pasal 1694 KUH Perdata
sampai dengan Pasal 1739 KUH Perdata)
12. Pinjam pakai (Pasal 1740 KUH Perdata sampai
dengan Pasal 1753 KUH Perdata)
13. Pinjam meminjam (Pasal 1754 KUH Perdata
sampai dengan Pasal 1769 KUH Perdata)
14. Bunga tetap atau abadi (Pasal 1770 KUH
Perdata sampai dengan Pasal 1773 KUH
Perdata)
Lanjutan pengaturan...

15. Perjanjian untung-untungan (Pasal 1774 KUH


Perdata sampai dengan Pasal 1791 KUH
Perdata)
16. Pemberian Kuasa (Pasal 1792 KUH Perdata
sampai dengan Pasal 1819 KUH Perdata)
17. Penanggungan utang (Pasal 1820 KUH
Perdata sampai dengan Pasal 1850 KUH
Perdata)
18. Perdamaian (Pasal 1851 KUH Perdata sampai
dengan Pasal 1864 KUH Perdata)
PENGERTIAN KONTRAK

• Kontrak diatur di dalam Buku III KUH


Perdata yang berkaitan dengan Perikatan.
Perkataan perikatan (verbintenis)
mempunyai arti yang lebih luas dari
perkataan perjanjian. Dalam Buku III juga
diatur tentang hubungan hukum yang
sama sekali sekali tidak bersumber
kepada suatu persetujuan atau perjanjian.
Lanjutan pengertian Kontrak...

• Pada umumnya Buku III mengatur


tentang perikatan-perikatan yang timbul
dari persetujuan atau perjanjian.

• Istilah Hukum Perikatan, terdiri dari dua


golongan besar, yaitu, hukum perikatan
yang berasal dari undang-undang dan
hukum perikatan yang berasal dari
perjanjian.
Lanjutan pengertian Kontrak...

• Hukum perikatan dalam Buku ke-III


KUH Perdata mencakup semua bentuk
perikatan dan juga termasuk ikatan hukum
yang berasal dari perjanjian, maka istilah
hukum perjanjian hanya sebagai
pengaturan tentang ikatan hukum yang
terbit dari perjanjian saja.
Lanjutan pengertian Kontrak...

• Perbedaan pengertian antara kontrak


dengan perjanjian dapat dilihat dari bentuk
dibuatnya suatu perjanjian, dimana tidak
semua perjanjian dibuat secara tertulis,
karena perjanjian dapat berupa lisan
maupun tulisan, sehingga perjanjian yang
dibuat secara tertulis disebut kontrak.
Lanjutan Pengertian Kontrak...

• Kontrak : Bentuk tertulis dari perjanjian


• Perjanjian : Suatu peristiwa dimana seseorang
berjanji kepada orang lain atau dimana dua
orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
atau tidak melaksanakan sesuatu perbuatan
tertentu

Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa suatu


kontrak akan menimbulkan perikatan/hubungan
hukum yang melahirkan hak dan kewajiban
pada masing-masing pihak yang membuat
kontrak.
Arti penting kontrak :
Sebagai pegangan, pedoman, dan alat
bukti bagi para pihak yang membuat
kontrak.

Tujuan kontrak :
 Mencegah terjadinya perselisihan
 Membantu menyelesaikan perselisihan
 Memberikan jaminan dan kepastian hukum.
Jenis-jenis Kontrak
1. Kontrak menurut Sumbernya
Kontrak berdasarkan sumber hukumnya
merupakan penggolongan kontrak yang
didasarkan tempat kontrak itu ditemukan.
Sudikno Mertokusumo, menggolongkan
kontrak tersebut menjadi 5 macam, yaitu
a. Perjanjian yang bersumber dari hukum
keluarga, seperti perkawinan
b. Perjanjian yang bersumber dari kebendaan,
seperti peralihan hak milik atas benda
• c
c. Perjanjian obligatoir, yaitu perjanjian yang
menimbulkan kewajiban
d. Perjanjian yang bersumber dari hukum acara
atau yang disebut dengan bewijsovereenkomst
e. Perjanjianyang bersumber dari hukum publik
yang disebut dengan
publieckrechtelijkeovereemkomst.
Lanjutan Jenis-jenis Kontrak...

2. Kontrak menurut Namanya


Penggolongan ini didasarkan pada nama perjanjian yang
tercantun di dalam Pasal 1319 KUH Perdata yang hanya
disebutkan dua macam kontrak menurut namanya, yaitu
kontrak nominaat (bernama) dan kontrak innominaat (tidak
bernama).

a. Perjanjian bernama/nominaat
Perjanjian yang ada dan diatur dlm KUHPerdata
a.l: Kontrak /Perjanjian Jual-beli, Tukar-menukar, Se
wa-menyewa, Pemberian Kuasa, Perdamaian, dll
Lanjutan Jenis-jenis Kontrak...

b. Perjanjian Tidak Bernama/innominaat


Perjanjian yang timbul, tumbuh, hidup,
dan berkembang dalam masyarakat.

Perjanjian innominaat ini merupakan


pencerminan dari sifat hukum yang
dinamis disamping juga merupakan bukti
sistem terbuka yang dianut hukum
perjanjian dengan asas kebebasan
berkontraknya.
Lanjutan Jenis-jenis Kontrak...

• Unsur-unsur yang harus ada dalam


kontrak innomaat :

1. Kaidah hukum
2. Subjek hukum
3. Objek hukum
4. Konsensus
5. Akibat hukum
Kontrak innominaat diatur dalam hukum
innominaat yang merupakan hukum
khusus (spesialis), sehingga kontrak
innomaat ini tunduk tidak saja kepada
hukum khusus yang mengaturnya, tetapi
juga tunduk kepada hukum umumnya
dengan memperhatikan adagium hukum
“Lex Specialis derogat lex generali”
 Contoh-contoh kontrak innominaat al:

- Kontrak joint venture 


UU Tentang Penanaman Modal Asing
- Kontrak Karya 
UU Tentang Pertambangan
- Kontrak Konstruksi 
UU Tentang Jasa Konstruksi
- Kontrak Production sharing 
UU Tentang Minyak dan Gas Bumi
Lanjutan Jenis-jenis Kontrak...

3. Kontrak menurut Bentuknya


Di dalam KUH Perdata, tidak disebutkan
secara sistematis tentang bentuk kontrak,
namun apabila kita menelaah berbagai
ketentuan yang tercantum di dalam KUH
Perdata, maka kontrak menurut bentuknya
dapat dibagi 2 macam, yaitu kontrak lisan
dan tertulis.
Lanjutan Jenis-jenis Kontrak...

Kontrak lisan yaitu kontrak atau perjanjian yang


dibuat oleh para pihak cukup dengan lisan atau
dengan kesepakatan para pihak (Pasal 1320
KUH Perdata). Dengan adanya konsensus itu,
maka perjanjian itu telah terjadi.
Termasuk dalam golongan ini adalah perjanjian
konsensual dan riil. Dimana perjanjian
konsensual terjadi apabila ada kesepakatan
antara para pihak. Sedangkan perjanjian riil
adalah suatu perjanjian yang dibuat dan
dilaksanakan secara nyata.
Lanjutan Jenis-jenis Kontrak...

Kontrak tertulis merupakan kontrak yang


dibuat oleh para pihak dalam bentuk
tulisan. Kontrak ini dapat juga dibagi
menjadi dua macam, yaitu dalam bentuk
akta di bawah tangan dan akta autentik.
Akta dibawah tangan adalah akta yang
cukup dibuat dan ditandatangani oleh para
pihak. Sedangkan akta autentik
merupakan akta yang dibuat oleh atau
dihadapan notaris.
Lanjutan Jenis-jenis Kontrak...

4. Kontrak Timbal Balik


Penggolongan ini dilihat dari hak dan kewajiban para pihak.
Kontrak timbal balik merupakan perjanjian-perjanjian, dimana kedua
belah pihak timbul hak dan kewajiban-kewajiban pokok. Perjanjian
timbal balik ini dibagi menjadi dua macam, yaitu timbal balik tidak
sempurna dan yang sepihak.

Kontrak timbal balik tidak sempurna senantiasa timbul suatu kewajiban


pokok bagi satu pihak, sedangkan lainnya wajib melakukan sesuatu.
Perjanjian sepihak merupakan perjanjian yang selalu timbul kewajiban-
kewajiban hanya bagi satu dari para pihak. Tipe perjanjian ini adalah
perjanjian pinjam mengganti. Pentingnya perbedaan disini adalah
dalam rangka pembubaran perjanjian.
Lanjutan Jenis-jenis Kontrak...

5. Perjanjian Cuma-Cuma atau dengan Alas Hak yang


Membebani
Penggolongan ini didasarkan pada keuntungan salah satu
pihak dan adanya prestasi dari pihak lainnya.
Perjanjian cuma-cuma merupakan perjanjian yang
disitu menurut hukumnya hanya timbul keuntungan
bagi salah satu pihak, contohnya; seperti hadiah dan
pinjam pakai.
Sedangkan perjanjian dengan alas hak yang membebani
merupakan perjanjian disamping prestasi pihak yang
satu senantiasa ada prestasi (kontra) dari pihak lain,
yang menurut hukum ada saling hubungannya.
Lanjutan Jenis-jenis Kontrak...

6. Perjanjian berdasarkan Sifatnya


Penggolongan ini didasarkan pada hak kebendaan dan
kewajiban yang ditimbulkan dari adanya perjanjian
tersebut. Perjanjian menurut sifatnya dibagi menjadi dua
macam, yaitu perjanjian kebendaan dan perjanjian
obligatoir.
Perjanjian kebendaan adalah suatu perjanjian, dimana
ditimbulkan hak kebendaan diubah, dilenyapkan, hal
demikian untuk memenuhi perikatan. Contohnya perjanjian
pembebanan jaminan dan penyerahan hak milik.
Sedangkan perjanjian obligatoir merupakan perjanjian yang
menimbulkan kewajiban dari para pihak.
Lanjutan Jenis-jenis Kontrak...

Disamping itu dikenal juga jenis perjanjian dari


sifatnya, yaitu perjanjian pokok dan
perjanjian accesoir.

Perjanjian pokok merupakan perjanjian yang


utama, yaitu perjanjian pinjam meminjam uang,
baik kepada individu maupun lembaga
perbankan.
Sedangkan perjanjian accesoir merupakan
perjanjian tambahan, seperti perjanjian
pembebanan hak tanggungan atau fidusia.
Lanjutan Jenis-jenis Kontrak...

7. Perjanjian dari Aspek Larangannya


Merupakan penggolongan perjanjian dari aspek
tidak diperkenankannya para pihak untuk
membuat perjanjian yang bertentangan
dengan undang - undang, kesusilaan dan
ketertiban umum. Ini disebabkan perjanjian itu
mengandung praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat seperti yang
terdapat dalam UU No. 5 Tahun 1999.
SISTIM PENGATURAN DAN
ASAS KONTRAK
• SISTEM PENGATURAN KONTRAK

adalah sistem terbuka (open system).


Artinya bahwa setiap orang bebas untuk
mengadakan perjanjian, baik mengenai perjanjian-
perjanjian yang sudah diatur, maupun perjanjian yang
belum diatur didalam UU.

 Hal ini disimpulkan dari isi pasal 1338 (1)


KUHPerdata, yang berbunyi :
“ semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai UU bagi mereka yang membuatnya”
• ASAS HUKUM KONTRAK

 1. Asas konsensualitas

 Perjanjian dapat dianggap telah lahir apabila telah


ada kesepakatan kedua belah pihak, kecuali perjanjian
tertentu yang harus dalam bentuk tertentu ( bentuk
Formal )

 Asas ini disimpulkan dari pasal 1320 (1)


KUHPerdata yang berisikan tentang syarat sahnya
perjanjian, salah satunya adalah adanya kesepakatan
para pihak
 2. Asas Kebebasan berkontrak

Adalah asas memberikan kebebasan kepada


para pihak untuk :

- Membuat/tidak membuat perjanjian


- Mengadakan perjanjian dengan siapa saja
- Menentukan bentuk, isi, pelaksanaan
dan persyaratan perjanjian.
Asas kebebasan berkontrak dibatasi oleh rambu-
rambu;
•Harus memenuhi syarat sebagai suatu kontrak
•Tidak dilarang undang-undang
•Tidak bertentangan dengan kebiasaan yang
berlaku
•Harus dilaksanakan dengan itikad baik
Asas ini disimpulkan dari isi pasal 1338 (1)
KUHPerdata, yang berbunyi :

“ Semua perjanjian yang dibuat secara


sah berlaku sebagai Undang - Undang
bagi mereka yang membuatnya”.
 3. Asas Kepastian hukum (Pacta sunt servanda)

Yaitu asas dimana hakim / pihak ketiga harus


menghormati substansi kontrak yang dibuat para
pihak sebagai layaknya sebuah Undang-Undang
Mereka tidak boleh melakukan interfensi terhadap
substansi kontrak tersebut.

Asas ini disimpulkan dari pasal 1338 (1) KUHPerdata


yang berbunyi ;
“ Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
UU bagi yang membuatnya”
 4. Asas Itikad baik

Yaitu asas yang mengatakan bahwa para


pihak, baik debitur maupun kreditur harus
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan
kepercayaan/ keyakinan yang teguh atau
kemauan baik dari para pihak.

Asas ini dapat dilihat dari pasal 1338 (3)


KUHPerdata yang mengatakan bahwa “ semua
perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik”
Itikad baik dimaksud ada 2 macam :

1. Itikad baik nisbi, yaitu itikad baik yang dilihat


dari sikap dan tingkah laku yang nyata dari
subjek

2. Itikad baik mutlak, yaitu itikad baik


yang dinilai dari akal sehat dan keadilan, serta
dibuat ukuran yang objektif untuk menilai
keadaan menurut nilai-nilai yang objektif
 5. Asas Kepribadian (Personalitas)

Yaitu asas yang mengatakan bahwa


seseorang hanya dapat membuat per
janjian untuk untuk kepentingan per
seorangan (diri sendiri) saja.

Asas ini dapat dilihat dalam pasal 1315 dan


Pasal 1340 KUHPerdata
 Pasal 1315 KUHPerdata berbunyi :
“Pada umumnya seseorang tidak
dapat mengadakan perjanjian/per
ikatan selain untuk dirinya sendiri”

 Pasal 1340 KUHPerdata berbunyi :


“Perjanjian hanya berlaku untuk para
pihak yang membuatnya”
Pengecualian

 Pasal 1317 dan pasal 1318 KUH Per


data
Dari pasal 1317 KUHPerdata, dapat di
simpulkan bahwa :
“seseorang dengan syarat tertentu
dapat mengadakan perjanjian untuk
kepentingan pihak ketiga”
sedangkan dari pasal 1318 KUHPerdata,
dapat disimpulkan bahwa :

“Perjanjian yang dibuat seseorang tidak


hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk
kepentingan ahli waris dan orang - orang
yang memperoleh hak dari padanya”
Teori Hukum Tentang Kontrak
1. Teori-teori Berdasarkan Prestasi Kedua Belah
Pihak
Menurut Roscoe Pound, sebagaimana yang dikutip
Munir Fuady terdapat berbagai teori kontrak, yaitu :
• Teori Hasrat (Will Theory)
• Teori Tawar Menawar (Bargaining Theory)
• Teory sama nilai (Equivalent Theory)
•Teori kepercayaan merugi ( Injurious Reliance
Theory)
Teori Hasrat (Will Theory)
• Teori hasrat ini menekankan kepada pentingnya
hasrat (will atau intend) dari pihak yang
memberikan janji. Ukuran dari eksistensi,
kekuatan berlaku dan substansi dari suatu
kontrak diukur dari hasrat tersebut. Menurut
teori ini yang terpenting dalam suatu kontrak
bukan apa yang dilakukan oleh para pihak
dalam kontrak tersebut, akan tetapi apa yang
mereka inginkan.
Teori Tawar Menawar (Bargaining Theory)

• Teori ini merupakan perkembangan dari


teori sama nilai (equivalent theory).
Teori sama nilai ini mengajarkan bahwa
suatu kontrak hanya mengikat sejauh apa
yang dinegosiasikan (tawar menawar) dan
kemudian disetujui oleh para pihak.
Teori sama nilai (Equivalent Theory)

• Teori ini mengajarkan bahwa suatu


kontrak baru mengikat jika para pihak
dalam kontrak tersebut memberikan
prestasinya yang seimbang atau
sama nilai (equivalent).
Teori kepercayaan merugi
(Injurious Reliance Theory).

• Teori ini mengajarkan bahwa kontrak


sudah dianggap ada jika dengan kontrak
yang bersangkutan sudah menimbulkan
kepercayaan bagi pihak terhadap siapa
janji itu diberikan sehingga pihak yang
menerima janji tersebut karena
kepercayaannya itu akan menimbulkan
kerugian jika janji itu tidak terlaksana.
Sambungan Teori hukum tentang Kontrak...

2. Teori-teori berdasarkan Formasi Kontrak.


Dalam ilmu hukum ada empat teori yang
mendasar dalam teori formasi kontrak, yaitu :
a. Teori kontrak defacto. Kontrak de facto (implied
in-fact) dalah kontrak yang tidak pernah
disebutkan dengan tegas tetapi ada dalam
kenyataan, pada prinsipnya dapat diterima
sebagai kontrak yang sempurna.
Teori kontrak ekpresif.

• Bahwa setiap kontrak yang dinyatakan


dengan tegas (ekpresif) oleh para pihak
baik dengan tertulis ataupun secara lisan,
sejauh memenuhi syarat-syarat syahnya
kontrak, dianggap sebagai ikatan yang
sempurna bagi para pihak.
Teori promissory estoppel
Disebut juga dengan detrimental reliance,
dengan adanya persesuaian kehendak
diantara pihak jika pihak lawan telah
melakukan sesuatu sebagai akibat dari
tindakan-tindakan pihak lainnya yang
dianggap merupakan tawaran untuk suatu
ikatan kontrak.
Teori kontrak quasi (pura-pura)

Disebut juga quasi contract atau implied in


law, dalam hal tertentu apabila dipenuhi
syarat-syarat tertentu, maka dalam hukum
dapat dianggap adanya kontrak diantara
para pihak dengan berbagai
konsekwensinya, sungguhpun dalam
kenyataannya kontrak tersebut tidak pernah
ada.
SYARAT SAH KONTRAK
Syarat sahnya kontrak diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata,
Yaitu :

a. Syarat Subjektif ( Syarat yang menyangkut subjek perjanjian) ;


- Kesepakatan para pihak
- Kecakapan membuat perikatan
 Apabila syarat subjektif ini tidak
dipenuhi, perjanjian dapat dibatalkan.

b. Syarat Objektif (Syarat yang menyangkut objek perjanjian) ;


- Suatu hal tertentu
- Causa/sebab yang halal
 Apabila syarat objektif ini tidak dipenuhi perjanjian batal
demi hukum.
Keterangan :

 KESEPAKATAN PARA PIHAK

Dalam perjanjian sepakat harus diberikan secara bebas,


artinya betul-betul atas kehendak pihak-pihak yang
berjanji.

Tiga hal yang menyebabkan kehendak menjadi tidak


bebas :

1. Ada unsur paksaan


Hal ini dapat terjadi baik terhadap badan
(fisik), maupun terhadap jiwa (psikis)
2. Ada unsur kekeliruan
Kekeliruan dimaksud dapat terjadi
baik terhadap orang maupun terhadap
barang.

3. Ada unsur penipuan


Hal ini terjadi apabila suatu pihak
dengan sengaja memberikan keterang
an yang tidak benar (ada peran aktif
dengan kesengajaan).
 KECAKAPAN UNTUK MEMBUAT
PERIKATAN

Pada dasarnya seseorang dianggap cakap


melakukan perbuatan hukum (cakap hukum)
apabila seseorang telah berumur
21 tahun (lk) 19 tahun (pr) atau telah
melangsungkan pernikahan, atau sesuai
dengan peraturan yang mengatur perbuatan
yang dilakukan
(dianggap telah dewasa).
Sebagai lawan dari cakap hukum ialah tidak cakap
hukum, yang diatur dalam pasal 1330 KUHPerdata
tentang orang yang tidak cakap membuat perjanjian,
yaitu :

- Orang yang belum dewasa


- Orang yang ditaruh dibawah pengam
puanan (curatele), yaitu orang dewasa tetapi
dianggap tidak cakap hukum karena ;
* Pemabuk
* Pemboros
* Gila
 SUATU HAL TERTENTU

Hal ini menyangkut objek perjanjian yang harus jelas, maksudnya


didalam perjanjian harus ditegaskan mengenai :

- Jenis barang
- Kualitas dan mutu barang
- Buatan pabrik dan dari negara mana
- Buatan tahun berapa
- Warna barang
- Ciri barang
- Jumlah barang
- Uraian lebih lanjut mengenai barang tsb, minimal
mengenai jenis barang.
SEBAB / CAUSA YANG HALAL

Yang dimaksud dengan sebab/causa


yang halal disini, bukan sebab mengapa
perbuatan itu dilakukan, tetapi isi dari
perjanjian haruslah yang tidak
bertentangan dengan UU, kesusilaan,
dan ketertiban umum.

Anda mungkin juga menyukai