Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

TENTANG
“ ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIANGNOSA MEDIS
GLAUKOMA”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

 ANDESTA PUTRA (172426001 SP)


 BERRY ARYA KUSUMA (172426007 SP)
 DEVI RATNA SARI. A (172426008 SP)
 DESTI ANGGRAINI (172426009 SP)
 M. OKTARIZAL (172426020 SP)
DEFINISI GLAUKOMA
 Glaukoma mengacu pada penyakit yang berbeda dalam patofisiologi, presentasi
klinik, dan pengobatannya.Glaukoma umumnya ditandai dengan kehilangan bidang
pandang yang disebabkan oleh kerusakan saraf optikus. Kerusakan saraf optikus
tersebut berhubungan dengan tingkat tekanan intraocular (IOP), yang terlalu tinggi
untuk fungsi saraf optikus yang sesuai (Brunner & Suddart, 2002).
 Glaukoma merupakan sekelompok penyakit mata dengan gambaran umum TIO
yang abnormal tinggi dan bila tidak diterapi, penglihatan terancam hilang.Pada
pemeriksaan oftalmoskopi, lempeng optik tampak tertekan (cupping) karena
kehilangan serabut saraf (At a glance, 2006).
 Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan
abnormal tekanan intraocular (sampai lebih dari 20 mmHg).Tekanan yang tinggi
kadang-kadang mencapai 60-70 mmHg, menyebabkan kompresi saraf optikus ketika
saraf tersebut keluar dari bola mata sehingga terjadi kematian serabut saraf.Pada
beberapa kasus, glaukoma dapat terjadi walaupun tekanan intraokular normal. Jenis
glaukoma ini berkaitan dengan penyebab lain kerusakan saraf optikus (Elizabeth
Corwin, 2009).
FISIOLOGI AQUEOUS HUMOR
 Mata diisi dengan cairan intraocular, yang mempertahankan
tekan yang cukup pada bola mata untuk menjaga distensinya.
 Humor aqueous adalah cairan yang mengalir bebas, sedangkan
humor vitreus, kadang-kadang disebut sebagai badan vitreus,
adalah sebuah massa dari gelatin, dilekatkan oleh sebuah
jaringan fibriler halus yang terutama tersusun dari molekul
protoglikan yang sangat panjang, substansi-substansi dapat
berdifusi secara perlahan-lahan dalam humor vitreus, tetapi
hanya ada sedikit aliran cairan.
KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
 Klasifikasi glaukoma menurut Brunner & Suddart (2002) :
 1. Glaukoma Primer
Glaukoma sudut-terbuka primer (dahulu disebut glaukoma simplek atau sudut luas) ditandai
dengan atrofi saraf optikus dan kavitasi mangkuk fisiologis dan defek lapang pandang yang
khas .Glaukoma sudut terbuka, tekanan normal ditandai dengan adanya perubahan meskipun
TIO masih dalam batas normal.
a. Glaukoma penutupan-sudut primer
b. Glaukoma penutupan-sudut akut
 2. Glaukoma Sekunder
Pada glaukoma sudut terbuka sekunder,peningkatan TIO disebabkan oleh peningkatan tahanan
aliran keluar humor aqueos melalui jaring-jaring trabekuler, kanalis Schlemm, dan sistem vena
episkleral.Pori-pori trabekula dapat tersumbat oleh setiap sejenis debris, darah, pus, atau bahan
lainnya.Peningkatan tahanan tersebut dapat diakibatkan oleh penggunaan kortikosteroid jangka
lama, tumor intraokuler, uveitis akibat penyakit seperti herpes simpleks atau harpes zoster, atau
penyumbatan jaring-jaring trabekula oleh material lensa, bahan viskoelastik (digunakan pada
pembedahan katarak), darah, atau pigmen.Peningkatan tekanan vena episkleral akibat keadaan
seperti luka bakar kimia, tumor retrobulber, penyakit tiroid, fistula arteriovenosa, jugularis
superior vena kava, atau sumbatan vena pulmonal juga dapat mengakibatkan peningkatan
TIO.Selain itu, glaukoma sudut terbuka dapat terjadi setelah ekstraksi katarak, implantasi TIO
(khususnya lensa kamera anterior), penguncian sklera, vitrektomi, kapsulotomi posterior, atau
trauma.
Lanjutannya.....

 3. Glaukoma Tegangan-Normal dan Hipertensi Okuler


Derajat TIO normal ditentukan berdasar statistik populasi. Pada beberapa
orang, TIO dengan batas normal biasa saja terlalu tinggi untuk kesehatan
saraf optikus jangka lama. Pada batas skala sebaliknya terdapat berbagai
contoh peninggian TIO tanpa tanda kerusakan saraf, dimana kaput saraf
optikus nampaknya tahan terhadap tekanan yang lebih tinggi dari
normal.Tentu saja kerusakan yang berhubungan dengan glaukoma akhirnya
terjadi juga pada beberapa dari mereka.
 4. Glaukoma mekanisme-kombinasi
Glaukoma mekanisme kombinasi adalah kombinasi dua atau lebih bentuk
kelompok ini.Glaukoma sudut terbuka yang mengalami komplikasi
penutupan-sudut (atau penyempitan sudut yang menghambat aliran humor
aqueous) adalah bentuk yang paling sering pada glaukoma mekanisme-
kombinasi.
SEDANGKAN MENURUT PERHIMPUNAN DOKTER
SPESIALIS MATA INDONESIA TAHUN 2002, GLAUKOMA
DIKLASIFIKASIKAN MENJADI :
 1. Glaukoma Primer
Pada glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
a. Glaukoma sudut tertutup, (closed angle glucoma, acute congestive glaukoma).
Glaukoma sudut tertutup
Istilah glaukoma sudut tertutup didasarkan atas gonioskopi. Istilah klinik ini lebih cocok dengan
keadaan yang sebenarnya terlihat oleh dokter; yaitu kadang-kadang dapat terjadi serangan nyeri yang
mendadak (akut), mata merah sekali dan palpebra membengkak (kongestif) tekanan bola mata
meningkat (glaukoma).
Faktor predisposisinya berupa, pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada iris, mata
akan terjadi hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik matadepan, yang
dinamakan hambatan pupil (pupillary block). Hambatan ini dapat menyebabkan meningkatnya
tekanan di bilik mata belakang.
Glaukoma kongestif akut
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari penderita tidak bisa
bangun, sakit kepala, dan terus muntah-muntah, nyeri dirasakan di dalam dan disekitar mata.
Penglihatannya kabur sekali dan dilihatnya warna pelangi di sekitar lampu. Apabila mata diperiksa,
ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva bulbi yang sangat hiperemik (kongestif), injeksi siliar
dan kornea yang suram. Bilik mata depan dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik
mata depan dari samping.Pupil tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yang
hampir total.Refleks pupil lambat atau tidak ada.
Lanjutannya......

 b. Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple glaukoma).


1. Sinonimmnya adalah galaukoma kronik atau Chronic simple glaukoma. Istilah Chronic
simple glaucoma sangat jelas menggambarkan keadaan klinik penderita : penyakit yang
berlangsung lama (kronik) ada tanda yang jelas dari luar dan tekanan bola mata yang
meningkat (glaukoma).
2. Gejala klinik yang dapat muncul pada glaukoma jenis ini diantaranya:
3. Glaukoma sudut terbuka tidak memberi tanda-tanda dari luar.
4. Perjalanan penyakit perlahan-lahan dan progresif dengan merusak papil saraf optik
(ekskavasi).
5. Biasanya penderita baru sadar bila keadaan telah lanjut.
6. Diagnosis sering baru dibuat kalau dilakukan tonometri urin pada penderita, yang misalnya
datang hanya untuk ganti kacamata. Sifat glaukoma jenis ini adalah bilateral, tetapi
biasanya yang satu mulai lebih dahulu. Kebanyakan ditemukan pada penderita umur 40
tahun ke atas.
7. Tajam penglihatan umumnya masih baik kalau keadaan belum lanjut. Tetapi tajam
penglihatan tidak boleh menjadi patokan akan adanya glaukoma atau tidak. Tekanan bola
mata lebih dari 24 mmHg dan tidak terlalu tinggi seperti pada glaukoma kronik.
8. Pada funduskopi ditemukan ekskavasi apabila glaukoma sudah berlangsung lama.
Pemeriksaan lapang pandangperifer tidak menunjukkan kelainan selama glaukoma masih
dini, tetapi lapang pandang sentral sudah menunjukkan skotoma parasentral.
9. Apabila glaukoma sudah lebih lanjut, lapang pandangan perifer pun akan menunjukkan
kerusakan. Pada gonioskopi akan ditemukan sudut bilik mata depan yang besar.
Lanjutannya.....

 Pengobatan glaukoma sudut terbuka diberikan secara


teratur dan pembedahan hanya dilakukan bila pengobatan
tidak mencapai hasil memuaskan.
 Pengobatan dengan obat-obatan :
 1). Miotik :
 2). Simpatomimetik :
 3). Beta blocker :
 4). Carbonic anhidrase inhibitor
Lanjutannya.....

 2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai penyulit penyakit
intraokular.Beberapa kelainanglaukoma sekunder diantaranya :
a. Glaukoma Sekunder Karena Kelainan Lensa Mata
b. Glaukoma Sekunder Karena Kelainan Uvea
c. Glaukoma Sekunder Karena Trauma atau Pembedahan
d. Glaukoma Karena Rubeosis Iris
e. Glaukoma Karena Kortokosteroid
 3. Glaukoma Kongestif
Glaukoma kongenital primer atau glaukoma infantil. Penyebabnya adalah suatu membran yang
menutupi jaringan trabekulum sehingga menghambat penyaluran keluar akuos humor. Ini
dapat timbul pada saat dilahirkan sampai umur 3 tahun. Tanda yang paling dini adalah
lakrimasi dan fotofobia. Kornea agak suram, karena tekanan bola mata tinggi, bola mata
terenggang, terutama kornea. Akibatnya kornea membesar sehingga disebut Buftalmos atau
“mata sapi”, karena kelainan ini relatif jarang ditemukan, sering kesuraman kornea dianggap
keratitis. Kornea yang suram setelah lahir juga dapat disebabkan trauma forsep.
Pengobatannya yaitu dengan pembedahan, goniotomi. Pembedahan ini membuka membran
yang berada di depan jaringan trabekulum.
 4. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium terakhir semua jenis glaukoma disertai kebutuhan total.
ETIOLOGI GLAUKOMA
 Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu
sendiri tetapi pada umumnya disebabkan karena aliran
aqueous humor terhambat yang bisa meningkatkan
tekanan intra okuler. Faktor-faktor resiko dari glaukoma
adalah:
 1. Tekanan Intra Okuli
 2. Umur
 3. Riwayat Keluarga
PATOFISIOLOGI GLAUKOMA

 Patofisiologi peningkatan tekanan intraocular baik disebabkan oleh


mekanisme sudut terbuka atau sudut tertutup-akan dibahas sesuai
pembahasan masing-masing penyakit tersebut. Efek peningkatan
tekanan intraokular di dalam mata ditemukan pada semua bentuk
galukoma, yang manifestasinya dipengaruhi oleh perjalanan waktu
dan besar peningkatan tekanan intraokular.
 Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah
atrofi sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat
saraf dan inti bagian dalam retinadan berkurangnya akson di saraf
optikus. Diskus optikus menjadi atrofik,disertai pembesaran
cekungan optikus.Iris dan korpus siliare juga menjadi atrofik, dan
prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin. Pada glaukoma
sudut tertutup akut, tekanan intraokular mencapai 60-80 mmHg,
sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema
kornea (Vaughan,2009).
MANIFESTASI KLINIS GLAUKOMA
 1. Glaukoma Sudut Terbuka primer
Pada awalnya, peningkatan tekanan didalam mata tidak menimbulkan gejala. Lama kelamaan timbul gejala :
a. Penyempitan lapang pandang tepi ;
b. Sakit kepala ringan ;
c. Gangguan penglihatan yag tidak jelas (misalnya : melihat lingkaran di sekeliling cahaya lampu atau sulit
beradaptasi pada kegelapan).
Pada akhirnya terjadi penyempitan lapang pandang yang menyebabkan penderita sulit melihat benda-benda
yang terletak disisi lain ketika penderita melihat lurus kedepan (disebut penglihatan terowongan). Glaukoma
sudut terbuka mungkin baru menimbulkan gejala setelah terjadinya kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
 2. Glaukoma Sudut Tertutup primer
Glaukoma sudut tertutup terjadi jika saluran tempat mengalirnya humor aqueus terhalang oleh iris. Setiap hal
yang menyebabkan pelebaran pupil (misalnya : cahaya redup, tetes mata pelebaran pupil yang digunakan
untuk pemeriksaan atau obat tertentu) bisa menyebabkan penyumbatan aliran cairan karena terhalang oleh
iris.
Serangan bisa dipicu oleh pemakaian tetes mata yang melebarkan pupil atau bisa juga timbul tanpa adanya
pemicu. Glaukoma akut bisa sering terjadi karena pupil secara alami akan melebar dibawah cahaya yang
redup. Episode akut dari glaukoma sudut tertutup dapat menyebabkan:
a.Penurunan fungsi penglihatan ringan ;
b. Terbentuknya lingkaran berwarna di sekeliling cahaya ;
c. Nyeri pada mata dan kepala.
Lanjutannya.......

 3. Glaukoma Kongenitalis
Glaukoma kongenitalis sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat
gangguan perkembangan saluran humor aqueus.Glaukoma seringkali
diturunkan.
 4. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder terjadi jika mata mengalami kerusakan akibat :
a. Infeksi
b. Tumor
c. Katarak yang meluas
 Penyakit mata yang mempengaruhi pengaliran humor aqueus dari
bilik anterior.
 Penyebab paling sering ditemukan adalah uveitis.Penyebab lainnya
adalah penyumbatan vena oftalmikus, cedera mata, pembedahan
mata dan pendarahan kedalam mata.Beberapa obat (misalnya
kortikosteroid) juga bisa menyebabkan peningkatan tekanan
intraokuler(Sidarta Ilyas, 2009).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 1. Tonometri
 2. Gonioskopi
 3. Penilaian Diskus Optikus
 4. Pemeriksaan Lapang Pandang
 5. Biomikroskopi
 6. Oftalmoskopi
 7. OCT (Optikal Coherent Tomography).
 8. Perimetri.
PENATALAKSANAAN
 Tujuan penatalaksanaan glaukoma adalah menurunkan TIO ke tingkat yang
konsisten dengan mempertahankan penglihatan. Penatalaksanaan bisa berbeda
bergantung pada klasifikasi penyakit dan responnya terhadap terapi. Terapi obat,
pembedahan laser, pembedahan konvensional dapat dipergunakan untuk mengontrol
kerusakan progresif yang diakibatkan oleh glaukoma.
 1. Implikasi Medis
 a. Farmakoterapi
 b. Bedah Laser untuk Glaukoma
 c. Bedah Konvensional
 d. Trabekulektomi(prosedur filtrasi)
 e. Prosedur seton
 f. Iridektomi dan Iridotomi Perifer
 g. Trabekuloplasti Laser
 h. Bedah Drainase Glaukoma
 i. Tindakan Siklodestruktif
Lanjutannya.......

 2. Implikasi Keperawatan
 Pasien mungkin memerlukan rawat inap singkat setelah pembedahan.
Ambulasi progresif diperkenankan, bergantung usia dan kondisi fisik
pasien. Gerakan dan aktivitas berat yang dapat mengakibatkan pasien
mengalami keadaan yang serupa dangan manuver Valsalva (dengan akibat
peningkatan TIO), seperti mengejan, mengangkat beban, dan membungkuk,
dihindari sampai 1 minggu.Pasien tidak di perbolehkan mengendarai
kendaraan selama 1 minggu. Mata di balut selama 24 jam atau lebih lama
bila diperlukan, dan mata tidak boleh kemasukan air.
 Tetes mata antibiotika spektrum luas dapat diberikan selama 4 sampai 5
hari, dan kortikosteroid topikal diberikan selama beberapa minggu untuk
mengurangi inflamasi dan jaringan parut. Kadang-kadang dapat diberikan
bahan anti fibrinolitik atau anti-inflamasi yang lebih kuat, seperti 5-
fluorourasil (5-FU) dan kortikosteroid oral. Karena aspirin dapat
mengakibatkan perdarahan, pemakaiannya merupakan kontraindikasi, dan
nyeri biasanya diatasi dengan asetaminofen. Membaca dapat menyebabkan
gerakan mata cepat-mendadak; maka sebaiknya dilarang sampai
diperbolehkan oleh dokter (Natina, 2001).
Lanjutannya......

 3. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah


Pasien yang diagnosis menderita glaukoma harus menghadapi cara belajar
hidup dengan kondisi dengan kesehatan kronik. Anggota tim perawatan
kesehatan, khususnya perawat, dapat membantu meraka yang sulit
menyesuaikan dengan menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk
mamahami penyakit, penanganan, dan tanggung jawab mereka dalam
penanganannya. Pasien yang telah memperoleh informasi mempunyai
kemungkinan berperan aktif dalam perawatan dirinya. Partisipasi pasien
adalah keharusan karena penurunan TIO yang optimal dan pengontrolan
kerusakan, bergantung pada kepatuhan pasien terhadap program terapi dan
mengunjungi pemeriksaan tindak lanjut.
 4. Pendekatan Gerontologik
Lansia berisiko tinggi menderita glaukoma dan tiga sampai empat kali lebih
sering mengalami glaukoma dibanding dewasa muda. Kadang, penurunan
penglihatan diterima sebagai bagian dari proses penuaan, dan merasa tidak
perlu mencari bantuan medis. Maka, sebagai bagian pemeriksaan fisik pada
setiap orang berusia diatas 35 tahun, tonometri perlu dilakukan dan tekanan
mata perlu dikaji setelah itu.
KOMPLIKASI

 1. Glaukoma kronis
 2. Sinekia anterior
 3. Katarak
 4. Kerusakan saraf optikus
 5. Kebutaan
Terimakasih.....

Anda mungkin juga menyukai