Anda di halaman 1dari 11

Iwi

(180661009)
 Secara etimologi hadist artinya dekat,
baru
 Secara terminologi hadist artinya
segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW, baik
dari perkataan, perbuatan, maupun
persetujuan.
Sejarah Hadist
1. Masa Pembentukan Hadist
Pada masa ini tiada lain masa kerasulan Nabi Muhammad itu sendiri, ialah
lebih kurang dari 23 tahun.
Pada masa ini belum ditulis dan hanya berada pada benak atau hafalan
para sahabat saja (disebut periode Al Wahtyu wa at takwin).
Pada masa ini Nabi Muhammad melarang penulisan hadist agar tidak
tercampur periwayatan Al-Qur’an, tetapi setelah beberapa waktu Nabi
membolehkan penulisan hadist dari beberapa orang sahabat yang mulia,
seperti Abu Hurairah, Abdulah bin Mas’ud, Abu Bakar, Umar, Zaid bin Tsabit.
Periode ini dimulai sejak Muhammad diangkat sebagai Nabi dan Rasul hingga
wafat (610M-632M).
2. Masa Penggalian
 Masa ini adalah masa pada sahabat besar dan tabi’in, dimulai sejak
wafatnya Nabi pada tahun 11 H atau 632 M.
 Pada masa ini hadist belum ditulis atau dibukukan kecuali oleh beberapa
sahabat seperti Abu Hurairah, Abu Bakar, Umar, Abdulah bin Mas’ud,
dll.
 Seiring dengan perkembangan dakwah mulailah bermunculan persoalan
baru yang mendorong para sahabat bertukar hadis dan menggali dari
sumber-sumber utama.
3.Masa Penghimpunan
 Ditandai dengan sikap sahabat dan tabi’in yang mulai menolak menerima hadist baru, seiring
terjadinya perebutan kedudukan kekhalifahan yang bergeser ke bidang syariat dan aqidah
dengan munculnya hadist palsu.
 Pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz sekaligus sebagai tabi’in memerintahkan
penghimpunan hadist (abad 2 H) dan hadist yang terhimpun belum terpisahkan mana yang
hadist marfu’ dan mana yang hadist mauquf dan mana yang maqthu’
4. Masa Pendiwanan dan Penyusunan
 Terjadi pada abad 3 H, guna menghindari salah pengertian bagi umat islam dalam
memahami hadist sebagai perilaku Nabi Muhammad
 Para ulama mulai mengelompokkan hadist dan memisahkan kumpulan hadist yang termasuk
marfu’, mauquf, dan maqthu.
 Pada abad ke 4 H pembukuan hadist dilanjutkan hingga dinyatakan bahwa telah selesai
melakukan pembinaan maghligai hadist
 Pada abad ke 5 H dan seterusnya masa memperbaiki susunan kitab hadist seperti
penghimpunan yang berserakan atau menghimpun untuk memudahkan dan sumber utama
kitab-kitab hadist pada abad ke 4 H
Ringkasan Perkembangan Pembukuan
Ilmu Hadis
No. Masa Karakteristik
1. Masa Nabi Muhammad Telah ada dasar-dasar ilmu hadis.
SAW
2. Masa Sahabat Timbul secara lisan, secara eksplisit
3. Masa Tabi’in Telah timbul secara tertulis, tetapi belum
terpisah dengan ilmu lain.
4. Masa Tabi’ Tabi’in Ilmu hadis telah timbul secara terpisah dari
ilmu-ilmu lain, tetapi belum menyatu
5. Masa setelah Tabi’ Tabi’in Berdiri sendiri sebagai ilmu hadis.
(abad ke-4 H)
Unsur-Unsur Hadist
1. Sanad
Sanad ialah rantai penutur atau rawi (periwayat hadist). Sanad memeberikan suatu
gambaran keaslian suatu riwayat.Hal yang perlu dicermati dalam memahami hadist terkait
dengan sanadnya ialah:
a. Keutuhan sanad
b. Jumlahnya
c. Perawi akhirnya
2. Rawi
Rawi adalah orang-orang yang menyampaikan hadist.
Sifat-sifat rawi:
a. Bukan pendusta/dituduh sebavgai pendusta
b. Tidak banyak salahnya
c. Teliti
d. Tidak fasik
e. Peragu
f. Bukan ahli bid’ah
3. Matan
Matan adalah redaksi dari hadist, dari contoh sebelumnya.
Hal-hal yang perlu dicermati dalam memahami matan:
 Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad
atau bukan
 Matan hadist itu sendiri dalam hubungannya dengan hadist lain yang lebih kuat
sanadnya (apakah ada yang melebmahkan atau menguatkan) dan selanjutnya
dengan ayat Al-Qur’an (apakah ada yang bertolak belakang).
Contoh Unsur-Unsur Hadist
Terjemahan
Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin ‘Ufair berkata, telah
menceritkan kepadaku Al Laits berkata, telah menceritkan kepadaku,
‘Uqail dari Ibnu Syihab dari Hamzah bin Abdullah bin Umar bahwa Ibnu
Umar berkata: aku mendengar Rasulullah SAW. Bersabda: “ketika aku
tidur, aku bermimpi diberi segelas susu lalu aku meminumnya hingga aku
melihat pemandangan yang bagus keluar dari kuku-kukuku, kemudian aku
berikan sisanya kepada sahabat muliaku Umar bin Khatab”. Orang-orang
bertanya: “apa ta’wilnya wahai Rasulullah SAW.?” beliau menjawab:
“ilmu”. (HR. Bukhari).

Anda mungkin juga menyukai