Dalam buku Tarich Atjeh dan Nusantara Aceh juga dikenal dengan nama lain seperti Achem, Atjeh, Achen, Acen, Asyi, Achin, Atjin, Atsjism, Atsjeh.
2. Masa penjajahan Belanda
Aceh adalah wilayah yang “peradabannya paling sering berhenti” karena ulah para penghianat dan pihak luar yang sewenang-wenang. Dimulai dengan datangnya bangsa Portugis, imperium VOC, hingga imperium Belanda. Aceh pun memiliki daya gerak peradaban untuk melawan penindasan dan kesewenangan. Semangat jihad para pejuang Aceh tidak pernah padam, karena pada saat bala tentara Jepang mmenyerang dan menduduki seluruh wilayah kepualauan Hindia Belanda. 4. Mulainya perang Aceh
Perang Aceh berlangsung selama 31 tahun, antara
tahun 1873 hingga 1904.
5. Berlangsungnya perang Aceh
Sultan Aceh menentang isi traktat london 1824 karena
bertentangan dengan hegemoni Aceh. Dalam pertempuaran antara Aceh dan Belanda setelah itu, Deli, Serdang, dan Asahan jatuh ke tangan Belanda Persiapan aceh dalam menghadapi pemerintahan Hindia Belanda seperti pendirian pos-pos pertahanan,dibangun kuta semacam benteng untuk memperkuat pertahanan wilayah, penyiapan sejumlah pasukan dan persenjataan. 6. Isi pokok perjanjian Traktat London
1. Membolehkan kawula kedua pihak, dengan mengindahkan undang-undang yang
berlaku, untuk melawat, bertempat tinggal dan menjalankan perdagangan dan pelayaran di daerah kedua belah pihak. 2. Kedua belah pihak melepaskan tuntutan masing masing mengenai segala pertikaian yang timbul sebelum perjanjian ini. 3. Mufakat untuk mencegah dengan sekuat-kuatnya perampokan dan penagkapan manusia untuk di jual dan pembajakan di pantai di daerah masing-masing. 4. Sultan Aceh mengakui bahwa Gubernur Jendral Hindia Belanda diwakili oleh Gubernur Belanda di Sumatra barat dalam hal urusan dengan Sultan Aceh. 5. Segala salah paham yang mungkin timbul akan diselesaikan dengan cara damai. Kondisi ini mendesak Inggris dan Belanda untuk mengadakan prundingan. Pada tanggal 2 November 1871, Inggris dan Belanda sepakat menandatangani Traktat Sumatra. Berdasarkan perjanjian tersebut Belanda memperoleh kebebasan untuk memperluas kekuasaannya di Sumatra, termasuk Aceh. Traktat ini jelas memberi peluang kepada Belanda untuk meneruskan agresinya. Belanda kemudia memaklumkan perang terhadap Aceh pada tanggal 26 Maret 1873. 7. Agresi militer Belanda
Kolonial Barat yang datang ke negeri-negeri Timur
memang bertujuan untuk menjajah dan menyebarkan agama mereka (Kristen Katolik dan Protestan). Penjajah membagi wilayah Nusantara ibarat membagi-bagi kue. Sumatera dan Jawa untuk Belanda. Semenanjung Tanah Melayu dan Kalimantan Utara untuk Inggris. Timor-Timur dan Malaka untuk Portugis. Satu-satunya wilayah yang belum bisa di taklukan adalah Kerajaan Aceh Darussalam. 8. Masa penjajahan Jepang
Ketika Jepang, 1942 mengambil alih kekuasaan dari
Belanda, kita tidak tahu bagaiman akhir kisah perekonomian Aceh jika Jepang tidak masuk, namun akibat-akibat apa yang diciptakan Jepang bagi seluruh perekonomian dan strukrtur emosi rakyat Aceh cukuplah jelas. Pada masa pendudukan Jepang terjadi pembantaian kepada para shuhada Aceh dalam suatu peristiwa Cot Pling, Bayu di Aceh Utara. Meletusnya pemeberontakan di Bayu, Aceh Utara di bawah pimpinan Teungku Abdul Jalil, seorang ulama pemimpin dayah (pesantren), pada tanggal 11 Nopember 1942 yang melakukan perlawanan terhadap militer Jepang rupanya telah menjadi ajang pertaruhan di antara uleebalang dengan lawan politiknya di daerah itu. 9. Semangat Aceh dalam mempertahankan kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus
1945 diambut oleh seluruh rakyat Aceh dengan semangat jihad yang meluap-luap. Mereka bertekad akan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan semboyan merdeka atau mati syahid. Mereka berjuang mati-matian demi kemerdekaan bangsa dan negara. 10. Perlawanan Tengku Cik Ditiro Tengku Cik Ditiro dilahirkan pada 1836 dengan nama kecilnya Muhammad Saman. Ia dibesarkan dalam lingkungan agama, kemudian ia menunaikan haji. Pada Mei 1881, Pasukan Cik Ditiro dapat merebut benteng Belanda di Indragiri, kemudian menyerang ke Pulau Breuh dengan harapan pada 1883 Belanda dapat diusir dari Bumi Aceh. Belanda mengalami kesulitan untuk menundukkan Cik Ditiro. Belanda membujuk damai, namun Cik Ditiro menolaknya. Karena Belanda kesulitan membujuk Cik Ditiro, akhirnya Belanda menggunakan cara halus, yaitu dikhianati oleh teman seperjuangannya, seorang wanita, dengan berpura-pura mengantar makanan yang sudah ditaburi racun. Kemudian, beliau sakit dan wafat pada Januari 1891 di Benteng Apeuk Galang Aceh. 11. Perlawanan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien
Teuku Umar, pemimpin
Perang Aceh di bagian barat bersama istrinya Cut Nyak Dien, gugur pada tahun 1899 12. Akhir Perang Aceh
Teuku Umar gugur karena terkena peluru musuh tahun
1899. Pada tahun 1891 Tengku Cik Di Tiro meninggal dan digantikan putranya, yaitu Teuku Mak Amin Di Tiro. Dengan hilangnya pemimpin yang tangguh itu perlawanan rakyat Aceh mulai kendor, Belanda dapat memperkuat kekuasaannya. Jatuhnya Benteng Kuto Reh pada tahun 1904, memaksa Aceh harus menandatangani Plakat pendek atau Perjanjian Singkat (Dokumen Korte Verklaring) yang dikeluarkan oleh Van Heutsz. Perjanjian ini menanda kan bahwa Aceh tunduk kepada Belanda. Berikut ini adalah gambar dari para pahlawan yang turut berperang dalam Aceh Berjihad : TERIMAKASIH