Anda di halaman 1dari 68

Akuntansi

Pajak
Kewajiban Penyampaian SPT

Kewajiban WP

Menyampaikan Melampirkan
SPT laporan
keuangan

forward
Pembukuan

Kewajiban menyampaikan SPT

Kewajiban melampirkan laporan keuangan

Materi Kewajiban menyelenggarakan pembukuan

Pengecualian dari menyelenggarakan pembukuan

Pembukuan harus mencerminkan keadaan sesungguhnya


Pembukuan (lanjutan)

Penggunaan huruf latin, rupiah, dan angka arab

Prinsip taat asas dengan stelsel akrual atau kas

Materi Perubahan metode akuntansi dan tahun buku

Hal-hal yang harus dimasukkan dalam pembukuan

Penggunaan bahasa asing dan mata uang selain rupiah

forward
Saldo Normal

Pajak Penghasilan

Pajak Pertambahan Nilai

Materi Pajak Bumi dan Bangunan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Bea Materai

forward
Penjurnalan Objek Pajak

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

Materi PPh Pasal 23

PPN Masukan

PPN Keluaran
forward
Kewajiban Menyampaikan SPT

Pasal 4 ayat (1) UU KUP

Wajib pajak wajib mengisi dan menyampaikan


SPT dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya.
Kewajiban Menyampaikan SPT

Pasal 4 ayat (4) UU KUP

Wajib Pajak yang wajib menyenggarakan pembukuan


harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa
neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain
yang diperlukan untuk menghitung besarnya
penghasilan kena pajak

back
Pembukuan

Pasal 28 ayat (1) UU KUP

Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan


usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di
Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan
Pembukuan

Pasal 28 ayat (2) UU KUP

Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban


menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tetapi wajib melakukan pencatatan adalah WP
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebasyang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto dan WP orang pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Pembukuan

Pasal 28 ayat (3) UU KUP

Pembukuan dan pencatatan tersebut harus


diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik
dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha
yang sebenarnya.
Pembukuan

Pasal 28 ayat (4) UU KUP

Pembukuan/pencatatan harus diselenggarakan di


Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka
arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam
bahasa indonesia atau dalam bahasa asing yang
diizinkan oleh Menteri Keuangan.
Pembukuan

Pasal 28 ayat (5) UU KUP

Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat


asas (konsistensi) dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas.
Pembukuan

Pasal 28 ayat (6) UU KUP

Perubahan terhadap metode pembukuan/ dan atau


tahun buku, harus mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal Pajak.
Pembukuan

Pasal 28 ayat (7) UU KUP

Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan


mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan
biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga
dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
Pembukuan

Penjelasan Pasal 28 ayat (7) UU KUP


Selain dapat dihitung besarnya PPh, pajak lainnya juga harus
dihitung dari pembukuan tersebut agar PPN & PPnBM dapat
dihitung dengan benar,pembukuan harus mencatat juga jumlah
harga perolehan atau nilai impor, jumlah harga jual atau nilai
ekspor, jumlah harga jual dari barang yang dikenakan
PPnBM, jumlah pembayaran atas pemanfaatan BKP tidak
berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
dan atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean, jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan
dan yang tidak dapat dikreditkan.
Pembukuan

Penjelasan Pasal 28 ayat (7) UU KUP (lanjutan)

Dengan demikian, pembukuan harus diselenggarakan


dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di
Indonesia misalnya berdasarkan standar akuntansi
keuangan, kecuali peraturan perundang undangan
perpajakan menentukan lain
Pembukuan

Pasal 28 ayat (8) UU KUP

Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan


mata uang selain rupiah dapat diselenggarakan oleh
Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
Pembukuan

Pasal 28 ayat (9) UU KUP

Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur
tentang peredaran atau penerimaan bruto dan atau
penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan
yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan
pajak yang bersifat final.
Pembukuan

Pasal 28 ayat (10) UU KUP

dihapus
Pembukuan

Pasal 28 ayat (11) UU KUP

Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar


pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang
dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi
on - line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di
Indonesia, yaitu ditempat kegiatan atau tempat tinggal
WP orang pribadi, atau ditempat kedudukan WP badan.
Pembukuan

Pasal 28 ayat (12) UU KUP

Bentuk dan tatacara pencatatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) diatur atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

back
Saldo Normal

Jenis Pajak Posisi dalam Neraca


PPh Pasal 21 Kredit
PPh Pasal 22 Debet / Kredit
PPh Pasal 23 Debet / Kredit
PPh Pasal 24 Debet
PPh Pasal 25 Debet / Kredit
Fiskal Luar Negeri Debet
Saldo Normal

Jenis Pajak Posisi dalam Neraca

PPh Pengalihan T/B Debet

PPh Pasal 28A Debet

PPh Pasal 29 Kredit


Saldo Normal

Jenis Pajak Posisi dalam Neraca dan R/L

PPN masukan (dapat


Debet Neraca
dikreditkan)

PPN masukan (tidak Debet Neraca atau


dapat dikreditkan) Debet R/L

PPN keluaran Kredit Neraca


Saldo Normal

Jenis Pajak Posisi dalam Neraca dan R/L


Bea Materai Debet R/L
PBB Debet R/L
BPHTB Debet Neraca
PHR/PHI Kredit Neraca
Pajak Reklame Debet R/L
PKB Debet R/L

back
Penjurnalan Objek PPh

1. Pembayaran Objek PPh Pasal 21/26

Akun Debet Kredit


Objek PPh Pasal 21/26 Rp…..
Utang PPh Pasal 21/26 Rp….

Kas/Bank Rp….

Utang PPh Pasal 21/26 Rp…..

Kas/Bank Rp….
Penjurnalan Objek PPh

2. PPh Pasal 22 impor

Akun Debet Kredit


PPh Pasal 22 Rp…..
Pembelian/ aktiva tetap Rp…..

Kas/Bank Rp….
Penjurnalan Objek PPh

3. Pembelian oleh pemungut dari non pemungut

Akun Debet Kredit


Pembelian/aktiva tetap Rp…..
Kas Rp….

Utang PPh Pasal 22 Rp….

Utang PPh Pasal 22 Rp…..

Kas/Bank Rp….
Penjurnalan Objek PPh

4. Pembelian oleh pemungut dari pedagang pengumpul

Akun Debet Kredit


Pembelian Rp…..
Kas Rp….

Utang PPh Pasal 22 Rp….

Utang PPh Pasal 22 Rp…..

Kas/Bank Rp….
Penjurnalan Objek PPh

5. Pembelian dari pemungut oleh non pemungut

Akun Debet Kredit


PPh Pasal 22 Rp…..
Pembelian Rp…..

Kas/Bank Rp….
Penjurnalan Objek PPh

6. Penjualan kepada pemungut oleh non pemungut

Akun Debet Kredit


PPh Pasal 22 Rp…..
Kas Rp…..

Penjualan Rp….
Penjurnalan Objek PPh

7. Penjualan kepada non pemungut oleh pemungut

Akun Debet Kredit


Kas Rp…..
Penjualan Rp…..

Utang PPh Pasal 22 Rp….


Penjurnalan Objek PPh

8. Penerimaan penghasilan Objek PPh Pasal 23

Akun Debet Kredit


Kas Rp…..
PPh Pasal 23 Rp…..
Penghasilan Objek
Rp…..
PPh Pasal 23
Penjurnalan Objek PPh

9. Pembayaran beban Objek PPh Pasal 23

Akun Debet Kredit


Beban Objek PPh Pasal 23 Rp…..
Utang PPh Pasal 23 Rp….

Kas/Bank/Utang Rp….

Utang PPh Pasal 23 Rp…..

Kas/Bank Rp….
Penjurnalan Objek PPN Masukan

1. Pembelian BKP yang PPN-nya dapat dikreditkan


a. BKP yang merupakan persediaan (inventory - periodik)

Akun Debet Kredit


Pembelian Rp…..
PPN masukan Rp….

Kas/Utang Dagang Rp….

(Faktur pajak diterima bersamaan dengan faktur pembelian)


Penjurnalan Objek PPN Masukan

1. Pembelian BKP yang PPN-nya dapat dikreditkan


a. BKP yang merupakan persediaan (inventory - periodik)
Akun Debet Kredit
Pembelian Rp…..
PPN masukan FP belum diterima Rp….

Utang Dagang Rp….

PPN Masukan Rp….

PPN masukan FP dt Rp….

(Faktur pajak diterima tidak bersamaan dengan faktur pembelian)


Penjurnalan Objek PPN Masukan

1. Pembelian BKP yang PPN-nya dapat dikreditkan


a. BKP yang merupakan persediaan (inventory - perpetual)

Akun Debet Kredit


Persediaan Rp…..
PPN masukan Rp….

Kas/Utang Dagang Rp….

(Faktur pajak diterima bersamaan dengan faktur pembelian)


Penjurnalan Objek PPN Masukan

1. Pembelian BKP yang PPN-nya dapat dikreditkan


a. BKP yang merupakan persediaan (inventory - perpetual)

Akun Debet Kredit


Persediaan Rp…..
PPN masukan FP belum diterima Rp….
Utang Dagang Rp….
PPN Masukan Rp….
PPN masukan FP dt Rp….
(Faktur pajak diterima tidak bersamaan dengan faktur pembelian)
Penjurnalan Objek PPN Masukan

1. Pembelian BKP yang PPN-nya dapat dikreditkan


b. BKP yang merupakan barang modal

Akun Debet Kredit


Mesin/Aktiva Tetap Rp…..
PPN masukan Rp….

Kas/Utang Rp….

(Faktur pajak diterima bersamaan dengan faktur pembelian)


Penjurnalan Objek PPN Masukan

1. Pembelian BKP yang PPN-nya dapat dikreditkan


b. BKP yang merupakan barang modal
Akun Debet Kredit
Mesin/Aktiva Tetap Rp…..
PPN masukan FP belum diterima Rp….

Utang Rp….

PPN Masukan Rp….

PPN masukan FP dt Rp….

(Faktur pajak diterima tidak bersamaan dengan faktur pembelian)


Penjurnalan Objek PPN Masukan

2. Pembelian BKP yang PPN-nya tidak dapat dikreditkan (TDD)

a. BKP dengan masa manfaat tidak lebih dari 1 tahun

Akun Debet Kredit


Persediaan/biaya ATK Rp…..
PPN masukan TDD Rp….

Kas/Utang Rp….

(Faktur pajak diterima bersamaan dengan faktur pembelian)


Penjurnalan Objek PPN Masukan

2. Pembelian BKP yang PPN-nya tidak dapat dikreditkan (TDD)


a. BKP dengan masa manfaat tidak lebih dari 1 tahun

Akun Debet Kredit


Persediaan/biaya ATK Rp…..
PPN TDD FP belum diterima Rp….

Kas/Utang Rp….

PPN Masukan TDD Rp….


PPN TDD FP belum diterima Rp….
(Faktur pajak diterima tidak bersamaan dengan faktur pembelian)
Penjurnalan Objek PPN Masukan

2. Pembelian BKP yang PPN-nya tidak dapat dikreditkan (TDD)


b. BKP dengan masa manfaat lebih dari 1 tahun

Akun Debet Kredit


Perlengkapan kantor Rp…..
Kas/Utang Rp….

(PPN masukan langsung menambah cost dari aktiva)


Penjurnalan Objek PPN Masukan

3. Retur Pembelian

Akun Debet Kredit


Utang Rp…..
Retur pembelian/persediaan Rp….

PPN masukan Rp….


Penjurnalan Objek PPN Masukan

4. Barang konsinyasi (consignment-in)

a. Pada saat diterima barang titipan

Akun Debet Kredit


PPN Masukan Rp…..
Utang lain-lain Rp…..

(pada saat faktur pajak diterima)


Penjurnalan Objek PPN Masukan

4. Barang konsinyasi
b. Pada saat barang dijual

Akun Debet Kredit


Piutang dagang Rp…..
Utang dagang Rp….
PPN keluaran Rp….

Pembelian Rp….
Utang lain-lain Rp….
Utang dagang Rp….
Penjurnalan Objek PPN Masukan

5. Jasa Kena Pajak (JKP)

Akun Debet Kredit


Biaya Jasa Rp…..
PPN masukan Rp….
Kas Rp….
atau:
Biaya Jasa Rp….
PPN masukan TDD Rp….
Kas Rp….
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

1. Penjualan Barang Kena Pajak (BKP) - periodik

Akun Debet Kredit


Kas Rp…..
Penjualan Rp….
PPN Keluaran Rp….
(faktur pajak diterbitkan bersamaan dengan faktur penjualan)
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

1. Penjualan Barang Kena Pajak (BKP) - periodik

Akun Debet Kredit


Piutang dagang Rp…..
Penjualan Rp….
PPN Keluaran FP belum diterbitkan Rp….

PPN Keluaran FP belum diterbitkan Rp…..


PPN Keluaran Rp….
(faktur pajak diterbitkan tidak bersamaan dengan faktur penjualan)
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

1. Penjualan Barang Kena Pajak (BKP) - perpetual

Akun Debet Kredit


Kas Rp…..
Penjualan Rp….
PPN Keluaran Rp….
HPP Rp…..
Persediaan Barang Dagangan Rp….
(faktur pajak diterbitkan bersamaan dengan faktur penjualan)
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

1. Penjualan Barang Kena Pajak (BKP) - perpetual


Akun Debet Kredit
Piutang dagang Rp…..
Penjualan Rp….
PPN Keluaran FP belum diterbitkan Rp….
HPP Rp…..
Persediaan Barang Dagangan Rp….

PPN Keluaran FP belum diterbitkan Rp…..


PPN Keluaran Rp…..
(faktur pajak diterbitkan tidak bersamaan dengan faktur penjualan)
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

2. Retur Penjualan - periodik

Akun Debet Kredit


Retur Penjualan Rp…..
PPN Keluaran Rp….
Piutang Rp….
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

2. Retur Penjualan - perpetual

Akun Debet Kredit


Retur Penjualan Rp…..
PPN Keluaran Rp…..
Piutang Rp…..
Persediaan Rp…..
HPP Rp…..
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

3. Penjualan dengan Uang Muka

Akun Debet Kredit


Kas Rp….
Uang muka langganan Rp…..
PPN Keluaran Rp…..
(pada saat uang muka diterima)
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

3. Penjualan dengan Uang Muka

Akun Debet Kredit


Kas Rp….
Uang muka langganan Rp…..
Penjualan Rp…..
(pada saat pelunasan)
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

4. Penjualan secara angsuran

Akun Debet Kredit


Piutang penjualan secara angsuran Rp….
Penjualan secara angsuran Rp…..
PPN Keluaran Rp…..
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

5. Konsinyasi (Consignment-out)

a. transaksi dicatat secara terpisah - perpetual

Akun Debet Kredit


Barang konsinyasi Rp….
PPN Keluaran Rp…..
Persediaan Barang Rp…..
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

5. Konsinyasi (Consignment-out)

a. transaksi dicatat secara terpisah - periodik

Akun Debet Kredit


Barang konsinyasi Rp….
PPN Keluaran Rp…..
Pengiriman barang konsinyasi Rp…..
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

5. Konsinyasi (Consignment-out)

b. transaksi tidak dicatat secara terpisah - perpetual

Akun Debet Kredit


Barang konsinyasi Rp….
PPN Keluaran Rp…..
Persediaan Barang Rp…..
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

5. Konsinyasi (Consignment-out)

b. transaksi tidak dicatat secara terpisah - periodik

Akun Debet Kredit


Barang konsinyasi Rp….
PPN Keluaran Rp…..
Pengiriman Barang Persediaan Rp…..
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

6. Penjualan BKP yang diserahkan kepada Pemungut

a. Penjualan tunai

Akun Debet Kredit


Kas Rp….
PPN Keluaran kepada Pemungut Rp….
Penjualan Rp….
PPN Keluaran kepada Pemungut Rp….
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

6. Penjualan BKP yang diserahkan kepada Pemungut

b. Penjualan kredit

Akun Debet Kredit


Piutang dagang Rp….
Penjualan Rp….
PPN Keluaran kepada Pemungut Rp….

Kas Rp….
PPN Keluaran kepada Pemungut Rp….
Piutang Dagang Rp….
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

7. Penjualan BKP kepada Pemungut dengan mata uang asing

Akun Debet Kredit


Piutang dagang Rp….
Penjualan Rp….
PPN Keluaran kepada Pemungut Rp….

Kas Rp….
Piutang Dagang Rp….
PPN Keluaran kurang dipungut Rp….
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

8. Pembelian BKP oleh Pemungut PPN

Akun Debet Kredit


Pembelian Rp….
PPN Masukan Rp….
Utang Dagang Rp….

Utang Dagang Rp….


Kas Rp….
(pembelian secara kredit)
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

8. Pembelian BKP oleh Pemungut PPN


Saat perhitungan, pembayaran, dan pembuatan laporan

Akun Debet Kredit


PPN Keluaran Rp….
PPN Masukan
PPN yang masih harus dibayar

PPN yang masih harus dibayar Rp….


Kas/Bank Rp….
(PK lebih besar dari PM)
Penjurnalan Objek PPN Keluaran

8. Pembelian BKP oleh Pemungut PPN


Saat perhitungan, pembayaran, dan pembuatan laporan

Akun Debet Kredit


PPN Keluaran Rp….
PPN lebih bayar
PPN Masukan

Kas/Bank Rp….
PPN lebih bayar Rp….
(PK lebih kecil dari PM - restitusi)

back
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai