Anda di halaman 1dari 19

Perilaku Politik Masyarakat

dalam Demokrasi Lokal


PANDANGAN KLASIK TENTANG
POLITIK
• usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk
membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama
• Aristoteles melihat mewujudkan kebaikan bersama
memiliki moralitas yang tinggi
• Kebaikan bersama/kepentingan umum?
1. tujuan moral/nilai ideal yang abstrak
2. keinginan orang banyak
3. kepentingan umum adalah kepentingan mayoritas
4. keinginan pemerintah; pemerintah dibentuk untuk
kebaikan bersama
PANDANGAN KLASIK TENTANG
POLITIK
• Politik sebagai kegiatan mencari dan mempertahankan
kekuasaan dalam masyarakat
• Kekuasaan merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan
berperilaku sesuai kehendak yang mempengaruhi.
Kekuasaan dilihat sebagai interaksi antara pihak yang
mempengaruhi dan dipengaruhi, atau yang satu
mempengaruhi dan yang lain mematuhi .
Alur Perilaku Politik dalam
Demokrasi Lokal
Budaya Politik Perilaku Politik Partisipasi Politik

Interaksi Pemerintah &


Masyarakat

Kunci Demokrasi
Budaya & Perilaku Politik
• Sumber perilaku politik pada dasarnya adalah
budaya politik, yaitu kesepakatan antara
pelaku politik tentang apa yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
Kesepakatan ini tidak selalu bersifat terbuka,
tetapi ada pula yang bersifat tertutup.
• Budaya politik merupakan orientasi psikologis terhadap
obyek sosial yang meliputi aspek kognitif, afektif dan
evaluatif yang ditujukan kepada sistem politik secara
umum. Atau, secara praktis, budaya politik merupakan
seperangkat nilai-nilai yang menjadi dasar para aktor
untuk menjalankan tindakan-tindakan dalam ranah
politik.
Latar budaya politik beraneka ragam, antara lain terdiri
atas: ras, etnik, adat, bahasa, agama dan lain
sebagainya. Dengan keragaman latar budaya politik
tersebut dimungkinkan muncul sengketa politik, yang
umumnya berkisar pada kepentingan ekonomi,
kekuasaan, dan masalah-masalah khusus misalnya hak-
hak warga negara. Penyelesaian persengketaan sulit
dilakukan apabila hanya mengakomodasi kepentingan
salah satu kepentingan. Maka, diperlukan kesadaran
dan partisipasi politik yang bijak untuk mengatasinya.
• Perilaku politik atau (Inggris:Politic
Behaviour)adalah perilaku yang dilakukan oleh
insan/individu atau kelompok guna memenuhi
hak dan kewajibannya sebagai insan politik
• Model-model perilaku politik (Ramlan
Surbakti,: 2010)
1. Individu aktor politik: aktor politik (individu),
aktivis politik, & individu sbg WN biasa.
2. Agregasi Politik: individu aktor politik secara
kolektif, mis. Kelompok kepentingan,
birokrasi, parpol, lembaga pemerintahan.
3. Tipologi kepribadian politik: otoriter,
machiavelis, demokrat.
• Empat Faktor yg mempengaruhi perilaku politik aktor
politik:
1. Lingk. Sospol tak langsung: sistem politik, ekonomi,
budaya, & media massa.
2. lingk. Sospol langsung yg mempengaruhi &
membentuk kepribadian aktor: keluarga, agama,
sekolah, & kelmpk pergaulan
3. Struktur kepribadian: kepentingan, penyesuaian diri,
eksternalisasi, & pertahanan diri
4. Faktor Lingk. Sospol tak langsung yg mempengaruhi
lingk. Sospol langsung: sosialisasi, internalisasi, &
politisasi.
• Dalam memahami bentuk perilaku politik, dapat
dipergunakan pendekatan respon politik
(behavioralisme), yang mengetengahkan partisipasi
politik, baik secara historis, sosiologis, tradisional dan
lainnya. Partisipasi politik adalah perilaku luar individu
warga negara yang bisa diamati dan bukan merupakan
perilaku dalam yang berupa sikap atau orientasi.
Bentuk partisipasi politik dibedakan menjadi kegiatan
politik konvensional: normal dalam demokrasi
modern seperti pemberian suara dlm pemilu, dan
non-konvensional: legal maupun ilegal, penuh
kekerasan dan revolusioner seperti demonstrasi,
protes dll. (Gabriel Almond).
• Dalam partisipasi politik, dimungkinkan
terdapat hubungan antara pemerintah dan
masyarakatnya. Untuk membangun interaksi
antara pemerintah dan masyarakat diperlukan
proses, partisipasi dan kontribusi (interaksi
timbal balik). Dan peningkatan partisipasi
politik, baik secara kualitas maupun kuantitas
merupakan kunci demokrasi.
Contoh Perilaku Politik :
• Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat /
pemimpin
• Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti
suatu partai politik atau parpol , mengikuti ormas atau
organisasi masyarakat atau LSM (lembaga swadaya
masyarakat)
• Ikut serta dalam pesta politik
• Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang
berotoritas
• Berhak untuk menjadi pimpinan politik
• Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya
sebagai insan politik guna melakukan perilaku politik yang
telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar dan
perundangan hukum yang berlaku
Demokrasi di Tingkat Lokal
Masa Orba:
• Demokrasi di tingkat lokal hampir tidak ada
• Kekuatan politik Masyarakat dikuasai & dikendalikan
oleh Penguasa melalui politik floating mass (massa
mengambang).
• Masyarakat hanya “digerakkan” untuk berpartisipasi
dalam proses politik (pemilu).
• Akibatnya masyarakat sama sekali tidak diberi ruang
merefleksikan perilaku politiknya sesuai dengan haknya
sebagai warga negara.
• Sejak era orba tumbang, dengan adanya kebijakan
desentralisasi & otonomi daerah berimbas pada
terbukanya ruang politik bagi masy. di tingkat lokal
• Desentralisasi politik: menyalurkan semangat
demokrasi secara positif di masy. Pelaksanaan
otonomi harus dipahami sebagai proses untuk
membuka ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan
daerah yang dipilih secara demokratis,
memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan
pemerintahan yang responsif terhadap kepentingan
masyarakat luas, dan memelihara suatu mekanisme
pengambilan keputusan yang taat pada asas
pertanggungjawaban publik.
• All Politic Is Local (Tip O’neil) yang
mengandung makna bahwa pelaksanaan
demokrasi di tingkat nasinal akan berkembang
dengan mapan, jika dimulai dengan kuatnya
akar demokrasi di tingkat lokal.
• Untuk itu perlu dibangun tatana/pelembagaan
politik di tingkat lokal.
• Di antaranya birokrasi/pemerintah, parpol,
civil society, pressure group, media massa, dll.
• Perilaku-perilaku politik tersebut selayaknya
dimaknai untuk menguatkan proses demokrasi
di tingkat lokal, dimana terjadinya interaksi
antara pemerintah, aktor2/institusi politik,
aktor2/institusi non politik, dan WN biasa yg
didasarkan pada karakter masyarakat lokal &
budaya local (local wisdom).
Masalah / Tantangan???
• Menguatnya isu egosentrisme, ego kedaerahan.
• Parpol: institutionalisasi, pendidikan politik,
rekruitmen, kaderisasi, sarana agregasi & artikulasi
kepentingan.
• Rent Seeking, dinasti politik, raja2 kecil
• Budaya patronase, rational choise?
• Demokrasi prosedural, biaya tinggi
• Civil society belum kuat?
• Predator local: Relasi Politisi – pengusaha – birokrasi.
Agenda ke Depan
• Perilaku politik ditingkat lokal sbg basis
penguatan demokrasi Indonesia
• Peran partai politik sbg pilar demokrasi
• Perilaku politik mengedepankan budaya politik
lokal – kearifan lokal yg ada.
• Kontrol WN melalui kelompok2 kepentingan &
pressure grup
• Sinergitas antar seluruh aktor politik dlm
mewujudkan proses demokrasi yg beradab –
demokrasi substantif/deliberatif.

Anda mungkin juga menyukai