(CASE : ASSESSMENT ON PRACTICE OF OECD PRINCIPLE 3 “PT. BUMI RESOURCES TBK)
Kelompok : 1. Dwi Mardaniati 2. Nia Azura Sari 3. Ria Eka Yuliana 4. Wadri Wahyu OECD Prinsip 6 : Tanggung jawab dewan
Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memastikan
strategi bimbingan perusahaan, pemantauan manajemen yang efektif oleh dewan, dan akuntabilitas dewan kepada perusahaan dan para pemegang saham.
Dewan terutama bertanggung jawab untuk memantau kinerja
manajerial dan mencapai pengembalian yang memadai untuk pemegang saham, sambil mencegah konflik kepentingan dan menyeimbangkan persaingan tuntutan terhadap korporasi. Agar efektif dan memenuhi tanggung jawab mereka harus dapat melakukan obyektif dan independen pertimbangan. Tanggung jawab penting lainnya dewan adalah untuk mengawasi risiko sistem manajemen dan sistem yang dirancang untuk memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum yang berlaku, termasuk pajak, persaingan, tenaga kerja, lingkungan, persamaan kesempatan, hukum kesehatan dan keselamatan. MENURUT KNKG
Berdasarkan KNKG tentang dewan komisaris dan direksi
dijelaskan bahwa Kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia menganut sistem dua badan (two board system) yaitu Dewan Komisaris dan Direksi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan (fiduciary responsibility). Dalam struktur dua dewan yang dianut Indonesia, dewan yang relevan dalam melaksanakan fungsi pengawasan adalah Dewan Komisaris. DEWAN KOMISARIS
Tanggung Jawab Dewan komisaris yang paling utama adalah
memonitor kinerja manajemen perusahaan dan berusaha mencapai tingkat imbal balik (return) yang memadai bagi pemegang saham. Selain itu dewan komisaris juga harus mencegah timbulnya benturan kepentingan dan menyeimbangkan berbagai kepentingan di perusahaan. Agar dewan mampu melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif, maka dewan harus mampu melakukan penilaian yang obyektif dan independen Agar pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut: 1. Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen. 2. Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik termasuk memastikan bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan. 3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris mencakup tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara. Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan Komisaris
1. Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan dengan
kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan. 2. Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi yang dikenal sebagai Komisaris Independen dan Komisaris yang terafiliasi. 3. Jumlah Komisaris Independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundangundangan 4. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS melalui proses yang transparan 5. Pemberhentian anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS berdasarkan alasan yang wajar dan setelah kepada anggota Dewan Komisaris diberi kesempatan untuk membela diri. Fungsi Pengawasan Dewan Komisaris
1. Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan
operasional. 2. Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. 3. Dalam hal terjadi kekosongan dalam Direksi atau dalam keadaan tertentu sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar, untuk sementara Dewan Komisaris dapat melaksanakan fungsi Direksi. 4. Dalam rangka melaksanakan fungsinya, anggota Dewan Komisaris baik secara bersama-sama dan atau sendiri-sendiri berhak mempunyai akses dan memperoleh informasi tentang perusahaan secara tepat waktu dan lengkap. 5. Dewan Komisaris harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter) sehingga pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat digunakan sebagai salah satu alat penilaian kinerja. 6. Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi, dalam rangka memperoleh pembebasan dan pelunasan tanggung jawab (acquit et decharge) dari RUPS. 7. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk komite. Permasalahan Pada PT. Bumi Resources, tbk
PT. Bumi Resources, tbk disebut-sebut sebagai salah satu perusahaan
yang gagal menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik , BUMI dinilai telah lemah dalam menerapkan prinsip GCG. Hal tersebut dipicu dari beberapa permasalahan yang muncul pada BUMI, diantaranya:
Pertama, BUMI memiliki utang Kedua, beberapa waktu
yang cukup besar sehingga lalu, BUMI dituding banyak pihak yang pesimistis melakukan penyelewengan akan kemampuan perusahaan dana oleh Bumi Plc batubara ini dalam menyelesaikan kewajibannya. Total pinjaman BUMI per Juni 2012 adalah US$ 3.789,63 juta. Ketiga, setelah dituding melakukan Kelima, pada 16 Januari 2009, penyelewengan dana oleh Bumi Plc, saham BUMI anjlok ke level Rp outlook peringkat utang BUMI 385 dari harga tertingginya pada diturunkan oleh sejumlah perusahaan Juni 2008 sebesar Rp 8.750. pemeringkat internasional.
Keempat, kontroversi akuisisi tiga Keenam, kasus penggelapan pajak
perusahaan tambang oleh PT. Bumi 3 perusahaan Bakrie pada tahun Resources, tbk pada tahun 2009. 2010 yang menyebabkan kerugian Dimana, BUMI telah membeli tiga negara dan berujung pada langkah perusahaan tambang, yakni PT. Direktorat Jenderal (Ditjen) pajak Dharma Henwa, tbk (DEWA), PT. untuk membawa perkara tersebut Fajar Bumi Sakti, serta PT. Pendopo ke ranah pidana, dimana salah satu Energi Batubara senilai total Rp 6,2 dari 3 perusahaan Bakrie yang triliun. terlibat tersebut adalah BUMI. Ketujuh, kasus sengketa bisnis antara Rubis Internasional Limited (Rubis) dengan Grup Bumi Resources (BUMI). Pada tahun 2017 BUMI menambah 5 komisaris dan 3 direktur baru, hal tersebut berkaitan dengan restrukturisassi utang BUMI. Dari direktur baru BUMI itu 2 berasal dari kreditur China Investment Corporation (CIC) dan 1 dari China Development Bank (CDB). Sementara untuk dewan komisaris bertambah 5 orang, 2 orang berasal dari dalam negeri yakni Kanaka Puradiredja dan Y.A Didik Cahyanto., 3 lainnya merupakan Warga Negara Asing (WNA) dimana 2 diantaranya berasal dari Kredit CIC yakni Jinping Ma dan Benjamin Bao, sementara 1 dari bond holder yakni Thomas M. Kearny. Berikut disajikan susun dewan komisaris BUMI yang baru: Berdasarkan prinsip 6 OECD tentang tanggung jawab dewan disebutkan bahwa kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memastikan strategi bimbingan perusahaan, pemantauan manajemen yang efektif oleh dewan, dan akuntabilitas dewan kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip 6 OECD, KNKG tentang dewan komisaris menyatakan dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Dari beberapa kasus PT. Bumi Resources, Tbk yang telah disebutkan sebelumnya, terlihat bahwa lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris terhadap direksi / manajamen. Dewan komisaris, tidak dapat menjalankan fungsi pengawasan nya dengan baik. Hal ini terlihat dari beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh manajemen, seperti adanya sengketa bisnis oleh Rubis Internasional Limited (Rubis); kontroversi akuisisi 3 perusahaan tambang oleh PT. Bumi Resources, Tbk yang menimbulkan kecurigaan Bapepam-LK tentang adanya pelanggaran aturan pasar modal dan dugaan adanya benturan kepentingan dalam transaksi tersebut, serta munculnya protes dari para investor minoritas tentang keputusan akuisisi tersebut; Beberapa kasus tersebut menggambarkan bahwa telah terjadi pelanggaran etika bisnis oleh manajemen, salah satu contohnya kasus penggelapan pajak yang menyebabkan kerugian cukup besar bagi negara dan berujung pada tuntutan pidana dari Dirjen Pajak, hal ini tentu saja menjadi tanda bahwa lemahnya penetapan dan pengawasan standar etika oleh dewan komisaris BUMI. Sesuai dengan OECD prinsip 6 dikatakan bahwa dewan harus menerapkan standar etika yang tinggi, dengan mempertimbangkan kepentingan pemangku kepentingan. Dalam prinsip ini juga disebutkan bahwa dewan diizinkan untuk melakukan pengawasan terkait manajemen strategi keuangan dan perencanaan pajak, sehingga dapat mengecilkan praktik, misalnya mengejar penghindaran pajak agresif, yang tidak berkontribusi pada kepentingan jangka panjang perusahaan dan pemegang sahamnya, dan dapat menyebabkan risiko hukum dan reputasi. Permasalah-permasalahan yang terjadi di BUMI juga mengindikasikan bahwa lemahnya penegakan dan pengawasan tata kelola perusahaan yang berakibat pada hilangnya kepercayaan para investor. Dikutip dari tribunnews.com (2014) Presiden dan pendiri PT. Astronacci Internasional, Gema Merdeka Moeryadi, mencontohkan hilangnya kepercayaan investor terlihat dari aksi korporasi yang dilakukan BUMI. Dimana, perseroan melakukan penerbitan saham baru tetapi tidak ada yang membeli saham tersebut. Mengingat beberapa permasalahan yang terjadi pada BUMI tersebut, kami menyimpulkan bahwa BUMI belum mampu menjalankan prinsip CG dengan baik khususnya pada prinsip transparansi dan akuntabilitas, sehingga menimbulkan beberapa permasalahan dengan pemegang saham dan negara.