Anda di halaman 1dari 15

1.

ALMAS AMALUL FASHA 170105005


2. ERIC FAJAR JULIANZYAH 170105021
3. FASIKHATUL QOMARIYAH 170105025
4. RULIF ALI WINARTO 170105060
5. TRIANA NUR SAFITRI 170105063
Kelarutan
Kelarutan juga sangat berpengaruh terhadap
“perjalanan” obat di dalam tubuh. Jika obat tidak dapat
larut dalam air maka akan sangat sulit baginya untuk
terdisolusi dari sediaannya. Sedangkan jika tidak
mampu melarut dalam lipid maka akan terhambat
proses absorbsinya. Dengan demikian obat seharusnya
memiliki kedua sifat baik lipofil maupun hidrofil.
Teori kelarutan dlm Farmasi, berkaitan dengan:
• Pembuatan sediaan farmasi; injeksi, tetes mata,
potio dan aerosol
• Proses pemurnian
• Memberikan informasi ttg sifat fisika kimia obat,
adanya interaksi antar komponen obat, lipofilisitas,
rancangan obat (Log P)
• Proses disolusi dan absorbsi obat
• Gambaran profil farmakokinetika obat
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat

Sangat mudah larut Kurang dari 1

Mudah larut 1 sampai 10

Larut 10 sampai 30

Agak sukar larut 30 sampai 100

Sukar larut 100 sampai 1000

Sangat sukar larut 1000 sampai10.000

Praktis tidak larut Lebih dari 10.000


DISOLUSI
 Disolusi merupakan suatu proses dimana suatu bahan
kimia atau obat menjadi terlarut dalam suatu pelarut
(Shargel, 2004).
 Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses
melarutnya suatu solid.
 Bentuk sediaan farmasetik padat terdispersi dalam
cairan setelah dikonsumsi seseorang kemudian akan
terlepas dari sediaannya dan mengalami disolusi
dalam media biologis, diikuti dengan absorpsi zat
aktif ke dalam sirkulasi sistemik dan akhirnya
menunjukkan respons klinis (Siregar, 2010).
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DISOLUSI
a. Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikakimia
Sifat sifat fisikokimia zat aktif memiliki peranan dalam
pengendalian disolusinya dari bentuk sediaan. Kelarutan zat
aktif
dalam air diketahui sebagai salah satu dari berbagai faktor
yang
menentukan laju disolusi (Siregar, 2010).
Faktor ini meliputi :
1. Efek kelarutan obat. Kelarutan obat dalam air merupakan
2. faktor utama dalam menentukan laju disolusi. Kelarutan
yang besar
3. menghasilkan laju disolusi yang cepat.
4. Efek ukuran partikel. Ukuran partikel berkurang dapat
memperbesar luas permukaan obat yang berhubungan
dengan medium, sehingga laju disolusi meningkat.
(Shargel dan Andrew, 1988)
b) Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan.
Faktor yang berkaitan dengan sediaan meliputi :
1. Efek formulasi. Laju disolusi suatu bahan obat dapat
dipengaruhi bila dicampur dengan bahan tambahan.
Bahan pengisi, pengikat dan penghancur yang bersifat
hidrofil dapat memberikan sifat hidrofil pada bahan obat
yang hidrofob, oleh karena itu disolusi bertambah,
sedangkan bahan tambahan yang hidrofob dapat
mengurangi laju disolusi
2. Efek faktor pembuatan sediaan.
Metode granulasi dapat mempercepat laju disolusi obat-
obat yang kurang larut. Penggunaan bahan pengisi yang
bersifat hidrofil seperti laktosa dapat menambah
hidrofilisitas bahan aktif dan menambah laju disolusi
(Shargel dan Andrew, 1988)
c. Faktor yang berkaitan dengan bentuk sediaan.
Faktor yang berkaitan dengan bentuk sediaan
solid yang mempengaruhi proses disolusi meliputi
metode granulasi atau prosedur pembuatan, ukuran
granul, interaksi zat aktif dan eksipien, pengaruh gaya
kempa, pengaruh penyimpanan pada laju disolusi
(Siregar, 2010).
d. Faktor yang berkaitan dengan alat disolusi
1. Tegangan permukaan medium disolusi
2. Viskositas medium
3. pH medium disolusi.
e. Faktor yang berkaitan dengan parameter uji
Beberapa faktor parameter uji disolusi
mempengaruhi karakteristik disolusi zat aktif. Faktor
tersebut seperti sifat dan karakteristik media disolusi,
pH, lingkungan dan suhu sekeliling telah mempengaruhi
daya guna disolusi suatu zat aktif (Siregar, 2010).
Media disolusi
 Air Suling
Pelarut air digunakan untuk uji penetapan pelarutan beberapa tablet.
Pengujian menggunakan cairan air memberikan hasil yang sangat berbeda
dengan cairan fisiologik, terutama untuk senyawa ionik yang sangat dipengaruhi
oleh pH.
 Larutan Ionik
Larutan ionik banyak digunakan untuk menyesuaikan pH organ tubuh :

 Larutan asam (pH 1,2)


Dibuat dari asam klorida encer baik ditambah atau tidak ditambah
dengan larutan natrium atau kalium klorida, sehingga pH cairan mendekati
komposisi cairan lambung.
 Larutan dapar alkali (pH 7-8)
Paling sering digunakan untuk meniru pH usus dalam pengujian
sediaan dengan aksi diperpanjang atau aksi terjaga setelah melewati cairan yang
asam.
 Alat 1 (Metode Basket)
Alat terdiri atas wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan
transparan lain yang inert, dilengkapi dengan suatu motor atau alat penggerak.
Wadah tercelup sebagian dalam penangas sehingga dapat mempertahankan suhu
dalam wadah 37° ± 0,5° C selama pengujian berlangsung. Bagian dari alat
termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan,
goncangan, atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat
pengaduk. Wadah disolusi dianjurkan berbentuk silinder dengan dasar setengah
bola, tinggi 160-175 mm, diameter dalam 98-106 mm, dengan volume sampai 1000
ml. Batang logam berada pada posisi tertentu sehingga sumbunya tidak lebih dari
2 mm, berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat
pengatur mempertahankan kecepatan alat.
2. Alat 2 (Metode Dayung)
Sama seperti alat 1, tetapi pada alat ini digunakan
dayung yang terdiri atas daun dan batang sebagai pengaduk.
Batang dari dayung tersebut sumbunya tidak lebih dari 2 mm
dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Jarak
antara daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan
selama pengujian berlangsung. Daun dan batang logam yang
merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut
inert yang sesuai. Sediaan dibiarkan tenggelam ke dasar
wadah sebelum dayung mulai berputar. (Ditjen POM, 1995)

Anda mungkin juga menyukai