Anda di halaman 1dari 105

Mikrobiologi

1. Bonita Risky Bakteri Patogen pada


Sistem Saraf, Limfa,
2. Cindy Manuela
3. Dita Mitani

dan Kardiovaskular
4. Hana Khairunissa
5. Masayu Dinahya
6. Nabila Tidara P.
7. Proudhia Perkasa P.N.
8. Sekar Ayu K. Bonita Risky Masayu Dinahya
Cindy Manuela Nabila Tidara P.
Dita Mitani Proudhia Perkasa P.N
Hana Khairunnisa Sekar Ayu K.

Kelompok 5
Outline

Bakteri pada sistem saraf Bakteri pada sistem limfa dan


kardiovaskular
Neisseria meningitidis
Yersinia pestis
Listeria monocytogenes
Rickettsia
Clostridium tetani
Bacillus anthracis
Clostridium botulinum
Brucella melitensi
Mycobacterium leprae
Borrelia burgdogrferi
Neisseria meningitidis
Hana Khairunnisa Salsabila
1806194095
Neisseria meningitidis
Tingkatan Nama Scientific

Kingdom Bacteria

Filum Proteobacteria

Kelas Beta Proteobacteria

Ordo Neisseriales

Famili Neisseriaceae

Genus Neisseria

Spesies N. meningtidis
Memiliki peptidoglikan tipis,
merupakan bakteri aerobik dan
Morfologi dan Fisiologi gram negatif

Berdasarkan reaksi aglutinasi,


bakteri ini dibagi menjadi
beberapa grup :
A, B, C, D, X, Y, Z,dan Z’

Grup A, B, C, merupakan
penyebab utama penyakit di
klinik

Berbentuk diplokokus dengan


diameter sekitar 8 μm. Memiliki
kapsul polisakarida dan pili
Memiliki enzim oksidase dan
katalase. Bakteri ini paling baik
tumbuh pada perbenihan yang
mengandung zat-zat organik.
Contoh: darah dan protein hewan.
Neisseria
meningtidis
dengan uji
pewarnaan
gram
Source : National Center for
Immunization and
Respiratory Diseases
Struktur
bakteri
Neisseria
meningtidis
Copyright© 2001 Massachusetts
Medical Society.
Patogenesis dan Gejala Penyakit
1. Meningokokus masuk ke dalam tubuh lewat saluran pernapasan atas dan
berkembang biak dalam saluran nasofaring.

2. Terjadi penyebaran sistemik

3. Terjadi masa inkubasi sekitar beberapa hari sampai 1 minggu

4. Muncul gejala-gejala penyakit, seperti :


● Lesi metastatik di berbagai tempat di badan (kulit, selaput otak, persendian, mata, dan paru-paru)
● Demam ringan yang dapat disertai dengan faringitis
● Meningokoksemia : penyebaran meningokokus ke dalam aliran darah
● Meningitis : radang selaput otak
● Artritis : peradangan pada satu atau lebih persendian disertai dengan rasa sakit, kebengkakan,
● Perikarditis : iritasi dan peradangan pada lapisan tipis berbentuk kantong yang melapisi jantung
(perikardium)
● Status hipoadrenergik (sindrom Waterhouse-Friderichsen) : kerusakan kelenjar adrenal karena pendarahan
ke kelenjar adrenal
Meningitis
Meningokoksemi Artritis

Perikarditis Sindrom Waterhouse-Friderichsen


Penularan Bakteri N. meningtidis

● Penularan bakteri N. meningtidis terjadi lewat kontak langsung (hidung dan


tenggorokan penderita)
● Hospes dari meningokokus adalah manusia. Nasofaring adalah pintu masuk bakteri ini
dan melekat pada sel-sel epitelium dengan bantuan pili.
● Dari nasofaring, bakteri ini dapat mencapai aliran darah dan menyebabkan bakterimia
(meningokoksemia) dengan gejala demam tinggi dan ruam hemoragik.
● Bakterimia oleh N. meningtidis mudah timbul karena tidak adanya antibodi yang besifat
bakterisidal (IgG). Meningitis adalah komplikasi meningokoksemia yang paling sering
terjadi.
● Selama terjadi wabah, lebih dari setengah penderita dapat menjadi pembawa bakteri
(carrier). Penularan dapat terus terjadi sampai bakteri ini tidak ditemukan lagi di hidung
dan mulut.
Pencegahan

● Pengurangan kontak langsung dalam lingkungan dengan orang yang terinfeksi


penyakit
● Memberikan imunisasi dan vaksin
Vaksin digunakan jika terjadi wabah pada populasi yang terancam wabah dan pada
orang-orang yang mengalami paparan bakteri yang berulang.
● Pemberian terapi profilaksis jika ditemukan seseorang yang terinfeksi.
● Melakukan pembersihan secara menyeluruh dari sekret hidung dan tenggorokan,
serta barang-barang yang terkontaminasi.
Pengobatan

Pada kasus seseorang yang melakukan kontak langsung dengan penderita, secepatnya
harus diberikan chemoprophylaxis. Chemoprophylaxis meningitis meningokokus ini
merupakan antibiotik dengan dosis :
1. Rifampin : Pemberian secara peroral sesuai dengan kebutuhannya untuk Dewasa 600
mg setiap 12 jam selama 2 hari ; Anak (> 1 tahun) 10 mg/kgBB setiap 12 jam selama 2
hari ; Anak (< 1 tahun) 5 mg/kgBB setiap 12 jam selama 2 hari
2. Seftriakson : sesuai dengan kebutuhannya untuk Dewasa 250mg ; Anak 125 mg
3.Siproloksasin : 500 mg per-oral untuk dewasa
4.Sulfisoxazole (oral) : Sesuai dengan kebutuhannya untuk Dewasa 1 g setiap 12 jam
selama 2 hari ; Anak ( 1-2 tahun) 500 mg setiap 12 jam selama 2 hari ; Anak (< 1 tahun)
500mg/hari setiap 12 jam selama 2 hari
Epidemologi

● Infeksi yang disebabkan N. meningtidis dapat terjadi setiap saat, biasanya terjadi
pada akhir musim dingin dan awal musim semi.
● Wilayah yang selama ini dikenal sebagai daerah endemis adalah Afrika Tengah.
● Penyebaran galur meningokokus baru bisa ditandai dengan meningkatnya angka
kejadian infeksi yang menyerang hampir semua kelompok umur.

Tahun 1980-1990-an
wabah meningokokus grup
B menyerang benua Eropa Sejak tahun 1990-an KLB yang
dan Amerika Serikat disebabkan oleh meningokokus
grup C terjadi di Amerika Pada tahun 1996, 150.000
Serikat dan Kanada orang terjangkit wabah
meningokokus grup A di
Afrika Barat
Nabila Tidara Poetri
(1806185632)
Morfologi Listeria monocytogenes

● Bakteri yang menyebabkan infeksi pada sistem saraf pusat 


meringitis
● Dapat ditemukan pada fases biantang dan didalam tanah & air
● Berbentuk kokobasilius, besifat Gram-positif, cenderung membentuk
rantai-rantai pendek yang terdiri atas 3-4 bakteri.
● Bakteri ini berukuran 0,4 x 0,5 – 2,0 nm dan mempunyai flagel peritrik..
● Pembenihan Agar Triptosa  Koloni bening
Pembenihan Agar darah  Koloni dikelilingi oleh zona hemolisis beta
● Dapat tumbuh optimal pada suhu 37oC
Fisiologi Listeria monocytogenes

● Bakteri ini bersifat aerob, tetapi pertumbuhan bakteri ini dapat


meningkat jika dibiakan pd kondisi O2 dikurangi dan kadar CO2 5-10%

● Bakteri ini dapat membentuk katalase dan dapat meragi beberapa jenis
gula dengam membentuk asamm tanpa gas, tidak mebentuk indol atau
H2S, dan tidak menghidrolisis urea atau mereduksi nitrat
Patogenesis dan Gejala Penyakit

● Penyakit yang disebabkan oleh Listeria monocytogenes adalah


listeriosis
● Bakteri ini dapat menginvasi sistem saraf pusat  meringitis
● Menyerang individu yang memiliki kekebalan tubuh kurang seperti
penderita diabetes, kanker, dan AIDS, atau menerima obat-obat
imunnosupresan.
● Listeria monocytogenes masuk kedalam peredaran darah sehingga
menimbulkan penyakit terutama sepsis.
● Faktor virulensi Listeria monocytogenes adalah ketika bakteri masuk ke
dalam sel-sel makrofag  tidak dapat dimusnahkan oleh sel makrofag
Patogenesis dan Gejala Penyakit

● Bakteri ini sangat berbahaya jika menginfeksi wanita hamil.


● Tidak menunjukan gejala yang sepsfik pada wanita hamil, hanya
seperti flu biasa. Namun, janin yang dikandungnya dapat terinfeksi
melalui plasenta  keguguran, jekaubab orematur, dan lahir mati
(stillbirth).
● Sebagian tidak mengalami gejala dalam beberapa minggu setelah lahir
dan bayi mengalami meringitis. Akan tetapi kondisi ini menimbulan
kerusakan otak sehungga menyebabkan kematian.
● Penularan bakteri ini umumnya berasal dari makanan.
Pemeriksaan Laboratorium

● Bahan pemeriksaan yang digunakan:


- Sekret Serviks
- Sekret Vagina
- Darah tali pusat, darah
- Cairan Brospinal
● Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara
1. Pewarnaan Gram
2. Pembiakan dalam media selektif dan uji biokimia cepat
3. Uji serologi menngunakan antibodi monoklonal / metode rekasi rantai
polimerase
4. DNA probe untuk mendeteksi gen spesifik yang ada dalam genom
Pengobatan dan Pencegahan

● Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi infeksi listeriosis adalah


penisilin G, eritromisin, dan tetrasikilin.
● Pencegahan terhadap infeksi bakteri ini sangat sulit dicegah pada
manusia (sukar mengenali infeksi listeriosis).
● Listeriosis dapat dicegah pada neonatus dengan melakukan
pengobatan segera terhadap induknya.
● Pencegahan ditujukan dengan menyingkirkan hewan reservoir
dan pasteurisasi susu dan makanan lainnya.
Clostridium
tetani

Proudhia Perkasa Putra Nusantara


1806185626
Clostridium tetani

MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

PATOGENESIS DAN GEJALA PENYAKIT

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
MORFOLOGI, FISIOLOGI, DAN
EPIDEMOLOGI
Famili : Clostridiceae Clostridium tetani
Gram : Positif
Pergerakan : Flagel - Tumbuh pada jaringan
mati disekitar luka
- Menghasilkan eksotoksin

- Bentuk sparofit pada


pencernaan herbivora
- Banyak ditemukan pada - Spora lonjong
tanah dengan pupuk - Resisten terhadap
kandang pemanasan & zat kimia

Kondisi :
- Anaerob
- Suhu 37oC
- pH 7 - 7,5
PATOGENESIS DAN GEJALA PENYAKIT

TERTEMBAK MENYENTUH TERTUSUK


] Terkontaminasi oleh
Clostridium tetani

tetanospamin

Otot kerongkongan Kontraksi Muskular Sistem saraf Aliran


nyeri pusat darah
Tetanus Neonatal

Ibu belum memiliki kekebalan


terhadap tetanus

Bayi terinfeksi tanpa memiliki


kekebalan tetanus

Bayi meninggal
TOKSIN TETANUS

- Diproduksi oleh bakteri dan


dilepaskan saat sel lisis
- Afinitas tinggi untuk jaringan
saraf → Neurotoksin
- Toksin labil terhadap oksigen,
panas, dan rusak pada 56oC
selama 5 menit
IMUNITAS

Lakukan imunisasi profilaksis yang terdiri


atas toksoid tetanus, bagian dari vaksin DPT

3x pada tahun Vaksinasi diulangi


Vaksinasi diulangi
pertama kelahiran pada umur anak 6
ditahun berikutnya
bayi tahun
Clostridium
botulinum

Sekar Ayu Kinasih


1806185563
Clostridium botulinum
Tingkatan Nama scientific
Kingdom Bacteria
Phylum Firmicutes
Kelas Clostridia
Ordo Clostridiales
Family Clostridiaceae
Genus Clostridium
Species Clostridium botulinum
Morfologi dan Fisiologi Menghasilkan toksin

Ditemukan di tanah dan


feses hewan
A B E C D F

Toksin paling
toksik pada
manusia

Tahan terhadap Leher lemas


pemanasan pada suhu
100°C selama 3-4 jam
Botulisme
pada sapi
Patogenesis dan Gejala Penyakit
Wadah kaleng

Ditemukan pada
Makanan Kedap udara

Diasap,
dimakan tanpa
dimasak lagi

Toksin pada Clostridium botulinum bekerja dengan menghambat pertumbuhan asetilkolin sehingga
menyebabkan paralisis flaksid
Patogenesis dan Gejala Penyakit
Gangguan
penglihatan

Kesulitan
Makanan 18-96 jam Gejala penyakit menelan
dikonsumsi muncul

Kesulitan
berbicara

Tanda-tanda
Kematian
paralisis
Pemeriksaan Laboratorium
● Mengidentifikasi toksin yang dihasilkan oleh bakteri.
● Toksin biasanya ditemukan pada:

Sel darah Sisa makanan terkontaminasi


● Mencit yang disuntik toksin secara intraperitoneal akan mati
● Tipe antigenik toksin dapat diidentifikasi dengan uji netralisasi dengan
antitoksin spesifik
● Toksin dalam makanan dapat ditentukan dengan uji aglutinasi sel darah
merah yang dilapisi serum antitoksin spesifik
Pengobatan
A

Diberikan secara
Antitoksin Trivalen B Intravena

E
Epidemiologi dan pencegahan

● Clostridium botulinum tersebar di dalam tanah sehingga spora bakteri


ini sering mencemari buah-buahan dan sayuran.

● Clostridium botulinum ditemukan di makanan kaleng, sehingga


sebaiknya sebelum dikonsumsi dimasak terlebih dahulu untuk
memastikan spora bakteri tersebut sudah mati.
Mycobacterium
leprae

Masayu Dinahya Diswanti Putri


1806185600
Mycobacterium leprae
Tingkatan Nama scientific
Kingdom Bacteria
Phylum Actinobacteria
Ordo Actinomycetales
Subordo Corynebacteia
Family Mycobacteriaceae
Genus Mycobacterium
Species Mycobacterium leprae
Morfologi dan Fisiologi
Patogenesis dan Gejala Penyakit
Patogenesis dan Gejala Penyakit
Habitat dan Penularan
Diagnosis Penyakit
Pengobatan
Pencegahan
Pencegahan penyakit

Penyuluhan kesehatan Pencarian penderita Pemeriksaan dini Isolasi untuk kusta


Uji lapangan dengan
dan terhadap orang- tipe lepromatosa,
memberi vaksin dan
Pengobatan kombinasi orang yang kontak sedangkan tipe
atau terapi
sedini mungkin dengan sumber tuberkuloid tidak
infeksi perlu diisolasi
Yersinia
pestis
Cindy Manuela
1806194025
Morfologi dan Fisiologi

● Yersinia pestis merupakan bakteri Gram


negatif
● Berbentuk kokobasil
● Membentuk koloni berantai atau sendiri-
sendiri
● Suhu tumbuh optimum pada 28° - 30°C
● pH optimoum pada 7.2 – 7.6
● Tidak memiliki kapsul jika berada dalam
hospes reservoir
● Memiliki kapsul jika berada dalam hospes
definitif
● Memiliki flagel untuk bergerak
Penyakit yang ditimbulkan

Bubonic Pneumonic
plague plague
Penyakit yang ditimbulkan
Bubonic plague

● Adanya pembengkakan pada


kelenjar limfa disertai ruam
hitam, pneumonia, dan
perdarahan pada organ-organ
dalam
● Infeksi disebabkan oleh gigitan
binatang pengerat
● Masa inkubasi sekitar 2-6 hari
Penyakit yang ditimbulkan
Pneumonic plague

• Ditularkan melalui batuk


atau bersin
• Infeksi ditandai dengan
pneumonia
• Masa inkubasi sekitar 1-3
hari
Transmission Routes of Plague
Faktor Virulensi
Angka pertumbuhan
bakteri Antigen yang dihasilkan
Daya virulensi galur Yersinia Antigen yang paling banyak
pestis biasanya dapat disamakan dihasilkan oleh sel-sel Yersinia pestis
dengan angka pertumbuhan bakteri adalah antigen V, antigen W, dan antigen
tersebut dalam kelenjar limfa. Galur selubung fraksi I (FI). Kemampuan
Yersinia pestis untuk tidak dapat dimakan
berdaya virulensi tinggi dapat oleh sel kekebalan seperti makrofag atau
berkembang biak secara polimorfonuklear (PMN) disebabkan oleh
eksponensial (log phase) tanpa antigen V dan W. Antigen fraksi I adalah
adanya fase penyesuaian (lag suatu imunogen atau antifagosit yang
phase), begitu juga sebaliknya dapat ditemukan pada galur Yersinia
dengan galur berdaya virulensi pestis yang punya daya invasi tinggi.
rendah.
Faktor Virulensi
Kemampuan menghasilkan
Produksi bakteriosin enzim guanosin monofosfat
sintetase
Yersinia pestis Enzim ini digunakan dalam
menghasilkan bakteriosin yang
mirip dengan pestisin I, yaitu pembentukan purin. Yersinia pestis
substansi yang dapat yang memiliki daya virulensi
menyebabkan pembentukan rendah tidak menghasilkan enzim
koagulase serta memiliki aktivitas ini.
fibrinolisis.
Epidemiologi
Bubonic plague biasa disebut penyakit “black death” dan merupakan
penyakit yang sifatnya epidemi pada manusia. Secara sporadis, bakteri ini
ditemukan pada kelenjar air liur binatang pengerat. Perubahan yang drastis dalam
epidemiologi penyakit sampar tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa
faktor nonspesifik seperti peningkatan kontrol terhadap hewan pengerat dan
penggunaan yang telah meluas. Selain itu, faktor virulensi tersebut kemungkinan
dapat menginduksi sistem kekebalan tubuh manusia sehingga sangat efektif
dalam mencegah infeksi oleh bakteri Yersinia pestis.
Diagnosis
Diagnosis harus dilakukan Gejala klinik pada saat
segera karena sifat virulensinya yang gejala awal
sangat tinggi. Pneumonia plague dapat
menyebabkan kematian bahkan dapat  Nyeri hebat di sekitar kelenjar
terjadi dalam 24 jam sejak muncul limfa yang mengalami inflamasi
gejala klinis pertama.  Demam tinggi, lemas, sakit
Diagnosis dapat dilakukan kepala
dengan menemukan dan  Riwayat kontak dengan
binatang pengerat
mengidentifikasi bakteri tersebut pada
biopsi jaringan kelenjar limfa penderita.
Laboratory Diagnosis

Uji Bakteriologi Uji Serologi

By isolating the organism. Y. pestis grows A serological response is often used


readily on most routine laboratory culture retrospectively to confirm cases of plague.
media but takes 2 days to achieve visible Paired serum samples, either acute and
colonies. The colonies are opaque and convalescent phases or convalescent and
smooth with irregular edges post-convalescent phases, are best, but a
single serum sample can be used to provide
presumptive evidence of plague.
Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan

Spesifik Nonspesifik

Dilakukan dengan Dilakukan dengan


memberi vaksin menjaga sanitasi
mengandung bakteri lingkungan agar terhindar
Yersinia pestis inaktif. dari vektor penyakit, yaitu
binatang pengerat.
Pencegahan dan Pengobatan

Obat Efektif

Streptomisin

Tetrasiklin Sulfadiazin kloramfenikol

Penderita harus diisolasi selama lebih dari 48 jam karena penyakit ini sangat mudah
ditularkan melalui udara
Penularan Bubonic plague
Borrelia
burgdorferi

Dita Mitani Nur Alfaini


1806185701
Borrelia burgdorferi

Tingkatan Nama scientific

Kingdom Bacteria

Phylum Spirochaetes

Ordo Spirochaetales

Family Spirochaetaceae

Genus Borrelia

Species Borrelia burgdorferi


Morfologi dan Fisiologi

1 Penyakit : Lyme disease

2 Sumber : Saluran cerna kutu Ixodes

5 Ukuran Bakteri : 20 – 30 μm x 2 – 3 μm
Vektor : Gigitan kutu Ixodes scapularis
3 (kutu hitam/kutu rusa) Alat Gerak : Endoflagel
6
Lokasi : Lingkungan yang basah. Usus 7 Waktu Pertumbuhan : 10 - 12 Jam
4 binatang, rongga mulut manusia
8 Suhu Pertumbuhan : 32⁰C dengan
suasana mkroaerobik
Sikus Penularan dan Siklus Hidup Kutu Ixodes
Patogenesis dan Gejala Penyakit Fase Pertama

Ruam pada kulit disekitar gigitan kemudian


Demam ringan dan gejala yang menyerupai flu
membesar hingga diameter 15 cm
Patogenesis dan Gejala Penyakit Fase Kedua

Kelainan saraf ( paralisis pada muka, meningitis,


Kelainan jantung ( denyut jantung tidak teratur )
dan ensefalitis )
Patogenesis dan Gejala Penyakit Jangka Panjang

Gangguan artritis kronis dan kerusakan Gejala yang menyerupai penyakit sifilis yang
persendian disebabkan oleh jenis spiroketa lain
Pengobatan

Menghambat perjalanan penyakit

Antibiotik

Tetrasiklin

Doksisiklin
Oral

Amoksisilin

Penisilin
Brucella
melitensi
Cindy Manuela
1806194025
Morfologi dan Fisiologi
● Bakteri Gram negatif
● Berbentuk kokobasil
● Berukuran 0.5 – 0.7 µm x 0.6 – 1.5 µm
● Tidak dapat bergerak
● Tidak memiliki spora
● Bersifat aerob
● Tumbuh lambat dan butuh perbenihan yang kompleks,
khususnya pada isolasi primer
● Membentuk koloni yang halus, mukoid, jernih atau sedikit
keruh pada perbenihan agar serum dextrosa atau agar
triptikase
● Dalam tanah lembap dan air laut, bakteri ini dapat hidup
selama 72 hari, dan dalam susu hidup selama 17 hari
Patogenesis dan Gejala Penyakit
Patogenesis Gejala penyakit
● Transmisi bakteri Brucella melitensi terjadi
• Demam tinggi hingga 40°C setiap
karena adanya kontak langsung dengan bahan
yang terkontaminasi, seperti rumah potong sore (undulant fever)
hewan atau melalui produk hewan dan susu
● Oleh karena itu, orang yang berpotensi terkena • Menggigil
bakteri ini adalah orang-orang yang berkaitan • Lemah
dengan laboratorium, peternak, pemerah susu,
dan dokter hewan yang sering berkontak • Pada kasus yang berat, penderita
dengan bakteri ini
● Bakteri masuk melalui kulit yang luka lalu
akan berkeringat lebih banyak dan
menginvasi melalui peredarahn darah kemudian demam di malam hari
masuk ke pembuluh dan kelenjar limfa
● Bakteri juga dapat karena konsumsi susu hewan • Infeksi yang ditimbulkan dapat
ternak yang tidak dipasteurisasi dengan baik, menyebabkan kematian
kemudian bakteri akan masuk ke saluran cerna
Pemeriksaan Laboratorium
Bahan pemeriksaan yang
digunakan

Cairan Jaringan biopsi


Darah serebospinal
Sumsum tulang
kelenjar limfa dan
Serum
hati

• Uji serologi adalah cara pemeriksaan yang


penting untuk mengetahui adanya infeksi
• Bahan pemeriksaan dapat dibiakkan pada
bruselosis
media Brucella agar
• Tes aglutinasi pada serum penderita atau pada
• Sebagian biakan diinkubasi dalam suasana
susu ternak adalah cara yang sering digunakan
CO2 10% untuk menumbuhkan Brucella
untuk menegakkan diagnosis infeksi Brucella
abortus
melitensis
Pengobatan dan Pencegahan

Pengobatan Pencegahan
• Pencegaha terutama ditujukan terhadap
● Antibiotik tetrasiklin hewan sumber infeksi
● Kombinasi tetrasiklin dan • Imunisasi hewan dengan memberi vaksin yang
mengandung bakteri yang telah dilemahkan
streptomisin • Vaksin mengandung galur bakteri Brucella
abortus strain 19 digunakan untuk vaksinasi
sapi
• Vaksin Brucella melitensi strain Rev I
digunakan untuk vaksinasi biri-biri dan
kambing
• Pencegahan bruselosis pada manusia
ditujukan pada pengawasan pengolahan
produk ternak dan susu yang menjadi sumber
infeksi
• Melakukan imunisasi aktif
Morfologi dan Fisiologi

● Berukuran sangat kecil seperti virus.


● Termasuk dalam famili Rickettsiaceae.
● Bakteri ini memiliki asam nukleat DNA dan RNA.
● Berkembang biak dengan pembelahan biner.
● Dinding sel mengandung mukopeptida, mempunyai
ribosom.
● Memiliki enzim yang aktif pada metabolisme.
● Membentuk ATP sebagai sumber energi.
● Pertumbuhannya dapat dihambat dengan anti bakteri
Con’d
● Bakteri intraseluler obligat, berbentuk batang, kokoid, atau pleomorf,
berukuran 0,3-1 mikron, dan bersifat Gram-negatif.
● Spesies ini memiliki beberapa spesies penting yaitu Rickettsia
prowazekii, Rickettsia rickettsiii, Rickettsia tsutsugamushi, dan
Rickettsia typhi.
● Rickettsia tumbuh dalam berbagai bagian di dalam sel hospes, seperti
dalam sitoplasma dan inti sel.
● Tumbuh dengan baik jika metabolisme sel hospes dalam tingkat
rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 32oC.
● Pada suhu 0oC dan 36oC bakteri akan kehilangan aktivitasnya, berupa
aktivitas hemolitik, respirasi, toksisitas, dan infeksivitas.
Patogenesis dan Gejala Penyakit

● Baik berkembang biak dalam sel


endotel pembuluh darah  terjadi
inflamasi  menyebabkan nekrosis
dan juga dapat mengakibatkan
trombosis pembuluh darah.

● Vaskulitis terjadi pada beberapa organ


sebagai pertanda terjadinya gangguan
hemostatik. Salah satunya
penumpukan limfosit.
Patogenesis dan Gejala Penyakit

● Gejalanya adalah demam, sakit kepala,


malas, lesu, kelainan dikulit, serta
pembesaran kelenjar limfa dan hati.

● Kasus berat ditandai dengan gejala


stupor, delirium, renjat (shock), dan
bercak-bercak pd kulit dan jaringan
subkutan
Con’d

Jenis penykit dari bakteri ini dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
● Golongan Tifus : disebabkan oleh bakteri Rickettsia prowazekii (tifus
epidemik) dan Rickettsia typhi (tifus endemik).

● Golongan Spotted Fever : disebabkan oleh bakteri Rickettsia rickettsii


(Rocky Mountain spotted fever) dan Rickettsia conorii (Mediterraneam
fever, Kenya tick fever, Indian tick typhus, South African tick-bite fever.)

● Golongan Demam Semak : disebabkan oleh bakteri Rickettsia


akamushi, Rickettsia nipponica, Rickettsia orientalis, dan Rickettsia
tsutsugamushi.
Golongan Tifus

● Bakteri berkembang biak pada


sitoplasma sel hospes
● Dapat menimbulkan demam tinggi.
● Masa inkubasi selama 5-18 hari.
● Tifus endemik lebih ringan dibanding
tifus epidemik dan jarang berakibat
fatal.
Tifus Epidemik
● Tifus Epidemik yang biasa disebut juga louse-borne typhus, camp fever, atau
jail fever.
● Penyakit ditularkan oleh kutu manusia Pediculus vesimenti yang bersarang
didalam lipatan pakaian.
● Mekanisme penyakit:
Kutu keluar menghisap darah  bakteri berkembang biak dalam usus kutu 
keluar bercampur dengan tinja kutu. Gigitan kutu menibulkan gatal dan
apabila digaruk, tinja yang infektif masuk melalui luka gigitan sehingga
mengakibatkan infeksi pada hospes
Tifus Endemik
● Penyakit yang disebabkan oleh Rickettsia typhi
● Penyakit ini ditularkan dari tikus ke tikus  dari tikus kemanusia oleh kutu
tikus Polyplax spinulosa.
● Kutu manusia juga dapat menularkan penyakit ini.
● Mekanisme penyakit serupa seperti epidemik melalui tinja kutu dan luka pada
kulit.
● Banyak dijumpai pada daerah pelabuhan dan pedesaan atau tempat kumuh.
● Rickettsia typhi dan Rickettsia prowazekii mempunyai struktur antigen yang
serupa, oleh karena itu setelah sembuh penderita akan kebal
Golongan Spotted Fever

● Penyakit ini ditandai dengan demam berat


● Bakteri dapat berkembang biak dalam sitoplasma dan inti sel hospes.
● Penyakit ditularkan melalui gigtan kutu dan bakteri dapat berkembang
di dalam tubuh kutu, sehingga penularan terjadi melalui air luda kutu.
● Secara klinis gejala penyakit golongan spotted fever menyerupai
golongan tifus, hanya berbeda pd kelainan kulit yg ditimbulkan.
● Gejala penyakit ringan  Mediterranean fever
Gejala penyakit berat  Brazilian spotted fever.
Golongan Demam Semak

● Demam semak atau biasa disebut scrub typhus.


● Penyebab penyakit ini adalah Rickettsia akamushi, Rickettsia nipponica, dan
Rickettsia tsutsugamushi.
● Demam semak terjadi di daerah semak belukar / daerah pantai.
● Demam ditularkan melalui tungau trombiculid
● Gejala klinis yang timbul mirip penyakit tifus endemik
Antigen dan Antibodi
Tiga macam antigen utama Rickettsia yaitu:
1. Antigen grup  larut dalam eter berasal dari lapisan luar selubung bakteri
2. Antigen spesies  berasal dari badan bakteri
3. Antigen mirip Proteus  dimanfaatjan untuk identifikasi jenis bakteri yaitu
dengan reaksi Weil-Felix.
Antibodi riketsiosis muncul pada minggu kedua sejak timbul gejala sakit dan
mencapai puncak sewaktu atau setelah penyembuhan.
Saat diagnosis, titer antibodi dalam serum diambil pada saat demam tinggi
dibandingkan dengan titer antibodi dalam masa konvalesen,.
Pemeriksaan Laboratorium
● Bahan pemeriksaan digunakan darah penderita yang diinokulasika pada
marut, tikus, atau telur bertunas.
● Gejala yang khas adalah berupa demam, pembengkakan skrotum, nekrosis,
pendarahan, dan akhirnya kematian.
● Darah penderita yang diambil pada minggu pertama sakit, bahan
diinokuasikan haruslah darah yang tidak mengandung serum.
Pemeriksaan Laboratorium
● Serum penderita dapat diperiksa secara serologik dengan reaksi Weil-Felix,
imunofluoresensi, atau reaksi fiksasi komplemen.
● Reaksi Weil-Felix adalah reaksi aglutinasi terhadap bakteri Proteus.
● Antigen penderita akan bereaksi dengan antigen O polisakarida bakteri. Galur
ini hanya akan bereaksi dengan antigen O yang tidak tertutup oleh antigen H
flagel, yaitu Proteus OX.
● Tedapat tiga macam galur pada Weil-Felix yaitu :
OX-K  (+) pada demam semak.
OX-19  (+) pada tifus endemik dan epidemik.
OX-2 dan OX-19  (+) pada Rocky Mountain spotted fever, Mediterranean faver,
and South African tic-bite fever.
Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan dapat dilakukan untuk menghindari rektsiosis, yaitu sebagai berikut :
1. Memutus rantai infeksi
2. Menjaga kebersihan sanitasi dan lingkungan
3. Mendirikan bangunan yang sehat
4. Melakukan program vaksinasi secara teratur dan berkala

Pengobatannya dengan memberikan antibiotik, antara lain tetrasiklin dan


kloramfenikol
Bacillus anthracis

Bonita Risky Aprilenia (1806185670)


Morfologi dan Fisiologi Pengobatan dan
Pencegahan

Bacillus anthracis

Patogenesis dan Gejala Pemeriksaan


Penyakit laboratorium

- Antraks kulit
- Antraks saluran cerna
- Antraks paru
Morfologi dan Fisiologi
Bakteri banyak ditemukan pada
Tahun 1877 Robert Koch berhasil
penyakit zoonosis, infeksi pada
mengisolasi bakteri
ternak lembu, kambing, domba,
Bacillus anthracis
dan babi

- Bakteri berukuran besar (1-1,2 μm × 3-7 Bakteri dikeluarkan melalui feses,


μm ) urin, dan saliva hewan yang terinfeksi
- Bersifat gram positif membentuk endospora dan dapat
- Berbentuk batang, memiliki endospora di
bertahan hingga 60 tahun.
tengah
- Tersusun seperti bambu
- Tidak dapat bergerak Bila endospora tertelan hewan,
- Dapat tumbuh secara aerob/anaerob pada sepsis yang fatal dapat terjadi pada
media perbenihan biasa hewan ternak
Bacillus anthracis
dalam pewarnaan gram
Patogenesis dan Gejala Penyakit

Infeksi yang disebabkan oleh Bacillus anthracis terjadi melalui


endospora

Di dalam makrofag, Bacillus


Endpospora akan
Endospora masuk anthracis bermultiplikasi
dimakan oleh
ke dalam tubuh dengan cepat dan dapat
makrofag
merusak sel-sel makrofag
Patogenesis dan Gejala Penyakit

Faktor virulensi utama Bacillus anthracis adalah dua jenis eksotoksin

Menyebabkan edema
Edema toxin (pembengkakan)

Dapat membunuh sel-sel makrofag sehingga


Lethal toxin bakteri ini dapat terhindar dari sistem
kekebalan tubuh penderita
Patogenesis dan Gejala Penyakit

Selubung sel atau kapsul bakteri Bacillus anthracis tidak mengandung polisakarida
seperti kapsul bakteri lain, tetapi merupakan suatu poly-D-glutamyl capsule (kapsul
yang mengandung polipeptida poli-D-glutamat)

Infeksi Bacillus anthracis tidak dapat


menstimulasi respons kekebalan tubuh

Apabila Bacillus anthracis masuk ke


peredaran darah, infeksi akan cepat Penderita mengalami septisemia dan
berkembang tanpa dihambat oleh renjat septik yang bisa menyebabkan
sistem pertahanan tubuh penderita kematian
Anthraks kulit (cutaneous anthrax)

Infeksi Bacillus anthracis pada kulit


Infeksi biasanya terjadi pada peternak/pekerja rumah pemotongan hewan

Endospora Bacillus Menyebabkan pustula


anthracis masuk ke yang khas pada kutan
dalam tubuh

Bakteri umumnya tidak dapat masuk ke dalam sistem peredaran darah. Apabila
bakteri masuk, angka kematian bisa mencapai lebih dari 20%
Anthraks saluran cerna
(gastrointestinal anthrax)

Infeksi yang disebabkan penderita


menelan endospora Bacillus anthracis
yang terdapat dalam makanan/daging
Angka kematian infeksi
yang terkontaminasi saluran cerna yang
disebabkan oleh
antraks lebih dari 50%
Gejala anthraks :
Akan terjadi luka pada
- Mual saluran cerna, sekitar
- Muntah mulut, tenggorokan,
- Sakit perut dan usus halus
- Diare disertai darah
Anthraks paru (pulmonary anthrax)

Infeksi yang disebabkan penderita menghidup


endospora Bacillus anthracis Bakteri akan segera
Infeksi ini sangat berbahaya bagi manusia karena berkembang dengan
endospora kemungkinan besar mudah masuk ke dalam pesat dan penderita akan
peredaran darah mengalami renjat septik
dalam waktu 2-3 hari

Gejala yang terjadi :


Kematian akan terjadi dalam
- Demam ringan
waktu 24-36 jam dengan angka
- Batuk
kematian mencapai 100%
- Nyeri dada
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan cara isolasi dan identifikasi bakteri


dari bahan pemeriksaan

Meliputi

- Pembiakan bakteri
- Uji serologi untuk menentukan keberadaan Bacillus anthracis dengan
menggunakan antibodi monoklonal
- Pemeriksaan DNA spesifik dengan teknik reaksi rantai polimerase (PCR)
dan DNA probe
Pengobatan
Cara pengobatan yang dianjurkan bagi penderita
Pemberian antibiotik
yang belum pernah imunisasi antraks

- Penisilin
- Siprofloksasin
- Doksisiklin

- Melakukan pemberian vaksin pada hewan


ternak secara rutin
Pencegahan
- Melakukan pemberian vaksin bagi manusia
secara bertahap (6 kali dalam 18 bulan, diulang
setiap tahun)
References
● Radji Maksum. (2009). Buku Ajar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
● Perry Robert, Petherson. (1997). Yersinia pestis Etiologic Agent and Plague. USA.
Department of Microbiology and Immunology, University of Kentucky, Lexington, Kentucky.
● Public Health Agency of Canada. Material Safety Data Sheets
https://www.canada.ca/en/public-health/services/laboratory-biosafety-biosecurity/pathogen-
safety-data-sheets-riskassessment.html
● https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=960722#
null
● Castillo D, dkk. (2016). Chapter 6: Primary Culture and Presumptive Identification of
Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, and Haemophilus influenzae. National
Center for Immunization and Respiratory Diseases.
● Nadine G. Rouphael and David S. Stephens. (2015). Neisseria meningitidis: Biology,
Microbiology, and Epidemiology. National Center for Biotechnology Information, U.S.
National Library of Medicine.
● Sartika : bakteri clostridium botulllinum tahan pemanasan, tp makanan
banyak yg tahannya cuman 100 derajat,
● Anggita : meningitides bisa disebabkan pada sendok dan garpu, kalo di
kantin kan itu buat banyak org, kalo dengan pemanasan

Anda mungkin juga menyukai