Anda di halaman 1dari 20

Pandangan Pendidikan

Kewarganegaraan
terhadap Multikultural

Steven HTKT 1751004


Riana Lasut 1751058
Nia Laurenza 1751027
Lea Lestari 1751021
PENGERTIAN MASYARAKAT
MULTIKULTURALISME
A) J. S Furnival Masyarakat
multikultural merupakan masyarakat yang terdiri b. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan
atas dua atau lebih komunitas (kelompok) yang Merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah
secara kultural dan ekonomi terpisah-pisah serta komunitas etnik dengan kekuatan kompetitif tidak
seimbang, di mana salah satu kekuatan kompetitif yang
memiliki struktur kelembagaan yang berbeda- merupakan kelompok mayoritas memiliki kekuatan yang
beda satu sama lainnya. Menurut Furnival, lebih besar daripada kelompok lainnya.
berdasarkan susunan dan komunitas etniknya,
masyarakat majemuk dibedakan menjadi empat
c. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan
kategori sebagai berikut:
Yaitu yang di antara komunitas atau kelompok etnisnya
terdapat kelompok minoritas, tetapi mempunyai kekuatan
kompetitif di atas yang lain, sehingga kelompok tersebut
a. Masyarakat majemuk dengan kompetisi mendominasi bidang politik dan ekonomi.
seimbang
Merupakan masyarakat majemuk yang terdiri d. Masyarakat majemuk dengan fragmentasi
atas sejumlah komunitas atau etnik yang Yaitu masyarakat yang terdiri atas sejumlah besar komunitas
mempunyai kekuatan kompetitif yang kurang atau kelompok etnis dan tidak ada satu kelompok pun yang
lebih seimbang. Koalisi antar etnis diperlukan mempunyai posisi politik atau ekonomi yang dominan.
untuk membentuk suatu masyarakat yang stabil.
C) Nasikun
B) Pierre L Van den Berghe
 Masyarakat majemuk adalah masyarakat
Mengemukakan bahwa masyarakat majemuk
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: yang terdiri atas dua atau lebih tertib
sosial, komunitas, atau kelompok-
 a. Mengalami segmentasi ke dalam kelompok kelompok yang secara kultural, ekonomi,
subkebudayaan yang berbeda satu dengan
yang lain. dan politik terpisah-pisah (terisolasi), serta
memiliki struktur dan kelembagaan yang
 b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke berbeda-beda antara satu dan lainnya.
dalam lembagalembaga yang bersifat
nonkomplementer.
 c. Kurang mengembangkan konsensus di
antara para anggotaanggotanya terhadap
nilai-nilai yang bersifat dasar.
 d. Secara relatif seringkali mengalami konflik di D) Clifford Geertz
antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lain.  Masyarakat majemuk adalah masyarakat
 e. Secara relatif tumbuh integrasi sosial di atas
yang terbagi-bagi dalam beberapa
paksaan (coercion) dan saling subsistem yang beridiri sendiri dan terikat
ketergantungan di bidang ekonomi. dalam ikatan primordial
 f. Adanya dominasi politik oleh suatu
kelompok atas kelompok lain.
ASAL USUL MULTIKULTURALISME DI INDONESIA

Multikulturalisme lahir di wilayah Amerika


sebagai perwujudan dari adanya
posmodernisme. Multikulturalisme adalah varian Istilah multikulturalisme sering digunakan
teori perbedaan (West,1998, Collins; Lemert,1993) untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis
yang mengambil ide dari gagasan masyarakat yang berbeda dalam suatu negara.
posmodernisme bahwa perbedaan manusia Seperti yang ada pada negara kita Indonesia,
secara analitis adalah lebih penting ketimbang banyaknya jumlah etnis yang ada di Indonesia
kesamaan mereka (Spivak, 1988, Butler, 1990). tidak menjadikan berdirinya banyak negara yang
ada di atas tanah Indonesia. Karena hal itu
sudah diredam dengan suatu kaidah yang
mempersatukan semuanya, kaidah tersebut
Mengikuti Ferdinand de Sausure, seorang adalah bahasa Indonesia. Karena Bahasa
filosof barat yang bernama Derrida menekankan Indonesia merupakan bahasa pemersatu
bahwa kata dan konsep memiliki makna hanya puluhan etnis-etnis yang ada di Indonesia ini.
dalam kaitannya dengan kata dan konsep lain
yang membedakan mereka. Sedangkan paham
dari multikulturalisme mulai dari titik ini dan
seterusnya telah mengembangkan kritik
masyarakat dan juga konsep masyarakat
alternatif yang mana dilakukan secara mendasar
atau fundamental.
PERKEMBANGAN MASYARAKAT INDONESIA
YANG MULTIKULTURAL
 Kelompok Sosial Berdasarkan Ras  Kelompok Sosial Berdasarkan Suku Bangsa
Pola pergaulan di Indonesia tidak mengenal adanya Di Indonesia terdapat sekitar 300 suku bangsa dan
rasialisme atau superioritas satu ras di atas ras lainnya, menggunakan kurang lebih 250 bahasa daerah. Masing-
walaupun terdapat beberapa kelompok ras yang masing suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-
jumlahnya lebih banyak dari kelompok ras lainnya. beda, yang tercermin pada pola dan gaya hidup mereka
Namun, hal ini tidak berarti ras tersebut ditempatkan masing-masing. M.A Jaspan menyatakan bahwa
secara istimewa atau dianggap lebih unggul yang masyarakat Indonesia terdiri atas 366 suku bangsa.
akhirnya mengarah pada sikap rasialis yang Pernyataan ini menggunakan patokan atau kriteria yang
bertentangan dengan konspesi masyarakat majemuk. didasarkan pada bahasa, daerah, kebudayaan dan
susunan masyarakatnya.
 Kelompok Sosial Berdasarkan Perbedaan Agama
 Kelompok Sosial Berdasarkan Bahasa
Masyarakat Indonesia terbagi menjadi beberapa
Setelah melalui proses panjang, akhirnya individu kelompok sosial yang diikat oleh unsur-unsur religi.
maupun kelompok yang memiliki perbedaan- Sedikitnya terdapat lima kelompok religi yang jumlah
perbedaan tadi ternyata mampu menghasilkan suatu anggotanya cukup besar, yaitu Islam, Katolik, Protestan,
persamaan yang merupakan kekayaan bangsa Buddha dan Hindu. Yang paling besar adalah kelompok
Indonesia yang tidak ternilai, yaitu bahasa Indonesia. Hal muslim, mencapai 90% dari jumlah penduduk di Indonesia.
ini dapat terjadi karena bahasa-bahasa suku yang Selain itu, masih terdapat kelompok masyarakat yang
mereka miliki berasal dari satu rumun, yaitu kelurga menganut kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
bahasa Austronesia. Jadi, mereka dapat cukup mudah Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesi,
saling menerima dan mempelajari bahasa suku bangsa kebebasan beragama sesuai dengan keyakinan
lainnya dan menerima serta mempelajari bahasa baru agamanya masingmasing dijamin oleh negara.
seperti bahasa Indonesia.
5 Macam Multikultralisme
1.Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat di mana berbagai
kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam
interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
2.Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan
yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi
kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan
menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif
secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk
mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun
sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme
ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
3.Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural di mana kelompok-kelompok
kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya
dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang
secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk
mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan
kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan berusaha
menciptakan suatu masyarakat di mana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra
sejajar.
4.Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural di mana
kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan
kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan
dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.
5.Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama
sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi
terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam
percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan
kultural masing-masing.
Faktor Penyebab Terjadinya Masyarakat Multikultural
1. Keadaan geografis
Keadaan geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan ini merupakan faktor yang sangat besar
pengaruhnya terhadap tercapainya masyarakat yang multikultural. Indonesia terdiri dari banyak pulau.
Bentuk wilayah yang terpisah, se regional dapat mengakibatkan komunikasi antar wilayah terputus sehingga
setiap pulau berkembang sendiri – sendiri. Selain ituu adanya isolasi geografis karena antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain di pisahkan oleh hutan belantara dan pegunungan yang tinggi, sehingga akan
mengakibatkan masing – masing pulau yang terpisah akan mempunyai peradaban yang berbeda satu sama
lain.

2. Letak Indonesia
Letak Indonesia yang strategis diantara dua samudera yaitu samudera Hindia dan samudera Pasifik dan juga
terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia. Sehingga Indonesia sebagai jalur lintas
perdangangan internasional yaitu antara India, Cina dan Asia Tenggara. Kondisi strategis antara dua
samudera dan dua benua merupakan daya tarik tersendiri bagi bangsa – bangsa asing untuk datang,
singgah atau bahkan menetap di Indonesia. Ada yang datang untuk berdagang, ada yang dating untuk
menyebarkan agama yang di bawa.

3. Kondisi iklim dan struktur tanah.


Wilayah hidup suku – suku bangsa memperlihatkan variasi yang berbeda – beda. Ada komunitas yang
mengandalkan pada laut sebagai sumber kehidupannya. Ada juga sebagian yang mengandalkan sector
pertanian. Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah menciptakan dua macam kondisi ekologi yang
berbeda yakni daerah pertanian sawah ( wet rice cultication ) yang banyak di temui di Jawa dan Bali. Dan
daerah pertanian lading ( shifting cultivation ) yang banyak di temui di luar pulau Jawa.
4. Latar belakang sejarah.
Sejarah Indonesia pernah di jajah oleh bangsa asing menyebabkan banyak di antara para penjajah
yang berdomisili dan menetap di Indonesia, sehingga terjadilah amalgamasi dan asimilasi
kebudayaan. Oleh sebab itu, latar belakang sejarah mengakibatkan terjadilah diferensiasi ras,
agama dan kepercayaan yang berbeda – beda di Indonesia.

5. Keterbukaan terhadap budaya luar.


Pada zaman sekarang dapat kita jumpai masyarakat Indonesia semakin komplek dan beraneka
ragam. Hal ini tidak lepas dari pengaruh pembangunan dan era globalisasi yang semakin
mempermudah hubungan dan komunikasi. Sehingga hal ini mengakibatkan terjadinya
percampuran kebudayaan yang akan menjadi struktur budaya masyarakat Indonesia lebih
beragam.
APA SAJA DAMPAK
MULTIKULTURAL??

Kenyataan bahwa kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat


beraneka ragam. Hal itu dapat menimbulkan beberapa dampak positif dan
negatif pada perubahan kebudayaan dan kehidupan masyarakat.
Dampak positif itu diantaranya :

Keanekaragaman memberikan ruang bagi masyarakat untuk terbuka


dalam menjalin hubungan sosial maupun berbudaya.Memberkan
ikatan dan hubungan antar sesama.Dapat saling berbagi bersahabat
dan menghargai antar setiap budaya, tanpa adanya batasan-
batasan karena sebuah perbedaan.
Disamping itu keanekaragaman budaya ini
memiliki pengaruh negatif, diantaranya :

Rentan terhadap Konflik. Perbedaan nilai-nilai budaya dan norma dasar akan
sulit disesuaikan antara masing-masing agama, akan selalu bertentangan dan
ini akan memudahkan munculnya sebuah konflik.Munculnya sikap
etnosentrisme, yaitu sikap atau pandangan yang berpangkal pada
masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan
pandangan yang meremehkan masayarakat dan kebudayaan
lain.Munculnya sikap fanatisme dan ekstrim. Fanatisme atau fanatik adalah
suatu keyakinan yang kuat terhadap agama, kebuadayan, kelompok, dll.
Ekstrim adalah sangat kuat, keras yang solidaritas terhadap persamaan atau
kelompoknya sendiri.
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
James Banks (1994)

mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk people of


color. Artinya, pendidikan multikultural ingin mengeksplorasikan perbedaan
sebagai suatu keniscayaan (anugerah Tuhan/sunatullah). Selanjutnya
bagaimana masyarakat mampu menyikapi perbedaan tersebut dengan
penuh toleran dan semangat egaliter. Ruang pendidikan sebagai media
transfer of knowledge hendaknya mampu memberikan nilai-nilai
multikulturalisme dengan cara saling menghargai dan menghormati atas
realitas yang beragam, baik latar belakang maupun basis sosio-budaya yang
melingkupinya.
Pemikiran selanjutnya adalah tentang beberapa dimensi
pendidikan multicultural yang saling berkaitan yaitu:

pertama, content integration adalah mengintegrasikan berbagai budaya dan


kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori
dalam mata pelajaran atau disiplin ilmu.
Kedua, the knowledge construction process, yaitu membawa siswa untuk
memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran (disiplin).
Ketiga, an equity paedagogy, yaitu menyesuaikan metode pembelajaran
dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik
siswa yang beragam baik dari segi ras, budaya maupun sosial.
Keempat, prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa
dan menentukan metode pembelajaran. Kemudian melatih kelompok untuk
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seperti olah raga, seni, berinteraksi
dengan seluruh staf dan siswa yang berbeda etnis dan ras dalam upaya
menciptakan budaya akademik yang toleran dan inklusif (Mahfud, 2008).
PENDIDIKAN MULTIKULTURALISME

Pendidikan multikultural adalah proses penyadaran yang


berwawasan sosial edukatif mencakup keragaman hidup beragama,
sosial, ekonomi, dan budaya. Pendidikan ini harus dilihat sebagai
bagian dari usaha yang komprehensif untuk menanamkan
pemahaman nilai-nilai toleransi, empati, simpati dan solidaritas sosial
dalam kerangka hidup bersama dalam suatu komunitas masyarakat
multikultural. Sikap toleransi tidak mungkin tertanam dengan sendirinya
tanpa adanya usaha sadar untuk menginternalisasikannya dalam
bentuk sosialisasi yang terus menerus dalam pendidikan.
Menurut Paul Gorski (2000)
terdapat tujuan pendidikan multikultural yaitu mempengaruhi
perubahan sosial yang melibatkan tiga pokok transformasi
yaitu:pertama, transformasi diri, yang bertujuan mengenal identitas diri
merupakan “begining point”yang menghubungkan guru, siswa, dan
lingkungan yang menjadi pilar dasar dalam proses pembelajaran
yang menuntut pemahaman tentang seluk beluk materi yang
diajarkan. Kedua, sekolah dan persekolahan merupakan “point of
focus” untuk mengerti dan menghargai identitas etnik yang melekat
pada dirinya. Ketiga, transformasi masyarakat menuju pada
perkembangan identifikasi global yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memandang bagaimana sebagai bangsa
mereka membaur dalam masyarakat dunia.
Pendidikan Multikultural
memiliki dua Tujuan, antara
lain adalah:
Tujuan awal - merupakan tujuan sementara karena tujuan ini hanya berfungsi
sebagai perantara agar tujuan akhirnya dapat dicapai dengan baik. Tujuan
awal pendidikan multikultual yaitu membangun wacana pendidikan
multikulturan dikalangan guru, dosen, ahli pendidikan, pengambil kebijakan
dalam dunia pendidikan dan mahasiswa jurusan ilmu pendidikan maupun
mahasiswa umum.
Tujuan akhir - pendidikan multikultural ini adalah peserta didik tidak hanya
mampu memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya
akan tetapi juga diharapkan bahwa peserta didik akan mempunyai karakter
yang kuat untuk selalu bersikap demokratis, pluralis, dan humanis.
Pendidikan multikultural adalah proses penyadaran yang berwawasan sosial
edukatif mencakup keragaman hidup beragama, sosial, ekonomi, dan
budaya. Pendidikan ini harus dilihat sebagai bagian dari usaha yang
komprehensif untuk menanamkan pemahaman nilai-nilai toleransi, empati,
simpati dan solidaritas sosial dalam kerangka hidup bersama dalam suatu
komunitas masyarakat multikultural.

Anda mungkin juga menyukai