STRES TRAUMA
Tidak didahului peristiwa Didahului peristiwa traumatis
traumatis
Bertahap, Menumpuk, sedikit Mendadak
demi sedikit
Dampak hilang ketika stressor Umumnya berdampak jangka
hilang panjang
Reaksi stres bisa berbeda untuk Pengaruh trauma umumnya
setiap seseorang sama untuk setiap orang, yaitu
menakutkan
Berbagai jenis peristiwa traumatik
Peristiwa yang berlangsung lebih singkat Peristiwa yang berlangsung lebih lama
dan bisa berulang
• Bencana alam • Peyanderaan
• Kecelakaan • Penyiksaan berulang
• Tindak kekerasan kriminal, • Menjadi tawanan
misal: perampokan • Kekerasan seksual dan fisik
yang berulang, misal: child
abuse, KDRT
Reaksi Trauma pada Anak
0-5 tahun 6-11/12 tahun
• Takut terpisah dari orangtua • Cemas berlebihan, mati rasa.
• Berteriak • Tidak mau sekolah
• Gemetar • Berkelahi, mengganggu teman & lingkungan sekitar
• Mimpi buruk & ketakutan • Terlalu banyak/susah tidur, mimpi buruk
• Bergerak tanpa tujuan & tidak • Perilaku regresi muncul
bergerak sama sekali • Tidak mampu memperhatikan/konsentrasi
• Perilaku regresi/mundur (kembali ke • Ketakutan berlebihan terhadap hal yang sebetulnya
tahap perkembangan sebelumnya) tidak menakutkan
• Mengekspresikan bagian dari • Secara berlebihan menarik diri & tidak mau bergaul
traumanya ke dalam dengan orang lain
kegiatan/permaianan secara berulang • Mudah tersinggung, mudah menangis
Reaksi Trauma pada Remaja
• Mimpi buruk
• Mati rasa
• Seringkali ingatan tentang pengalaman traumatis muncul (flashback)
• Menghindari hal-hal yang bisa mengingatkan terhadap pengalaman traumatis
• Timbul gejala depresi (mudah tersinggung, menarik diri, konsentrasi↓,
kehilangan minat/hobi, sedih berkepanjangan)
• Memiliki pemikiran untuk balas dendam
• Memberontak pada sosok orang dewasa
• Merasa bersalah karena menganggap dirinya menyebabkan hilangnya anggota
keluarga
• Terlibat dlm perilaku berbahaya, mis: perkelahian, mabuk, memakai narkoba
Prinsip pemulihan
• Pemulihan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk
mengembalikan individu, keluarga, kelompok dan atau
masyarakat, agar setelah peristiwa traumatis yang terjadi,
dapat secara kolektif menjadi kuat, berfungsi optimal dan
memiliki ketangguhan menghadapi masalah, sehingga
menjadi masyarakat yang produktif dan berdaya.
• Mencakup aspek fisik, sosial, psikologis
TUJUAN PEMULIHAN
Komponen reaksi Komponen reaksi
Tujuan Pemulihan Tujuan Pemulihan
trauma trauma
Untuk memperoleh
Kecemasan Asumsi yg hancur ttg
rasa aman dan Untuk memperoleh
Perasaan Tak Berdaya kemanusiaan
memperkuat kendali & rasa bermakna dan
Perasaan Hilang Rasa percaya
mengurangi efek-efek tujuan dalam hidup
Kendali Penghargaan thdp diri
yang melemahkan dr
sendiri yg telah hilang
rasa takut & cemas
• Perkenalan
• Berikan kebutuhan segera
• Dengar, dengar, dengar
• Terima luapan perasaan
• Bantu dengan langkah selanjutnya
• Rujuk dan tindak lanjuti
Perkenalan
• Tahap yang sangat penting dalam pendampingan. Di sini kesan
pertama terbentuk.
• Pendamping perlu membentuk dan menanamkan rasa aman dan
percaya pada anak.
• Anak dapat lebih terbuka pada orang yang sudah ia kenal dan ia
percaya.
• Jadilah teladan bagi anak dalam bersikap dan bertingkah laku.
Ketika pendamping ingin anak berperilaku tertentu, pendamping
harus melakukannya juga. Begitupula untuk perilaku yang tidak
diharapkan. Pendamping harus tidak melakukannya juga.
Memberikan kebutuhan segera
• Bawa penyintas ke tempat yang aman (terlindung)
• Tanyakan jika mereka membutuhkan sesuatu untuk mereka
atau anak mereka
• Jika diperlukan, berikan pertolongan pada lukas fisik yang
dialami
• Bantu penyintas menghubungi saudara/ kerabat/ orang yang
sangat dipercaya olehnya
• Jika mereka lelah, sediakan tempat dimana mereka dapat
beristirahat
• Jalan-jalan atau bermain sebentar dengan mereka untuk
mengurangi beban mereka (jika dibutuhkan)
Dengar, dengar, dengar
• Praktikkan mendengar aktif
• Konsentrasi penuh pada apa yang dibicarakan oleh anak.
• Jangan menyela pembicaraan atau mencoba
meyakinkan mereka bahwa semua akan baik-baik saja.
• Lakukan kontak mata
• Berikan sentuhan pada tangan atau bahu korban, jika
diperlukan.
• Dengarkan mereka sejenak ketika sedang
menggambarkan apa yang terjadi. Menceritakan
permasalahan mereka dapat membuat anak mengerti
dan kemudian menerima kejadian tersebut.
Menerima semua perasaan yang
mereka tumpahkan
• Berikan respon yang wajar terhadap perasaan
yang diungkapkan penyintas termasuk perasaan
bahagia, senang, gelisah, dukacita, rasa bersalah,
dan kemarahan.
• Pendamping harus tetap tenang, tarik nafas, dan
biarkan anak merasa bahwa tidak apa untuk
merasa seperti itu
• Biarkan anak meluapkan reaksi yang wajar atas
peritiwa yang tidak wajar yang mereka alami
Bantu dengan langkah selanjutnya
• Tanyakan pada anak apa yang menjadi mengganggu pikiran dan
perasan mereka
• Tanyakan pada anak kesediaan mereka untuk membicarakan hal
tersebut dengan anda
• Jika anak sudah lebih siap tanyakan apa rencana yang akan
mereka lakukan bagi diri mereka
• Bantu anak melihat sisi positif dan negatif (keuntungan atau
kerugian) dari tiap jalan keluar masalah yang akan mereka lakukan
• Berikan informasi yang faktual mengenai dimana dan bagaimana
mereka dapat mencari bantuan untuk masalah mereka
Rujuk dan Tindaklanjuti
•Hubungkan mereka dengan sumber-sumber dukungan di
lingkungannya (misal: keluarga, saudara, sahabat, toga/tomas
dll)
•Bila tidak tahu informasi yang dibutuhkan penyintas, rujuklah
pada pihak lain yang dianggap lebih tahu
•Rujuk mereka yang tidak bereaksi terhadap intervensi singkat
(misal konselor, psikolog, psikiater)
•Tetap menindaklanjuti dan memantau perkembangan kondisi
penyintas (dan keluarga)
DPA – Komunikasi Empatik
Melakukan komunikasi empatik dengan anak dalam pemberian DPA
Mendengarkan subjek dampingan dan bantu
mereka merasa tenang
• Tetap dekat dengan orang tersebut, namun perhatikan jarak
yang nyaman bagi subjek.
• Tidak menekan atau mendorong anak untuk bicara.
• Dengarkan saat mereka mau membicarakan mengenai apa
yang terjadi.
• Jika mereka sangat tertekan, bantu mereka untuk merasa
tenang dan pastikan mereka tidak sendirian
Membantu Anak untuk Tenang
• Menjaga suara Anda untuk tetap tenang dan lembut.
• Jika secara budaya itu sesuai, coba untuk mempertahankan
kontak mata dengan orang yang diajak bicara.
• Ingatkan orang tersebut bahwa Anda ada untuk membantu
mereka. Ingatkan pada mereka bahwa mereka aman, jika itu
benar.
Cara praktis yang dapat dilakukan untuk membantu
orang lain menjadi tenang..
• Cara ini dilakukan ketika individu yang kita hadapi sedang berada
dalam emosi negatif yang mendalam, seperti sangat marah,
sangat sedih, sangat cemas, sangat takut, dll
• Prinsipnya: secara bertahap kita membantu individu untuk
menurunkan detak jantung per menit nya dengan cara menarik
dan menghembuskan nafas secara perlahan berdasarkan
hitungan tertentu.
• Langkah-langkah:
Satu = Tarik nafas (2 hitungan 1, 2)
Tahan (1 hitungan)
Dua = hembuskan secara perlahan (4 hitungan 1, 2, 3, 4)
Cara praktis yang dapat dilakukan untuk membantu
anak menjadi tenang..(2)
(refleksi perasaan)
Pencerita: “Ayah saya memang sering begitu.
Hanya mau dipahami tetapi tidak mau
memahami. Saya mau melakukan ini sebagai
anak, tetapi ia melarangnya. Ketika saya tanya, ia
hanya menjawab: POKOKNYA TIDAK!!”
Pendengar: “Kamu kecewa ya dengan ayah
Anda.”
Pencerita: “Iya, saya sangat kecewa. Apakah ia
bisa berubah, ya?”
Pendengar: ___________________
Pendengar: “Iya, saya sangat kecewa. Apakah ia
bisa berubah, ya?”
Pencerita: “Anda kecewa karena Anda tidak
dipahami oleh ayah Anda ya...”
Pendengar: “Iya. Saya sungguh-sungguh tidak
tahu apa maunya ayah saya.”
(refleksi makna)
Latihan: Bagaimana respons Anda?
• “Tuhan itu ga ada kak.. Kalau Tuhan ada, Dia gak akan biarkan
aku dipukuli setiap hari. Setiap hari aku juga lihat bapak pukuli
ibu dan adikku. Aku hanya bisa bersembunyi di kamar
memohon keajaiban, tapi hal itu tidak pernah terjadi. Aku
tidak berani keluar kamar, nanti aku juga kena hajar.” (Ali, 10
tahun)
• “Saya sebetulnya mau bercerita kak, tetapi saya diberitahu
tidak boleh cerita pada siapapun. Namun bagi saya, ini
masalah besar. Aku pun tidak mau kalau ibuku sampai tahu.
Dia sedang sakit parah. Aku mau pecahkan sendiri
masalahnya, tetapi tidak tahu mulai dari mana…” (Dewi, 13
tahun)
• “sejak bencana papa berubah. Papa sekarang suka minum-
minum. Kalau engga ada uang untuk beli minuman pasti papa
marah. Aku, adik, dan mama biasanya jadi sasaran kemarahan
papa. Aku pernah dipukul, ditendang. Padahal dulu papa
engga pernah begitu sama aku, adik, dan mama.” (Reyhan, 9
tahun)
Respons Empatik
• Respons empatik menunjukkan pemahaman kita atas
masalah dan posisi pencerita; bukan dengan kacamata kita
sebagai pendengar.
• Respons empatik bertujuan membuat penyintas merasa
diterima, dipercaya, dibantu, dan berdaya.
• Beri dukungan dan informasi, bukan menasehati apalagi
menghakimi.
menghambat proses
pendampingan
Apakah garis
diagonal
tersebut sejajar?
Latihan: Apakah respons berikut empatik atau bias?
Adik sabar saja dulu. Tidak usah dipikirkan terus. Insyaallah ada jalannya…
Banyak anak menjadi korban kekerasan juga mengalami kebingungan seperti kamu.
Jadi tidak apa-apa ya kalau kamu merasa bingung…
Menurut kamu apa kesalahan kamu sehingga kamu dipukuli oleh ibumu?
Kamu tampaknya masih panik ya. Mau saya ambilkan air minum?
Beberapa hal kunci dalam pendampingan
individual (dukungan psikologis awal)
Karakteristik Perlu
anak dilakukan
• Lebih • Penting
mudah
berbicara
membina
pada orang kedekatan
yang sudah dan bangun
dikenal rasa
dan percaya
dipercaya.
Karakteristik Perlu dilakukan
anak • Gunakan
• Memiliki bahasa dan
keterbatasan penjelasan
berpikir. yang sangat
konkret.
Karakteristik Perlu
anak dilakukan
• Terkadang
memiliki • Penting untuk
bahasa mengkonfirmasi
sendiri, arti dari kata
atau
memberi yang digunakan
arti yang anak.
berbeda
pada kata-
kata yang
umum.
Karakteristik Komunikasi pada Anak
Karakteristik Perlu
anak dilakukan
• Cenderung mudah
dipengaruhi, • Sebaiknya
“mengiyakan” gunakan
atau mengucapkan
sesuatu yang pertanyaan
menurut mereka terbuka.
diharapkan untuk
didengar oleh
orang dewasa.
Karakteristik Komunikasi pada Anak
• Lebih mudah
• Perhatikan bahasa
mengemukakan
non verbal (gerak
pengalaman,
tubuh, ekspresi
perasaan, atau
wajah, nada suara) &
pikirannya dalam
gunakan sarana lain
bahasa non-verbal
(permainan, gambar,
atau melalui sarana
dll)
lain
LATIHAN: KASUS ANAK – UNTUK KEL 1 – 4
• Bacalah kasus yang diberikan.
• Jawablah beberapa pertanyaan berikut:
1) Masalah apa yang terjadi?
2) Apa yang menyebabkan masalah itu terjadi?
3) Apa yang sebaiknya dilakukan pendamping terhadap
penyintas? Perlukah merujuk? – jawablah secara singkat
dan jelas
LATIHAN: ROLEPLAY
• Berdasarkan skenario yang Anda dapatkan, peragakan cara
Anda menghadapi subjek/orang yang datang kepada Anda
sebagai aktivis perlindungan anak.
• Tunjukkanlah bagaimana pendamping dapat berempati,
memberikan dukungan psikologis awal, dan melakukan
mendengar aktif.
• Durasi tampil maksimal 7 menit. (tampilkan bagian yang
relevan saja)
Merujuk: kapan harus merujuk?
Sebaiknya rujuk anak bila ia:
• Menangis tak terkendali dan sering terjadi, terkadang disertai reaksi
ekstrim terhadap kejadian yang hanya menimbulkan stres ringan.
• Masalah atau gangguan tidur (terlalu sedikit atau banyak)
• Depresi, kecemasan, kemarahan
• Sakit fisik yang berhubungan dengan stres: sakit kepala, sakit perut
• Tidak mampu melupakan kejadian traumatis, atau terpaku pada
pemikiran tertentu secara berlebihan
• Menunjukkan ketergantungan atau kelekatan berlebihan pada orang
tertentu
• Mimpi-mimpi buruk
• Pemikiran atau rencana bunuh diri
• Sangat mudah terkejut
Beberapa kondisi yang menunjukkan anak perlu
segera dirujuk:
• Ketakutan atau ancaman untuk membahayakan diri sendiri atau orang lain
• Menarik diri sama sekali dari lingkungan, tidak menunjukkan respons
emosional.
• Rasa putus asa yang menghancurkan diri sendiri
• Resah yang sangat nyata terlihat
• Sering menceritakan berulang-ulang kejadian traumatis
• Aktivitas tidak terkendali
• Tidak mampu mengurus kebersihan diri (sesuai usianya)
• Cepat tersinggung, marah, atau sedih terlihat nyata
• Halusinasi pendengaran (mendengar suara yang tidak didengar orang lain)
• Memiliki pemikiran/keyakinan yang aneh atau tidak masuk akal.
Informasi yang dibutuhkan sebelum merujuk
• Layanan kesehatan fisik: rumah sakit, puskesmas, tenda
layanan kesehatan, dokter, bidan
• Layanan kesehatan mental: organisasi pemulihan psikologis,
psikolog, konselor, psikiater, rumah sakit jiwa
• Layanan hukum: organisasi bantuan hukum, lembaga bantuan
hukum khusus anak, pengacara, paralegal, kepolisian
• Ambulans, pemadam kebakaran
Penting: pahami mekanisme dan alur sistem rujukan yang ada, yang biasanya digunakan pada
situasi bencana. Rujuk anak sesuai kebutuhan dan alur yang ada agar proses merujuk tidak
menimbulkan kelelahan dan kerugian bagi anak.
Dukungan Psikososial bagi Anak
yang menjadi Penyintas
PENDAMPINGAN KELOMPOK MELALUI KEGIATAN TERSTRUKTUR
Mengapa kegiatan berkelompok?
• Pengalaman traumatis membuat dunia anak “berantakan”.
Keteraturan yang anak ketahui telah hilang. Timbul rasa
bingung dan tidak aman.
• Kegiatan berkelompok dapat digunakan untuk kembali
membangun rasa aman karena ada keteraturan dalam
kegiatan berkelompok, dan idealnya dilakukan secara rutin.
• Kegiatan berkelompok dapat membantu anak terhubung
kembali dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya.
Beberapa contoh kegiatan berkelompok
• Kegiatan seni: tari, lagu/menyanyi, dll
• Kegiatan bermain: outbound, permainan tradisional berkelompok,
dll
• Kegiatan pendidikan: belajar bersama, pengajian, dll
• Kegiatan keterampilan: membuat kerajinan tangan, menjahit,
menghias gambar/bentuk, dll
• Kegiatan olahraga: latihan bela diri, sepak bola, dll
Kegiatan kelompok yang diberikan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak
KEGIATAN PSIKOSOSIAL KELOMPOK PERLU
• Direncanakan & disusun secara berkesinambungan
• Terjadwal/rutin
• Bertujuan untuk pemulihan
Kelompok Anak TK
Ciri Umum Cara Fasilitasi
• Keinginan besar utk diterima • Dalam kegiatan, perbanyak kegiatan diskusi, memberikan
pendapat.
teman sebaya. Sehingga mungkin
melakukan tindakan berbahaya • Bila memungkinkan, beri informasi seputar kesehaan
demua penerimaan tsb. reproduksi, pacaran sehat, narkoba & perencanaan masa
depan (disesuaikan dgn kapasitas fasilitator)
• Lebih mudah memahami makna
kegiatan dibandingkan kelompok • Hindari memberi nasihat/terlalu menggurui
usia lainnya. • Bila memberi tanggung jawab kpd salah satu/ beberapa
anak untuk memimpin kelompok/kegiatan
Susunan Kegiatan Kelompok (Terstruktur)
1. Aktivitas pembuka
2. Kesepakatan/aturan bersama
4. Aktivitas penutup
Contoh Aktivitas Pembuka & Penutup
Aktivitas Pembuka
• Lingkaran Pembuka
• Yell-Yell
Aktivitas Penutup
• Lingkaran Penutup
• Yell-Yell
Contoh Kesepakatan/Aturan Bersama
• Disiplin/tepat waktu
• Mendengarkan teman lain saat bicara
• Hanya satu orang yang berbicara pada satu waktu.
• Tidak memotong pembicaraan orang lain
• Tidak mengejek atau menghina sesama anggota kelompok
• Apapun yang diungkapkan setiap orang di dalam kelompok ini
akan menjadi rahasia kelompok.
Tahap Beraktivitas (Kegiatan Inti)
Tugas dari Fasilitator/pendamping:
• Mengamati kegiatan yang berlangsung
• Membantu peserta yang mengalami kesulitan
• Amati apa yang terjadi di dalam kelompok
• Memastikan dinamika kelompok berjalan baik, sesuai
kesepakatan
Tahap beraktivitas (lanjutan)
MELAKUKAN DISKUSI REFLEKTIF BERSAMA PESERTA
• Mendapatkan pemahaman baru dan menarik pembelajaran
• Proses refleksi disesuaikan dengan usia peserta
• Kejelian pengamatan dan analisis fasilitator akan sangat
berguna dalam proses ini.
Contoh kegiatan: Lingkaran Aman
• Meminta anak untuk menuliskan nama orang terdekat
yang membuat mereka merasa aman & tuliskan nama
mereka.
• Semakin jauh dari lingkaran anak berarti semakin tidak
dekat dengan anak
• Minta anak untuk membagikan cerita mengenai
gambar tsb.
• Tawarkan pada anak lain utk memberikan tanggapan
pada peserta yang bercerita
• Tujuan kegiatan: anak belajar mengenai lingkungan di
sekitarnya, dan memahami bahwa dalam situasi yang
tidak menentu, ia memiliki sumber-sumber rasa aman.
LINGKARAN AMAN
SAYA
Phone: +62 21 788 42 580 | Fax : +62 21 782 3021 | Mobile: +62 811 8436 633
Email : pulihfoundation@gmail.com
Konseling online: pulihcounseling@gmail.com
FB: Yayasan Pulih, twitter/Instagram: @yayasanpulih
RKTL
• Setelah pelatihan ini, apa yang akan saya (dan
rekan-rekan) rencanakan untuk pencegahan dan
penanganan kekerasan terhadap anak? –
jabarkan secara konkret dan jelas