Anda di halaman 1dari 15

Kepemimpinan Dalam Etnik

Minangkabau
Davindra J. Pratama
Pendahuluan

• Minangkabau adalah salah satu etnik di Sumatera, biasa


dikenal dengan Sumatera Barat.
• Meskipun etnik ini berasal dari Sumatera Barat, namun
banyak dari etnik ini yang merantau keluar kampung
halamannya di seluruh Indonesia.
• Berikut adalah hasil wawancara dengan salah satu guru di
Sekolah yang berasal dari etnik Minangkabau.
• Alasan dipilihnya guru tersebut adalah karena guru
tersebut merupakan salah satu orang yang mendapatkan
gelar dalam adat Minangkabau dengan gelar “ Datuk”.
Sistem Kepemimpinan

• Dalam etnik Minangkabau, sumber hukum yang dijadikan


pedoman adalah kitab suci Al-Qur’an.
• “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”
• “Adat berasal dari syariat, syariat dari kitabullah (Al-
Qur’an)
• Dalam kebudayaan Minangkabau hukum adat diselaraskan
dengan syariat Islam tanpa harus mempertentangkannya.
Sistem Kepemimpinan

• Meskipun secara admisnitratif menerapkan system


pemerintahan modern, namun dalam adat tetap
menerapkan kepemimpinan adat.
• Dalam etnik Minangkabau, pemimpin yang harus ada
adalah Penghulu dan Ninik Mamak.
• Tanpa kedua pemimpin itu maka dianggap suatu kampung
atau nagari yang tidak bertuan.
• Penghulu dalam etnik Minangkabau adalah yang
memegang tampuk yang menjadi pengendali dari
keputusan terhadap anak kemenakan.
• Penghulu sangat berperan besar terhadap keputusan-
keputusan yang melibatkan masyarakat adat.
• Seorang penghulu harusla seorang yang arif dan bijaksana,
yang bias mengambil keputusan secara adil terhadap setiap
masalah yang ada.
• Biasanya dalam suatu nagari terdapat bebrapa penghulu
yang kemudian membentuk Lembaga perhimpunan
penghulu.
• Perhimpunan penghulu inilah yang kemudian disebut
dengan Ninik Mamak.
• Tidak hanya penghulu saja, namun Ninik Mamak ini juga
diisi oleh beberap Datuk dari kepala suku.
• Dalam istilah adat disebutkan bahwa Ninik Mamak ini
adalah “Pai tampek batanyo, pulang tampek babarito”
• “Ketika pergi menjadi tempat bertanya, ketika pulang
tempat berkabar”
• Datuk adalah orang yang mendapatkan gelar adat dari
suatu kaum yang diangkat oleh anak kemenakan dengan
upacara adat.
• Seorang yang akan diangkat menjadi datuk harus
melakukan upacara adat dengan sekurangnya memotong
kerbau dan mengadakan jamuan makan.
• Jika calon datuk tidak mampu melaksanakan upacara
tersebut, maka tidak berhal menyandangk gelar tersebut.
• Salah seorang yang bergelar datuk nantinya oleh kaumnya
akan diangkat menjadi penghulu.
• Datuk ini disamakan dengan pemipin suatu kaum yang
nantinya akan mengurus hal-hal yang berkaitan dengan
adat.
• Tugas seorang datuk adalah mulai dari mengurus
perkawinan, perceraian, perselisihan, mengelola harta
pusaka sampai mendidik dan membina anak
kemenakannya.
• Dalam pernikahan, peran seorang datuk adalah menjadi
temu antara kedua mempelai.
• Jadi sebelum terjadi pernikahan antara mempelai, datuk
dari masing-masing calon pengantinlah yang akan bertemu
dan mengurus hal-hal yang dirasa perlu.
• Misalnya mulai dari besaran mas kawin, hantaran, sampai
waktu pernikahan.
• Jika ada pasangan yang akan menikah, maka penghulu dan
ninik mamak dari kedua suku tersebut akan bertemu dalam
suatu forum adat.
• Dalam forum adat tersebut akan hadir pula ninik mamak
dari suku lain yang berdkekatan di suatu desa.
• Dalam pertemuan tersebut semua pemangku adat yang
hadir adalah laki-laki, termasuk calon mempelai laki-laki
biasanya.
• Dalam pertemuan tersebut perempuan tidak dilbatkan,
hanya sebagai pendengar saja.
• Datuk dari keluarga yang akan menikah akan membuka
forum dengan meyampaikan maksud dan tujuan.
• Maskud dan tujuan disampaikan kepada penghulu yang
memimpin adat di desa tersebut.
• Kemudian barulah disambut oleh penghulu (pemimpin
adat) dengan memberikan arahan sebagaimana
seharusnya.
Permasalahan kepemimpinan

Melihat besarnya tanggungjawab seorang datuk, maka


orang yang akan mendapatkan gelar datuk ini bukanlah
sembarang orang.

Harus merupakan orang yang benar-benar memahami adat


dan mau mengurusi anak kemenakanannya.
Hal ini menimbulkan permasalahan belakangan ini
dikarenakan pemberian gelar datuk tidak sesakral dulu lagi.

Saat ini gelar datuk bisa “dijual” untuk berbagai keperluan.

Seharusnya, orang yang mendapatkan gelar datuk adalah


orang yang memang menguasai tentang adat dan berasal
dari suku yang ada di Minangkabau.
Kenyataannya, gelar datuk saat ini diberikan juga untuk
orang luar yang bukan dari minagkabau dan tidak
memahami adat di Minangkabau.

Contohnya adalah pemberian gelar datuk kepada SBY, Taufik


Kiemas, dan yang terakhir pernah pula diberikan kepada
Gubernur Sumsel Alex Noordin, yangs secara silsilah
bukanlah orang Minagkabau dan tidak memahami adat
Minangkabau.
Adapun pemberian gelar tersebut sudah sangat melenceng
dari tujuan awalnya yaitu selain sebagai gelar, seseorang
yang diangkat menjadi datuk juga otomatis dianggap bisa
menganyomi anak kemenakannya di kampung halaman.

Jika diberikan kepada orang yang bukan dari Minangkabau


dan tidak memahami tentang adat, sudah jelas tujuannya
adalah untuk menraik simpati politik dari masyarakat
minagkabau.

Anda mungkin juga menyukai