Anda di halaman 1dari 16

SKIZOFRENIA PARANOID

Maria Aprilla Weking


11.2019.018
BAB I
PENDAHULUAN
 Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai suatu gangguan psikotik,
banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan.
 Benedict Morel (1809-1926)
dẻmence prẻcoce untuk pasien dengan penyakit yang dimulai pada masa remaja
yang mengalami perburukan.
 Emil Kreaplin (1856-1926)
demensia prekoks yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif (demensia)
dan awitan dini (prekoks) yang nyata
 Eugen Bleuler (1857-1939)
skizofrenia sebagai pengganti demensia prekoks
DEFINISI & SEJARAH

 Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizen” yang berarti “terpisah” atau
“pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau
ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Skizofrenia merupakan suatu
sindrom psikotik kronis yang ditandai oleh gangguan pikiran dan persepsi, afek
tumpul, anhedonia, deteriorasi, serta dapat ditemukan uji kognitif yang buruk
EPIDEMIOLOGI & ETIOLOGI

 DSM IV 0,5 – 5,0 /10.000/tahun


 <25 tahun
 Semua kelas social
 Laki-laki memiliki onset lebih awal (15-25) dibanding wanita (25-35)
 Risiko morbiditas 0,85%
 Akhir remaja/awal dewasa
ETIOLOGI :
 Prognosis Wanita lebih baik dibandingkan pria - Faktor
Neurobiologis
- Faktor Psikososial
MANIFESTASI KLINIS (ICD-10)

 Waham Kejar
 Waham Rujukan
 Waham merasa dirinya tinggi/istimewa
 Waham perubahan Tubuh
 Waham Cemburu
 Suara halusinasi yg bersifat memerintah
 Halusinasi non verbal, tertawa,bersiul, bergumam
 Halusinasi lain : penciuman, pengecapan, penglihatan
 Somatic seksual, somatic lainnya
PATOFISIOLOGI

- Ketidakseimbangan pada
neurotransmitter :
- A. peningkatan dopamine
- B. penurunan serotonin,
norepinefrin, GABA
C. peningkatan dopaminergik
KRITERIA DIAGNOSIS (DSM IV/ICD-10)

 Berlangsung paling sedikit enam bulan


 Penurunan fungsi yang cukup bermakna, yaitu dalam bidang pekerjaan,
hubungan interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi
 Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama periode tersebut
 Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan mood
mayor, autisme, atau gangguan organik.
MENURUT PPDGJ-III

 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


 Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/tidak menonjol
DIAGNOSIS BANDING

Gangguan skizofreniform
- Gejala sama Gangguan skizoafektif :
- Sekurang-kurang nya 1 - Ada sindrom manik
bulan - Sindrom depresif
- Kurang dari 6 bulan - (bersamaan terjadi
- Ketika gangguan hilang, dengan gejala
fungsi normal kembali skizofrenia )
- Ada gangguan Mood
PENATALAKSANAAN

 PENATALAKSANAAN NON-FARMAKOLOGIS
 Rawat Inap / Hospitalisasi :
 Tujuan diagnostik
 Stabilisasi pengobatan
 Keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri atau pembunuhan, maupun
mengancam lingkungan sekitar
 Untuk perilaku yang sangat kacau atau tidak pada tempatnya, termasuk,
ketidakmampuan mengurus kebutuhan dasar, seperti pangan, sandang dan papan
 Tidak adanya dukungan dan motivasi sembuh dari keluarga maupun lingkungan
 Timbulnya efek samping obat yang membahayakan jiwa
 Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioural therapy, CBT)
PENATALAKSANAAN (2)

 PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS
 Pemberian obat-obat anti-psikosis
 Obat anti-psikosis tidak bersifat menyembuhkan, namun bersifat pengobatan
simtomatik.
 Sifat obat antipsikotik konvensional adalah kemampuan mereka untuk memblokir
reseptor dopamin D2 khususnya di jalur dopamin mesolimbik. Sehingga akan
mengurangi hiperaktivitas pada jalur dopamin mesolimbik dan mengurangi gejala
positif.
PENATALAKSANAAN (3)

 Dopamine Receptor Antagonist (DRA) atau anti-psikosis generasi I (APG-I)


 mempunyai afinitas tinggi dalam mem-blokade atau menghambat pengikatan dopamin pada reseptor
pascasinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2
receptor antagonist)
 maka obat ini lebih efektif untuk gejala positif, contohnya gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikir
yang tidak wajar (waham), gangguan persepsi (halusinasi) dibandingkan untuk terapi gejala negative

 CONTOH :
 Chlorpromazine tab. 25-100 mg
 Cepezet tab. 100 mg
 Haloperidol tab 0,5-1,5 mg
 Dores tab 1,5 mg
 Stelazine tab 1-5 mg
PENATALAKSAAN (4)

 Serotonin-dopamine Antagonist (SDA) atau anti-psikosis generasi II (APG-II)

 berafinitas terhadap “Dopamine D2 Receptors” (sama seperti APG-I) dan juga berafinitas
terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine antagonist), sehingga efektif
terhadap gejala positif (waham, halusinasi, inkoherensi) maupun gejala negatif (afek
tumpul, proses pikir lambat, apatis, menarik diri).
 Contoh :
- Zyprexa tab 5-10 mg
- Risperidone tab 1,2,3 mg
- Lodopine tab 25-50 mg
- Risperidal tab 1,2,3 mg
PROGNOSIS

 1/3 dari mereka akan sembuh sama sekali


 1/3 lainnya bias kembali bermasyarakat namun sering control
 90% dengan episode psikotik pertama sehat dalam 1 tahun
 80% dengan eps berikutnya dalam 5 tahun
 10% meninggal karena bunuh diri
Prognosis Baik Prognosis Buruk

Onset lambat, akut Onset muda

Factor pencetus yang jelas Tidak ada factor pencetus

Riwayat social, seksual dan pekerjaan premorbid yang baik Riwayat social, seksual dan pekerjaan premorbid yang buruk

Menikah dan telah berkeluarga Tidak menikah, bercerai,janda atau duda

System pendukung yang baik System pendukung yang buruk

Gejala positif Gejala negative

Jenis kelamin perempuan Tanda dan Gejala neurologis

Riwayat trauma perinatal Tidak ada remisi selama tiga tahun


KESIMPULAN

 Penatalaksanaan pada pasien skizofrenia paranoid harus dilakukan sesegera


mungkin setelah didiagnosis, sebagaimana terbukti bahwa waktu yang panjang
antara onset gejala dan penatalaksanaan yang efektif, dapat berdampak lebih
buruk (kemunduran mental). Pasien skizofrenia mungkin tidak sembuh sempurna,
tetapi dengan pengobatan dan bimbingan yang baik, penderita dapat ditolong
untuk dapat berfungsi terus, bekerja sederhana di rumah atau pun di luar rumah.
Terapi yang diberikan dapat dengan non-formakologi (rawat inap dan terapi
psikososial) melalui keluarga dan lingkungannya dan farmakologi dengan
pemberian obat anti-psikosis tipikal (APG-I) atau anti-psikosis atipikal (APG-II)
berdasarkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat).

Anda mungkin juga menyukai