Anda di halaman 1dari 13

ARTI INGGILLIATUS SAKINAH 20180311060

IRNAWATI NURJANAH 20180311064

REVINA KARDIAN 201803110


1

3
BUSINESS
RS PERMATA kota bekasi, Jawa Barat, mengakui ada
kelemahan saat melakukan verivikasi pembelian vaksin dari CV
Azka Medical. Manager Pelayanan Media Permata Bekasi Siti
Yunita mengatakan, telah terjadi kelalaian pada bagian farmasi
rumah sakit.
RS Permata mengakui menggunakan satu jenis vaksin jenis
Pedicial untuk keperluan antisipasi penyakit DPT, HiB dan Polio
dalam rentang waktu Oktober 2015 – Juni 2016, dan mengklaim
jumlah vaksin yang telah digunakan sebanyak 45 vial. Dengan
kisaran pasien ± 45 orang atau tidak sampai segitu.
RS Permata memilih CV Azka Medical dikarenakan dua
kompetitornya distributor lain yaitu PT Anugrah Prima Lestari (APL)
dan PT Sagi Capri kehabisan stok.
Sebagai bentuk tanggung jawab RS Permata melakukan
vaksin ulang secara gratis kepada pasien yang merasa dirugikan.
Usai menjalani perawatan di RSU Setio Husodo kab. Asahan,
pasien DBD bernama Arkan (6) akhirnya dipulangkan. Anak
pertama dari pasangan suami istri Deni dan Linda, justru membawa
pulang obat atas nama orang lain, Rabu (26/10/2016)
Malam itu juga pihak Apotek RSU Setio Husodo
menghubungi orang tua Arkan dan menjelaskan bahwa pihak
Apotek RSU Setio Husodo salah memberi obat. Beruntung obat
yang diberikan belum sempat diminum
Pihak Apotek RSU Setio Husodo mengaku lalai dalam
memberi obat dikarenakan nama Arkan yang sama. Kesalahan ini
ada dipihak Apotek RSU Setio Husodo.
Diutarakan Wakil Ketua Komisi IX DPR Saleh Partaonan
Daulay melalui siaran pers, Selasa (12/9). Bahwa RS Mitra Keluarga
telah dengan sengaja melanggar UU sehingga menyebabkan bayi
Debora Simanjorang kehilangan nyawa.
Debora bayi 4 bulan, tewas di ruang Instalasi Gawat Darurat
RS Mitra Keluarga, Kalideres pada minggu (3/9) pukul 06.00 WIB.
Dalam perawatan itu Debora dinyatakan harus dibawa ke ruang
PICU. Untuk mendaptkan layanan diruang tersebut, uang muka Rp.
19,8 juta harus disediakan. Sementara kartu BPJS Kesehatan tidak
bisa digunakan karena RS swasta tidak punya kerja sama.
1

2 • UU No 36 tahun 2009 tentang 3


Kesehatan
• UU No 8 tahun 1999 tentang
• Perpu No 51 tahun 2009
Perlindungan Konsumen
tentang Pekerjaan Kefarmasian
• Perpu No 51 tahun 2009
• UU No 36 tahun 2009 tentang
• Permekes No 72 tahun 2016
tentang Pekerjaan
Kesehatan
tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian
• UU No 44 tahun 2009 tentang
Kefarmasian di Rumah Sakit
• Permenkes No 72 tahun 2016
Rumah Sakit
• UU No 36 tahun 2009 tentang
tentang Standar pelayanan
kesehatan
kefarmasian diRumah Sakit
• UU No 8 tahun 1999 tentang
perlindungan Konsumen
Pada kasus 1 dan 2 terdapat kesamaan yaitu Kelalaian

• BUSINESS
Menurut pasal 5 Peraturan Perundang-Undangan Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian yakni, pekerjaan kefarmasian meliputi :
1. Pekerjaan kefarmasian dalam Pangadaan Sediaan Farmasi
2. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produk Sediaan Farmasi
3. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
4. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi

• Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian diRumah Sakit, meliputi :
1. Pengelolaan sediaan Farmasi, alat kesehatan dan bahan Medis Habis pakai
2. Pelayanan Farmasi Klinik

• Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, menyatakan bahwa :


Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
Diselesaikan di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang diatur dalam pasal 45 ayat(1) dan pasal 47.
• Pasal 45 ayat (1), menyatakan bahwa :
Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas
menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan
peradilan umum.

• Pasal 47, menyatakan bahwa :


BUSINESS
Penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan
mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi
kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen.

• Tugas dan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam pasal 52 huruf a dan e Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yakni :
1. Melaksanakan penangan dan sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi
2. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen.

• Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, ketentuan pidana diatur dalam
pasal 84, sanksi yang diberikan :
1. Setiap tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan Penerima Pelayanan
Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.
2. Jika kelalaian berat sebaagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian, setiap tenaga
kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
• Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa:
1. Pasal 32 ayat (1)
Dalam keadaan darurat, fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan
bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
2. Pasal 32 ayat (2)
BUSINESS
Fasilitas kesehatan baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.

• Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 29 ayat (1) huruf f, yakni :
Rumah sakit berkewajiban melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan
pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulans gratis, pelayanan korban
bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan.

• Aturan pidana yang termaktub dalam UU No 36 tahun 2009 pasal 190, perihal sanksi bagi fasilitas kesehatan yang
mengabaikan pasien :
1. Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan
pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap
pasien yang dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat (2) atau pasal 85 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2(dua) tahun dan denda paling banyak Rp200.000,00 (dua ratus
juta rupiah).
2. Pada ayat (1) apabila terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas kesehatan tersebut dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Please enter text here.Please enter text here.Please enter text here.Please enter text

KESIMPULAN herePlease enter text here.Please enter text here.Please enter text here.Please enter text
herePlease enter text here.Please enter text here.Please enter text here.Please enter text

Sebaiknya sebagai tenaga kesehatan dibidang farmasi yang profesional kita wajib mematuhi
aturan aturan yang telah di tetapkan oleh pemerintah agar kasus kasus yang sudah terjadi
tidak akan terjadi kembali dan kita juga harus lebih teliti lagi dalam bekerja agar tidak terjadi
SARAN
kesalahan dalam melayani kesehatan terutama dibidang farmasi agar kenyamanan pasien
dapat terjaga

Anda mungkin juga menyukai