terkadang terdapat beberapa hambatan dalam masa perkembangannya. Kemungkinan penyebab terjadinya hambatan perkembangan belajar adalah terjadi gangguan perkembangan pada otaknya ( sistem saraf pusat ) pada masa prenatal, perinatal, dan selama satu tahun pertama. Adapun berbagai macam hambatan perkembangan yang menjadi sorotan akhir-akhir ini adalah disleksia. Disleksia merupakan bentuk gangguan belajar yang paling umum ditemukan. Istilah disleksia sering dipakai untuk menggambarkan semua aspek kesulitan membaca, menulis, mengeja, dan gabungan ketiganya. Disleksia pada awalnya diketahui pada orang dewasa pada akhir abad XIX, sedangkan pada anak dilaporkan pertama kali pada tahun 1896. Definisi Dalam buku How to Create A Smart Kids menjelaskan bahwa disleksi berasal dari kata Yunani, Dys (yang berarti “sulit dalam”) dan Lex (berasa dari Legein, yang berarti berbicara).Jadi disleksia berarti “kesulitan dengan kata-kata”. Artinya penderita ini memiliki kesulitan untuk mengenali huruf atau kata. Hal ini terjadi karena kelemahan otak dalam memproses informasi. Disleksi juga diartikan sebagai salah satu karakteristik kesulitan belajar pada anak yang memiliki masalah dalam bahasa tertulis, oral, ekspresif atau reseptif. Masalah yang muncul yaitu anak akan mengalami kesulitan dalam membaca, mengeja. Menurut DSM IV, disleksia adalah gangguan kemampuan membaca, meskipun penderita mempunyai intelegensia normal, tidak terdapat kecacatan fisik dan psikologis, dan mendapatkan pendidikan formal yang memadai. Epidemiologi Prevalensi disleksia di Amerika Serikat diperkirakan sebesar 5% sampai 17% pada anak usia sekolah dan 40% dengan kemampuan membaca sangat rendah. Beberapa penelitian yang mengikutkan populasi besar menunjukkan disleksia terjadi 2-3 kali lebih banyak pada laki-laki dibanding anak perempuan. 50% Orang tua yang menderita disleksia mempunyai anak disleksia dan 50% saudara kandung penderita mungkin menderita disleksia. Etiologi Disleksia diketahui sebagai gangguan yang diturunkan dan familial. Penurunannya terjadi secara autosomal dominan pada beberapa keluarga dan kemungkinan pembawa sifatnya adalah gen pada kromosom 15. Patofisiologi Disleksia dikarakteristikkan sebagai gangguan kemampuan membaca tanpa atau dengan masalah psikologi. Membaca merupakan proses yang berlangsung di daerah spasio- temporal, yang melibatkan pengkodean berurutan terhadap simbol-simbol visual. Kemampuan spasiotemporal seperti mendeteksi perubahan huruf-huruf mempunyai peranan yang penting dalam proses membaca. Pemeriksaan neurobiologik pada penderita disleksia menunjukkan adanya gangguan fungsi membaca pada bagian posterior hemisfer kiri, terutama di daerah temporo-parieto-oksipitalis Gyrus angularis merupakan bagian lobus parietalis posterior yang paling inferior, terletak tepat di belakang area Wernicke dan di sebelah posterior bergabung dengan area visual lobus oksipitalis. Bila daerah ini mengalami kerusakan sedangkan area Wernicke di lobus temporalis tetap utuh, pasien masih dapat menginterpretasikan pengalaman auditorik seperti biasanya, namun rangkaian pengalaman visual yang berjalan dari korteks visual ke area Wernicke benar-benar terhambat. Pada dasarnya, membaca terdiri dari 2 proses utama, yaitu pengkodean dan pemahaman. Pada penderita disleksia, terdapat defisit fonologis sehingga terjadi kegagalan dalam memisahkan fonem sebagai segmen dasar sebuah kata-tulis. Gambaran klinis 1. Kecepatan membaca yang lambat. 2. Keterlambatan membaca ini menyebabkan kesulitan untuk memahami apa yang telah dibaca, terutama ketika membaca kalimat yang panjang. 3. Kata-kata yang mengandung huruf mati, dibaca sangat lambat dan sering terjadi kesalahan membaca. 4. Pada kata yang sulit dibaca, anak-anak dengan gangguan membaca cenderung untuk membaca kata-kata lain dengan huruf yang mirip. Contoh gambaran klinis Diagnosis Disleksia merupakan diagnosis klinis. Diagnosis ditentukan berdasarkan riwayat penderita, pengamatan dan penilaian psikometri. Dasar diagnosis ICD-10 dan DSM-IV adalah gambaran klinis yang ditandai oleh kegagalan perkembangan proses membaca dan mengeja. Namun, penelitian terkini menunjukkan terdapat 3 kelainan yang terpisah, yaitu 1) kombinasi gangguan membaca dan mengeja atau disleksia, 2) gangguan membaca, dan 3) gangguan mengeja Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan disleksia terdiri atas menentukan kelainan serta memberi pengetahuan kepada orang tua dan guru. b. Penatalaksanaan tergantung pada beratnya disleksia dan kelainan psikologis lain yang menyertai. c. Medikamentosa tidak bermanfaat untuk disleksia. Prognosis Prognosis tergantung pada tingkat keparahan disleksia, kekuatan dan kelemahan penderita, intensitas, serta waktu dan kecepatan terapi. Terapi harus berlangsung intensif dan dalam waktu yang cukup untuk mendapatkan efek positif. Identifikasi yang lebih awal dan penatalaksanaannya merupakan kunci untuk membantu anak-anak disleksia, karena anak-anak 8 tahun atau lebih muda lebih mungkin menunjukkan perbaikan. Penutup
Disleksia adalah gangguan kemampuan membaca dan mengeja;
tetapi penderita mempunyai intelegensia normal, tidak terdapat kecacatan fisik dan psikologis, dan mendapatkan pendidikan formal yang memadai. Gambaran klinis yang ditandai oleh kegagalan perkembangan proses membaca dan mengeja. Terdapat 3 kelainan yang terpisah, yaitu 1) kombinasi gangguan membaca dan mengeja atau disleksia, 2) gangguan membaca dan 3) gangguan mengeja. Daftar pustaka Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. EGC. 2013: 453-461. Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. 2008 : 290 Sherwood, L. Fisiologi Kedokteran dari Sel ke Sistem. EGC. 2012: 163. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. 2008 : 755 Kawuryan & Rahardjo (2012). Pengaruh Stimulasi Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca pada Anak Disleksia.