Anda di halaman 1dari 57

BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN

Ulcus Durum Vs Ulcus Molle


Chancroid
(Soft chancre / ulcus molle)
Etiologi:

• Haemophylus ducreyi,
• KBB kecil, Gram-negatif : school of fish appearance
atau rail-road tracking
• Bersifat fastidious
• Dinding mengandung lipooligosakarida 
menginduksi reaksi inflamasi
“School of fish”

“rail road tracking”


Gejala Klinik:
• luka genital tanpa indurasi, nyeri dan pembesaran kelenjar
limfonodi regional
• Bentuk mirip herpes, tetapi lebih besar, mempunyai lipatan-
lipatan kasar (ragged appearance).

Ulcus Molle Bubo (inguinal adenitis)


• Haemophyllus
chocolate blood agar
yang
disuplementasikan
dengan factor X

• Penicillinase 
penicillin ga efektif
Diagnosis

Diagnosis:
• Pemeriksaan mikroskopik: pengecatan Gram
• kuman bentuk batang Gram-negatif pendek, memberikan kesan
“school of fish” atau “rail road tracking”, di dalam atau di luar sel
PMN.

• Kultur:
• memerlukan media diperkaya (coklat agar dengan isovitalex 1%)
dan inkubasi 30-34oC
• tumbuh lambat, koloni baru terlihat setelah 2 – 9 hari.
Pengobatan
• Antibiotik yang dianjurkan adalah eritromisin, seftriakson
atau ko-trimoksasol.
SYPHILIS
Etiologi:
• disebabkan oleh Treponema pallidum subsp pallidum
• Genus Treponema mempunyai 4 spesies patogen:
1. T. pallidum subsp pallidum  venereal syphillis
2. T. pallidum subsp pertenue  yaws
3. T. pallidum subsp endemicum - endemic syphillis
4. T. carateum  pinta
Hanya syphillis yang termasuk dalam kelompok STD
.
T. pallidum
• Termasuk famili Spirochaeta, berbentuk spiral
• Bersifat mikroaerofilik
• Tidak dapat tumbuh pada media kultur standar 
perlu kultur sel
• Dinding sel sulit dicat  dapat dilihat pada
mikroskop dengan pengecatan negatif atau
impregnasi perak, atau mikroskop medan gelap
• berkembang biak dg binary transverse fission.
Waktu generasi in vivo 30 jam
Patogenesis
• Infeksi terjadi melalui penetrasi membran mukosa atau
lesi kulit minor
• Sangat virulen : < 10 bakteri dapat menimbulkan infeksi
• Pada wanita : lesi inisial biasanya pada labia, dinding
vagina, serviks
• Pada pria : batang penis
• Memiliki enzim hyaluronidase  penyebaran hematogen
• Tidak memproduksi toksin  kerusakan jaringan
disebabkan reaksi inflamasi
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik berbeda menurut tingkat
perjalanan penyakit :
1.Multiplikasi mikroorganisme pada tempat
masuknya  tingkat primer
2.Penyebaran treponema ke jaringan lain 
tingkat sekunder
3.Baru setelah waktu yang panjang, sp 30
tahun)  tingkat tersier
Stadium I: ulkus durum
• Masa inkubasi: 10 - 90 hari
• eritema & indurasi  papula  ulkus superfisial
dengan dasar yang keras dan tidak nyeri (ulcus
durum indolans)
• sangat infeksius
• Disertai limfadenopati regional
• Setelah 2 - 6 minggu bentuk lesi primer ini
menghilang
Stadium I:
Stadium II:
• Setelah 2 – 24 minggu tanpa gejala
• fase diseminata
• Manifestasi klinik: demam ringan, limfadenenopati
generalisata, malaise, dan rash
• Kulit:
• Rash di palmar dan plantar  menyebar ke daerah lain
• Rash: macula, papula, follicula, papulosquamous, atau
pustular
• Mukosa superfisial (mucous patches)
• mukosa mulut, vagina, atau anus
• lesi menyerupai wart, disebut condylomata lata terutama
terlihat pada daerah lipatan yang lembab
Stadium II:
• sangat infeksius
• Deposisi komplek imun membran dasar glomerolus
 nephrotic syndrome
• 2 - 6 minggu kelainan “menyembuh” spontan
• 25 persen tidak diobati rekurensi lesi sekunder
pada tahun pertama
Stadium II:
Stadium III:
• masa laten: cepat (< 4 tahun), lambat (> 4 tahun)
• tetap bersifat infeksius,
• mikroorganisme terutama didapatkan pada lien dan
nnll, serologi positif
• Syphillis tersier dapat menyerang hampir semua
jaringan:
• 80% fatal, kardiovaskuler:peradangan dinding aorta
thoracica akibat multiplikasi bakteri  aortitis 
aneurysma dan stenosis arteri koroner
Stadium III:
• 20% menyerang syaraf/Syphillis neurologik:
meningeal, meningovaskuler, parenkim otak/ medula
spinalis
• otak  paresis generalisata
• kolumna spinal  tabes dorsalis
• dementia, reaksi proprioseptik -, stroke, dan kebutaan
• Guma:
• granuloma nekrotik dengan sejumlah limfosit, giant
cell, dan sel-sel epiteloid, tetapi hanya sedikit
treponema
• Mengenai kulit atau tulang, tetapi juga dapat terjadi
pada jaringan lain
Stadium III:
Foetal syphillis
• Wanita hamil penderita syphillis  penyebaran
transplasenta
• 50% fetus mengalami aborsi
• 50% syphillis kongenital (syphilitic stigmata)
• Syphillis Kongenital dini : manifes usia < 2 tahuin:
• lesi mukokutaneus, osteochondritis (terutama pada tulang
panjang), anemia, dan hepatosplenomegali
• Syphillis Kongenital Lambat
• anak terlihat normal sampai umur 2 tahun
• Hutchinson's triad :
• keratitis interstisial dan kebutaan
• deformasi gigi (incisors bentuk gergaji dan molar bentuk
bulan)
• ketulian N. VIII,
• neurosyphillis,
• rhagades (fissure pada mucocutaneous junctions),
• lesi kardiovaskuler,
• Clutton's joints (cairan mengumpul pada sendi lutut),
• deformasi tulang kaki, septum nasi, dan palatum durum
• .
Foetal syphillis
Diagnosis Mikrobiologi
• Sulit dikultur  diagnosis didasarkan :
• manifestasi klinik
• temuan treponema pada material pemeriksaan
daerah lesi
• reaksi serologis dari serum penderita

• > 200 tes serologi, digolongkan menjadi 2:


• nontreponemal tests:
• mengukur antibodi terhadap antigen lipid, khususnya
cardiolipin dari jaringan inang yang dilepaskan krn
kerusakan jaringan
• Contoh: tes Venereal Disease Research Laboratory
(VDRL) dan Rapid Plasma Reagin (RPR).
• Treponemal test:
• mendeteksi antibodi langsung terhadap protein bagian
dari T pallidum subsp pallidum.
• Contoh:
• Fluorescent T pallidum Antibody-Absorption (FTA-ABS)
• Microhemagglutination for T pallidum (MHA-Tp)/TPHA (T.
pallidum hemagglutination)
Treatment Available
• A single intramuscular injection of medication will
cure a person
• Primary or secondary syphilis - Benzathine penicillin G 2.4 million
units intramuscularly (IM) in a single dose
• Early latent syphilis - Benzathine penicillin G 2.4 million units IM in
a single dose
• Late latent syphilis or latent syphilis of unknown duration -
Benzathine penicillin G 7.2 million units total, administered as 3
doses of 2.4 million units IM each at 1-week intervals

• Syphilis is curable, but the damage to the body


and/or internal organs is not reversible.
Pencegahan dan Pengendalian
• Hindari perilaku seks berisiko tinggi
• Post-exposure prophylaxis
• Pengobatan partner seks
• Skrining ibu hamil
Herpes
HSV-1: Oral Herpes
HSV-2: Genital Herpes
Can be passed back and
forth

Transmission
 Sexual Contact
 Contact with herpes sore
 Mother-to-child
Testing
 Visual exam
 Blood test
Herpes
Herpes can be transmitted
anywhere there is a break
in the skin, and mucous
membrane.
Genital Herpes Simplex

Dr.T.V.Rao MD 38
Source: Diepgen TL, Yihune G et al. Dermatology Online Atlas
PERJALANAN PENYAKIT
• Infeksi Primer
Gambaran adanya herpetic form dan juga gejala sistemik. Dari
cairan jernih dari vesikel, seropurulen lalu menjadi krusta!

• Fase laten
Ke ganglion dorsalis

• Infeksi rekurens
Gangguan pada ganglion dorsalis dan rekurensi lagi
If gone untreated…

• Higher miscarriage rate

• Transmission to sex partners and newborns

• Eye problems with herpes infection

• Proctitis (inflammation of rectum)


PEMERIKSAAN LAB
Treatment Available
• Antiviral medications can shorten and prevent
outbreaks.
• Acyclovir
• Initial treatment: 200 mg PO q4hr while awake (5 times daily) for 10 days or 400 mg
PO q8hr for 7-10 days
• Intermittent treatment for recurrence: 200 mg PO q4hr while awake (5 times daily) for
5 days; initiate at earliest sign or symptom of recurrence
• Chronic suppression for recurrence: 400 mg PO q12hr for up to 12 months;
alternatively, 200 mg 3-5 times daily
• Penciclovir, Valacyclovir, Famciclovir

• In addition, daily suppressive therapy for chronic herpes


can reduce frequency of outbreaks and transmission to
partners.
HSV type 1
HSV Tipe 2
Lymphogranuloma Venerum (LGV)
Etiologi
• C. trachomatis serotipe L1, L2, dan L3
• LGV dapat menyebabkan infeksi sistemik melewati jaringan
limfoid.
Patogenesis dan Gejala Klinik
• Masa inkubasi 1 – 4 minggu
• Lesi primer : papul ulseratif  cepat menyembuh
 menginfeksi saluran drainase limfe inguinal 
bubo inguinal  rectum: proctitis.
• Komplikasi:
• Demam, hepatitis, pneumonitis dan meningo-
encephalitis
• Kelenjar limfonodi  abses, supurasi, nanah keluar
menembus kulit
• Granulomatosis kronis sistem limfatik dan jaringan
sekitarnya  fistula ano-genital, elephantiasis genital
Diagnosis
• Kultur sel atau telur berembrio  sensitivitas 25%.
• Diagnosis klasik: tes kulit “Frei test ” :
• menyuntikkan antigen LGV secara intra-dermal
• kurang sensitif pada awal infeks, hanya mendeteksi genus (genus
spesific)
• Mikroskopi dg metode imunofluoresen dengan antibodi
spesifik
• Serologi: deteksi antibodi anti-Chlamydia dengan metode
complement fixation atau microimmunofluorescence tests.
• Teknik diagnostik molekuler:
• in situ DNA hybridization, PCR
Donovanosis
(Granuloma inguinale/ Granuloma
Venereum)
Etiologi:
KBB, Gram-negatif berkapsul 
Calymmatobacterium granulomatosis
Di dalam fokus inflamasi, C granulomatis terutama
berada intraseluler sebagai badan inklusi di dalam
makrofag (Donovan bodies)
Patogenesis dan Gejala Klinik :

• C. granulomatis scr normal sebagai flora usus  dapat


ditransmisikan ke area genital melalui oyoinokulasi atau kontak
seksual
• Setelah penetrasi kulit  menginduksi reaksi inflamasi 
kerusakan jaringan  erosi  ulkus
Diagnosis dan Pengobatan:
• Mikroskopik: cat Wrigt atau Giemsa  “Donovan
bodies” (gerombolan mikroorganisme berkapsul
tercat biru/hitam pd sitoplasma sel makrofag)
• Pengobatan: antibiotik yang aktif terhadap bakteri
intraseluler : tetrasiklin, eritromisin
DONOVAN BODIES

Anda mungkin juga menyukai