Anda di halaman 1dari 30

Tutorial Klinik

Pneumonia
Pembimbing : dr. Pratiknyo

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA,
DEFINISI
Peradangan pada parenkim paru, distal dari bronkus terminalis
(mencakup bronkioulus respiratorius dan alveoli) 
menyebabkan KONSOLIDASI (timbulnya eksudat) jaringan paru
 terjadi gangguan pertukaran gas setempat.

penyebab non infeksi


mikroorganisme / penyebab infeksi
(aspirasi dan radiasi)
(bakteri, virus, jamur, parasit)

PNEUMONIA PNEUMONITIS
EPIDEMIOLOGI

• Salah satu penyakit ISNBA, penyebab kematian tertinggi


• 80 % terjadi di masyarakat (pneumonia komuniti) maupun di dalam rumah sakit
(pneumonia nosokomial)
• 9-27 % dari pasien yang di intubasi
• Sering dijumpai pada orang-orang yang daya tahan tubuhnya menurun atau tidak
memadai (orang dengan penyakit yg mengganggu daya tahan tubuh, lansia, orang
yang lemah karena penyakit kronik, bayi dan anak kecil)
Faktor Resiko
• Usia diatas 65 tahun
• Aspirasi secret orofaringeal
• Pasca Infeksi Virus
• Sakit yang parah dan menyebabkan kelemahan (DM,uremia)
• Kanker (terutama kanker paru)
• Trakeostomi (Pemakaian selang endotrakeal)
• Pascabedah thorax
• Pengobatan dengan imunosupresif
• AIDS
• Merokok
• Alkoholisme
• Malnutrisi
KLASIFIKASI

• Berdasarkan KLINIS DAN EPIDEMIOLOGIS

• Berdasarkan MIKROORGANISME PENYEBAB

• Berdasarkan LOKASI ANATOMIS / PREDILEKSI INFEKSI


1. Berdasarkan KLINIS / EPIDEMIOLOGIS

• Pneumonia KOMUNITAS ( Community-Acquired Pneumonial )


Pneumoni yang terjadi akibat infeksi di luar RS
• Pneumonia NOSOKOMIAL ( Hospital-Acquired Pneumonial )
Pneumoni yang terjadi > 48 jam / lebih stlh dirawat di RS, baik
dirawat di ruang umum atau ICU tapi tidak memakai ventilator
 Pneumonia ASPIRASI
terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat respirasi ke SNB dan menimbulkan
kerusakan parenkim paru. Fx. Yang menyebabkan terjadinya aspirasi berulang kali :
- penurunan kesadaran
- disfagia sekunder
- kerusakan sfingter esofagus karena selang nasogastrik

 Pneumonia pada penderita IMMUNOCOMPROMISED (AIDS dan keganasan)


2. Berdasarkan MIKROORGANISME PENYEBAB

• Pneumonia TIPIKAL ( disebabkan oleh bakteri )

• Pneumonia ATIPIKAL

Disebabkan oleh Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia

• Pneumonia VIRUS

• Pneumonia JAMUR
3.Berdasarkan LETAKNYA/PREDILEKSI

• Pneumonia LOBARIS
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen,
kemungkinan sekunder disebabkan oleh adanya obstruksi
bronkus misalnya pada aspirasi benda asing, atau adanya
proses keganasan. Sering pada pneumonia bacterial, jarang
pada bayi dan orang tua
• BRONKOPNEUMONIA (Pneumonia Lobularis)

Ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate pada


lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bacteri maupun virus.
Sering pada bayi dan orang tua
• Pneumonia INTERSTISIAL (Bronkiolitis)

Radang pada dinding alveoli (intertisium), peribronkhial dan


jaringan interlobular
PATOGENESIS DAN
inhalasi PATOLOGI

kolonisasi

Dalam keadaan sehat


PD

Tidak akan terjadi
Perluasan jar. pertumbuhan Mo di paru
Sekitar ↓
MEKANISME
PERTAHANAN
Saluran Pernapasan Atas
• Bulu hidung
• Lapisan mukus
• Gerakan silia
• Antibodi IgA dalam sekret mukosa saluran
pernapasan
• Enzim lisozim
• Reflek batuk
• Organ-organ sistem RES
Saluran Pernapasan Bawah
• Reflek epiglotis
• Gerakan silia
• Sekret
• Aliran limfe
• sel-sel fagosit
• Flora normal
inhalasi Ukuran droplet
KOLONISASI
BAKTERI PD SAL.
kolonisasi NAPAS
- Ukuran 10 µATAS
tidak
dapat melewati
↓ faring
- 3ASPIRASI
- 10 µ dapat
KE SAL.
berjalan
NAPAS sampai
BAWAH ke
saluran napas
↓ yang
besar
INOKULASI
- 0.5 – 3 µ dapat
PD ↓
mencapai sistem
INFEKSI
alveolaris  INFEKSI
Perluasan jar.
Sekitar
INFEKSI
↓ STADIUM I
KONGESTI
reaksi peradangan
( 4-12 JAM )

Dilatasi Dan Kongesti Kapiler

disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN, fibrin dan eksudasi
eritrosit

Konsolidasi
↓ STADIUM II
oDeposisi fibrin semakin bertambah HEPATISASI MERAH
( 48 JAM BERIKUTNYA )
oTerdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli
oTerjadi proses fagositosis yang cepat
STADIUM II ↓
HEPATISASI KELABU terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati,
( 3-8 HARI )
leukosit, dan alveolar makrofag

STADIUM III
RESOLUSI
( 8-11 HARI )
DIAGNOSIS

• Anamnesa

• Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium dan Radiologi )


Anamnesis

• Pasien mengeluh keadaan demam


• Menggigil
• Suhu tubuh meningkat sampai dapat > 40 derajat
• batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang
disertai darah
• sesak napas
• nyeri dada
Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan dada tergantung luas lesi di paru.


• Pada Inspeksi : Terlihat bagian dada yang sakit tertinggal waktu bernapas
• Pada palpasi : Fremitus dapat mengeras
• Pada perkusi : Redup
• Pada Auskultasi: Terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial, dapat
disertai ronkhi basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada
stadium resolusi.
Pemeriksaan Penunjang

• LABORATORIUM
- Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri;
- leukosit normal atau rendah  infeksi virus.
- mikoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosit,
orang tua, lemah.
- leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman
Gram negative atau S. Aureus pada pasien dengan keganasan dan gangguan
kekebalan
- peningkatan LED
- Kultur darah : dapat positif 20-25 % pada penderita yang tidak
diobati
- Analisis Gas Darah : menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
- Pemeriksaan Dahak, Kultur Darah dan Serologi (Untuk menentukan
diagnosis etiologi)
• GAMBARAN RADIOLOGI

Dengan foto toraks (posisi PA/Lateral) merupakan pemeriksaan


penunjang utama untuk menegakkan diagnosis.

Gambarannya berupa :

Dapat berupa infiltrate sampai konsolidasi dengan ‘air bronchogram’,


penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kaviti.
 Foto Toraks tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi.
Misalnya
- Gambaran pneumonia Lobaris sering disebabkan oleh Streptococcus pneumonia
- Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infilltrat bilateral atau
gambaran bronkopneumonia
- Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas
kanan.
KOMPLIKASI

• Efusi pleura

• Empiema

• Abses paru

• Pneumothoraks

• Gagal napas

• Sepsis
PENATALAKSANAAN

Pengobatan pada pneumonia terdiri dari pengobatan kausal dan suportif


 PENGOBATAN KAUSAL
tergantung mikroorganisme penyebab
 Bakteri, diberikan antibiotic spectrum luas yang kemudian sesuai hasil kultur diubah menjadi
spectrum sempit sesuai hasil mikroorganisme penyebab. Umumnya terapi diberikn selama 7-10 hati
 Viral, diberikan antiviral sesuai virus penyebab.
 Virus influenza  amantadin, rimantidin, oseltamivir, zanamivir
 Jamur, diberikan anti jamur sesuai dengan jamur penyebab
PENGOBATAN SUPORTIF
 Terapi O2, untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96% berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
 Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat disertai
nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkspasme
 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan napas
dalam
 Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan pernapasan
 Pengaturan cairan. Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia
 Pemberian kortikosteroid pada fase spsis berat perlu dilakukan
 Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamine, jika terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau
gagal ginjal prerenal
 Ventilasi mekanis. Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia adalah : -
Hipoksemia menetap walaupun telah diberika O2 100% dengan menggunakan masker – Gagal napas
yang ditandai oleh peningkatan CO2 didapat asidosis
 Drainase empiema bila ada
 Bila ada gagal napas, diberikan nutrisi yang cukup kalori terutama didapatkan dari lemak, hingga
dapat dihindari produksi CO2 yang berlebihan.
PENCEGAHAN

• Pneumonia Komunitas
Dianjurkan pemberian vaksinasi influenza dan pneumokokus pada orang dengan
resiko tinggi, dengan gangguan imunologi, penyakit berat termasuk penyakit paru
kronik, hati, ginjal dan jantung. Dan diberikan untuk penghuni rumah jompo dan
usia diatas 65 tahun.
• Pneumonia Nosokomial
Upaya program pengawasan dan pengontrolan infeksi pada rumah sakit dan
pembatasan pemakaian selang nasogastrik atau endotrakeal atau pemakaian obat
sitoprotektif sebagai pengganti antagonis H2 dan antasid
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai