Dra.Hj.Nadlirotun
P
Anak adalah amanat Tuhan
yang harus dijaga dan
diperlakukan dengan
sebaik-baiknya.
Anak adalah generasi
penerus keluarga, bangsa
dan peradaban.
Anak adalah pemilik dan
penentu masa depan
bangsa
Jumlah anak di Indonesia adalah
sepertiga penduduk Indonesia atau
sekitar 85 juta anak.
Masih banyak pola pikir dan perilaku
yang menjadikan anak sebagai obyek
dan properti orang dewasa (orang tua,
guru, pemerintah, dll.) yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip
perlindungan anak
Norma perlindungan anak dan hak anak
belum banyak dipahami dan belum
dipraktekkan.
UUD Negara RI pasal 28 B ayat 2 :
”Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi”
UU No 23 Tahun 2002 tentang
Perindungan Anak
Non diskriminasi
Kepentingan terbaik baik bagi
anak
Hak hidup, kelangsungan hidup
dan perkembangan
Mendengarkan pendapat anak
Anakadalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam
kandungan
(UU PA 23/2002 Pasal 1 ayat 1)
Perlindungan anak adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi, secara
optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi
(UU PA 23/2002 Pasal 1 ayat 2).
physical abuse
(kekerasan secara
fisik)
social abuse
sexual (kekerasan
(kejahatan) secara social)
secara seksual)
psychological
abuse (kekerasan
secara psikologis)
TAHUN
NO KLASTER / BIDANG JUMLAH
2011 2012 2013 2014
1 Sosial dan Anak Dalam Situasi Darurat 92 79 246 87 504
2 Keluarga dan Pengasuhan Alternatif 416 633 931 452 2432
3 Agama dan Budaya 83 204 214 59 560
4 Hak Sipil dan Partisipasi 37 42 75 47 205
5 Kesehatan dan Napza 221 261 438 216 1136
6 Pendidikan 276 522 371 249 1480
7 Pornografi dan Cyber Crime 338 175 247 196 806
8 ABH dan Kekerasan 188 530 420 432 1511
a Kekerasan Fisik 129 110 291 142 669
b Kekerasan Psikis 49 27 127 41 244
Kekerasan Seksual (Pemerkosaan,
c 329 746 590 621 2286
Sodomi, Pencabulan, Pedofilia)
9 Trafficking dan Eksploitasi 160 173 184 93 610
10 Lain-Lain 10 10 173 78 271
TOTAL 2178 3512 4311 2713 12714
Keterangan Data : Januari 2011 – Agustus 2014
Sumber Data :
1. Pengaduan Langsung, Surat, Telp, Email
2. Pemantauan Media (Cetak, Online, Elektronik)
3. Hasil Investigasi Kasus
4. Data Lembaga Mitra KPAI Se-Indonesia
Sumber Data :
1. Pengaduan Langsung, Surat, Telp, Email
2. Pemantauan Media (Cetak, Online, Elektronik)
3. Hasil Investigasi Kasus
4. Data Lembaga Mitra KPAI Se-Indonesia
Sumber Data :
1. Pengaduan Langsung, Surat, Telp, Email
2. Pemantauan Media (Cetak, Online, Elektronik)
3. Hasil Investigasi Kasus
4. Data Lembaga Mitra KPAI Se-Indonesia
Hasil Minotoring dan Telaah KPAI, pada tahun 2012 di 9 Provinsi di Indonesia
1. Orang tua tidak mempunyai konsep pola asuh
2. Kondisi lingkungan pakumis (padat, kumuh
dan miskin)
3. Lingkungan baru dan tidak mendapat
dukungan dari keluarga serta teman-
temannya.
4. Pemenuhan kebutuhan tidak hanya fisik
tetapi psikis
5. Ada kasih sayang perhatian yang hilang pada
masa golden age
6. Pola komunikasi yang satu arah
7. Pemenuhan kebutuhan tidak seimbang
8. Keluarga broken home, TKW
9. Profil pelaku cybercrime: ada masa
attachment dengan orang dekat yang hilang
• Sistem dan peraturan sekolah tidak memiliki
perspektif perlindungan anak: metode pengajaran
yang lebih banyak ceramah
• Guru dan penyelenggara sekolah belum memiliki
paradigma tentang perlindungan anak, guru lebih
banyak mengajar daripada mendidik
• Guru belum memahami UU Perlindungan Anak
Punishment lebih sering dari reward; Menghukum
dianggap wajar untuk membuat jera, tapi anak
tidak pernah jera, justru menjadi labelling ke
anak; Menghukum sebaiknya dalam kerangka
membangun kesadaran, bukan menakut-nakuti.
• Siswa tidak dibekali pengetahuan tentang
Perlindungan Anak
• Siswa yang melakukan pelanggaran, bullying dan
kekerasan karena dipicu oleh permasalahan yang
dibawa dari rumah.
• Sistem BK di sekolah masih bersifat penanganan
terhadap anak yang bermasalah, seharusnya BK
juga bekerja untuk pencegahan dari awal dan
memetakan permasalahan setiap anak, sehingga
sekolah mengetahui bagaimana riwayat keluarga
dan perilaku masing-masing siswa.
• Perspektif “pintar” dengan kognisi
• Anak didik masih menjadi objek pendidikan, belum
menjadi subjek pendidikan
1. Orangtua tidak memiliki konsep pengasuhan
2. Kurang mendapat ”kasih sayang” psikis dan
psikologi di rumah
3. Anak tidak menemukan jati diri di rumah
sehingga mencari pengakuan di luar rumah.
4. Ingin diakui sebagai anggota kelompok
5. Waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan
baik.
6. Masyarakat acuh tak acuh dan kurang sensitif
pada kewaspadaan komunitas
Kekerasan anak secara seksual, dapat
berupa perlakuan pra kontak seksual
antara anak dengan orang yang lebih
besar (melalui kata, sentuhan, gambar
visual, exhibitionism), maupun
perlakuan kontak seksual secara
langsung antara anak dengan orang
dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi
seksual)
Paparan pornografi menjadi pemicu
kuat tindakan kejahatan seksual
87% anak mengakses situs porno secara
tidak sengaja
53% mengakses di rumah sendiri
Penggunaan akses internet tanpa filter
Kominfo dan Bareskrim Polri sendiri
kesulitan mengakses situs-situs
pembobol
Di email, facebook, twitter
FAKTA TENTANG ANAK MENGAKSES
PORNOGRAFI
Survey Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi
(MTP) terhadap 1.178 siswa SMA di DKI Jakarta
pada tahun 2006 menunjukkan bahwa para
pelajar yang mengakses pornografi disebabkan
karena dua hal; dorongan dari teman sebaya
dan media pornografi yang bebas.
Temuan gerakan Jangan Bugil Depan Kamera
(JBDK) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa di
internet mendekati 700 video porno amatir yang
dibuat dengan menggunakan handycam dan
kamera digital lainnya, dengan 90% di antaranya
dibuat oleh pelajar dan mahasiswa.
(Data Masyarakat Tolak Pornografi)
Kekerasan seksual meningkat akibat dari
menonton pornografi
Korban dan pelaku adalah anak-anak
Addictive: Membuat orang kecanduan,
perpustakaan pornografi, pelanggan abadi,
Escalation: Meminta lebih
Desensitization: Tidak sensitif terhadap
kejahatan seksual
Act out: butuh pelampiasan
PENANGANAN
KORBAN
REHABILITASI SOSIAL,
PEMULANGAN, PENEGAKAN HUKUM
REINTEGRASI SOSIAL
Dilema, antara tabu dan kriminal
Dilaporkan
Menyembunyikan identitas korban
Disembuhkan secara integratif
sehingga tidak berpotensi menjadi
pelaku lain
Orang tua tetap mendampingi
Memperbaiki pola komunikasi dan
pengasuhan
Menciptakan lingkungan yang ramah untuk
anak
Mendampingi proses pemulihan psikologis
Mendampingi proses reintegrasi di
masyarakat sekolah
Membangun kepercayaan diri anak dan
menyalurkan bakat minatnya
Kekerasan terhadap perempuan dalam Undang-
undang tersebut didefinisikan sebagai setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah
tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga.
Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2004,
pemerintah berupaya menghapus kekerasan
khususnya kekerasan terhadap perempuan
yang terjadi dalam rumah tangga.
Dalam undang-undang tersebut, penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga bertujuan
untuk mencegah segala bentuk kekerasan
dalam rumah tangga, melindungi korban
kekerasan dalam rumah tangga, menindak
pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan
memelihara keutuhan rumah tangga yang
harmonis dan sejahtera.
JENIS KEKERASAN YG TERJADI PD PEREMPUAN