Anda di halaman 1dari 62

DISKUSI TOPIK

INFEKSI
KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019

OLEH:
RISSA RIZKIIA Z
NIM: 41181396100037
LAPORAN KASUS 1
– Identitas Pasien
• Nama : Ny. R
• Jenis kelamin : Perempuan
• No. RM : 01689417
• Usia : 30 tahun
• Pekerjaan : Ibu rumah tangga
• Agama : Islam
• Status nikah : janda
• Alamat : Kp Cikarae RT/Rw 5/2 Bintangsari Cipanas, Lebak
• Tanggal masuk RS : 30 April 2019
ANAMNESIS
• Keluhan Utama
• Sakit kepala sejak 2 bulan ini
• Riwayat Penyakit Sekarang
• 2 bulan smrs, pasien mengeluh sakit kepala hebat seluruh bagian kepala seperti ditusuk, dan
dirasakan sakit kepala tersebut hilang timbul. Sakit kepala dirasakan saat sedang istirahat dan hanya
meminum obat luar kemudian keluhan membaik sebentar. Keluhan Pusing berputar tidak ada.
• 2 minggu smrs, pasien masih mengeluh nyeri kepala yang semakin berat hingga tidak bisa
beraktivitas. Kemudian timbul sariawan dan membrane putih di mulut sehingga sulit menelan. Pasien
juga tidak mau makan sehingga merasa badan lemas. Keluhan lain adanya muntah menyemprot, demam
menggigil di malam hari serta kelemahan kedua anggota gerak atas dan bawah.
• 1 minggu smrs, pasien dibawa ke puskesmas dan dirawat selama 4 hari kemudian ke RS Rangkas
dan dirawat juga selama 4 hari dengan keluhan demam tetapi tidak ada perbaikan. Keluhan sakit kepala
masih dirasakan.
• 1 hari smrs, pasien tiba-tiba badan panas dingin tetapi tidak diukur suhunya serta sakit kepala
yang semakin memberat. Kemudian pasien dibawa ke RS UIN dan RS sari asih dilakukan Ct-Scan tetapi
tidak dijelaskan mengenai diagnosis penyakit, selanjutnya pasien dirujuk di IGD RSUP fatmawati.
Keluhan kejang disangkal.
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien belum pernah mengalami keluhan sakit kepala menetap sebelumnya. Pasien
memiliki riwayat batuk lama 7 bulan yang lalu. Hipertensi, DM, Kolesterol tinggi
disangkal. Pasien pernah jatuh dari kamar mandi 5 bulan yang lalu tetapi masih bisa
berjalan. Riwayat gigi berlubang tidak ada, riwayat sakit pada telinga tidak ada. Riwayat
stroke sebelumnya disangkal.
• Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat darah tinggi, gula darah tinggi, kolesterol, penyakit jantung, dan penyakit
ginjal di keluarga disangkal. Keluhan bicara pelo dan kelemahan anggota badan
mendadak pada keluarga disangkal.riwayat radang otak di keluarga disangkal.
• Riwayat Kebiasaan dan Sosial
• Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, seorang janda ditinggal suami karena
meninggal dunia. Saat ini pasien belum mepunyai anak.
PEMERIKSAAN FISIK

• Status Generalis
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : E2M4V2
• Tekanan darah : 128/84mmHg
• Nadi : 82 kali/menit
• Pernapasan : 24 kali/menit
• Suhu : 36.5 °C
• Kepala
• Normosefali, rambut hitam ikal, distribusi tidak merata.
• Mata
• Inspeksi : Konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-), endoftalmus (-)/(-), eksoftalmus (-)/(-),
edema palpebra (-)/(-), pupil bulat isokor dengan diameter 3mm/3mm, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+)
• Telinga
• Normotia, hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), sekret (-)/(-)
• Hidung
• Deformitas (-), kavum nasi lapang, sekret (-)/(-), deviasi septum (-)/(-)
• Tenggorokan danRongga Mulut
• Suara napas stridor (-)
• Buccal : terdapat krusta kehitaman
• Leher
• Inspeksi : Bentuk simetris, warna normal, penonjolan vena jugularis (-), benjolan (-), retraksi
suprasternal (-), tidak tampak perbesaran KGB.
• Palpasi : Pulsasi arteri carotis normal, perbesaran kelenjar tiroid (-), posisi trakea ditengah.
• Auskultasi : Bruit (-)
• Paru
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris saat statis maupun dinamis
• Palpasi : Massa (-)/(-), ekspansi dada simetris, pelebaran sela iga (-)/(-)
• Perkusi : Sonor (+)/(+)
• Auskultasi :Vesikuler (+)/(+), ronkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-)
• Jantung
• Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V linea midklavikula sinistra
• Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternal dekstra, batas jantung kiri pada ICS V linea
midclavicula sinistra
• Auskultasi : BJ I / II reguler, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen
• Inspeksi : Perut datar, simetris kanan dan kiri
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
• Perkusi : Timpani
• Ekstremitas
• Akral hangat (+)/(+), sianosis (-)/(-), CRT <2 detik / <2 detik, edema (-)/(-)
STATUS NEUROLOGIS
• GCS E2M4V2
• Pupil bulat isokor diameter 3 mm/3 mm

• Tanda Rangsang Meningeal
• Kaku kuduk :+
• Laseque : >70 °/>70°
• Kernig : >135 °/>135°
• Brudzinski I : -/-
• Brudzinski II : -/+
• Nervus Kranialis
– Kanan Kiri

• N. I TVD TVD

• N. II
• Ascies Visus TVD TVD
• Visus Campus TVD TVD
• Melihat Warna TVD TVD
• Funduskopi Tidak dilakukan
• N. III, IV, VI
• Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia
• Pergerakan bola mata
• - Ke nasal TVD TVD
• - Ke temporal TVD TVD
• - Ke nasal atas TVD TVD
• - Ke nasal bawah TVD TVD
• - Ke temporal atas TVD TVD
• - Ke temporal bawah TVD TVD
• Eksoftalmus (-) (-)
• Nistagmus (-) (-)
• Pupil Isokor Isokor
• Bentuk Bulat Bulat
• Refleks cahaya langsung (+) (+)
• Refleks cahaya tidak langsung (+) (+)
• Konvergensi TVD TVD
• Dolls eye (+)
• N.V
• Cabang Sensorik
• - Oftalmika TVD TVD
• - Maxilla TVD TVD
• - Mandibula TVD TVD
• N.VII
• Motorik orbitofrontal Kesan tidak ada paresis
• Motorik orbicularis orbita Kesan tidak ada paresis
• Motorik orbicularis oris Kesan paresis sinistra sentral
• Pengecap lidah Tidak dilakukan
• Kesan paresis N.VII sentral dextra
• N.VIII
• Nistagmus (-) (-)
• Tes gesekan jari TVD TVD
• N. IX, X
• Uvula TVD TVD
• Arcus faring TVD TVD
• Palatum molle TVD TVD

• N.XI
• Angkat bahu Tidak dilakukan
• Menoleh Tidak dilakukan

• N.XII
• Saat statis tidak ada deviasi
• Menjulurkan lidah TVD TVD
• Atrofi (-) (-)
• Fasikulasi (-) (-)
• Tremor (-) (-)
• Kesan tidak ada paresis N.XII

• Refleks Fisiologis
• Refleks biseps +2 +2
• Refleks triseps +2 +2
• Refleks patella +3 +3
• Refleks achilles +3 +3

• Refleks Patologis
• Babinski (+) (+)
• Chaddock (-) (-)
• Oppenheim (-) (-)
• Gordon (-) (-)
• Gonda (-) (-)
• Schaeffer (-) (-)
• Klonus patella (-) (-)
• Klonus ankle (+) (+)
• Sistem Motorik
Sistem Sensorik
• Kesan hemiparesis sinistra
Proprioseptif : Tak valid dinilai
• Gerakan Involunter Eksteroseptif : tak valid dinilai
• Tremor :-/-
• Chorea : -/- Fungsi Otonom
• Atetose : -/- Miksi : Baik on DC
Defekasi : Baik
• Mioklonik : -/-
Sekresi keringat : Baik
• Tics : -/-
• Trofi : eutrofi/eutrofi
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Laboratorium
CT SCAN
• Kesan :
• Edema vasogenik kedua intraserebri dan
abses multiple di ganglia basalis bilateral,
thalamus kanan dan substansia alba kanan-
kiri
• Meningo-enchepalitis ec passinusitis sinus
paranasalis dan mastoiditis sinistra ec susp
non TB dd/TB

TORAKS FOTO •

Kesan :
Jantung

• Jantung kesan sedikit membesar
• Tepi kontur jantung tampak berbatas tegas
• Sinus dan diafragma normal
• Kesan: pembesaran jantung ec efusi pericardial ringan

• Paru
• Hilus kabur
• Corakan paru bertambah
• Tampak perbercakan lunak dikedua paru, fissure minor
kanan menebal
• Peribronchial tramline +
• Cuffing +
• Kesan: susp. TB Paru aktif Dd/Pneumonia akut bilateral
RESUME
• Ny M 30 tahun datang dengan keluhan sakit kepala sejak 2 bulan SMRS, pasien mengalami sakit
kepala hebat seluruh bagian kepala seperti ditusuk, dan dirasakan sakit kepala tersebut hilang
timbul. Keluhan lainnya berupa badan panas dingin, timbulnya sariawan dan membrane putih di
mulut sehingga sulit menelan. adanya muntah menyemprot, demam menggigil di malam hari
serta kelemahan kedua anggota gerak atas dan bawah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS
E2M4V2, pada bibir terdapat krusta kehitaman, kaku kuduk (+), brudzinzky II (+), kesan paresis
N.VII sentral sinistra, motorik kesan hemipareses sinistra. babinsky (+/+), Klonus Achilles (+).
Dengan pemeriksaan penunjaang CD4 menurun dan CD8 meningkat. Hasil CT scan
menunjukkan edema vasogenik kedua intraserebri dan abses multiple di ganglia basalis bilateral,
thalamus kanan dan substansia alba kanan-kiri dan foto toraks kesan pembesaran jantung dan
susp TB paru aktif.
DIAGNOSIS
• Diagnosis klinis : chepalgia, demam, vomiting, tanda rangsang meningeal +, Hemiparese
sinistra, paresis nervus VII sentral sinistra

• Diagnosis Etiologi : Infeksi

• Diagnosis Topis : ganglia basalis bilateral, thalamus kanan dan


• substansia alba kanan-kiri

• Diagnosis Patologis : Inflamasi

• Diagnosis Kerja :
• ME TB dd/ toksoplasma ensefalitis
• Susp/ herpes simpleks
• Susp TB paru dd/Pneumonia
TATALAKSANA
• Medikamentosa Non-Medikamentosa
• Paracetamol 3x500 mg Head up 30 derajat
Tirah baring
• Sucralfate 3x 15 cc Asupan nurtisi cukup
• NAC 3x 200 mg Konsultasi penyakit dalam
Konsultasi rehabilitasi medik
• KSR 2x1 tab Konsultasi spesialis paru
• Ceftriaxone 3x2 mg IV
• Omeprazole 1x40 mg IV Rencana Diagnostik
MRI
• Nacl 0,9% 2x 500cc IgG anti toxoplasma aviditas
• Dexametason 2x 5 mg Sputum BTA
PROGNOSIS

• Ad vitam : Dubia ad malam


• Ad functionam : Dubia ad malam
• Ad sanationam : Dubia ad malam

LAPORAN KASUS 2
– Identitas Pasien
• Nama : Tn. JF
• Jenis kelamin: Laki-laki
• No. RM : 01210913
• Usia : 63 tahun
• Pekerjaan : Tidak bekerja
• Agama : Islam
• Status nikah : Bercerai
• Alamat : Perdagangan I no 21 RT/RW4/7 Bintaro
• Tanggal masuk RS : 04 Mei 2019
ANAMNESIS
• Keluhan Utama
• Kejang 10 jam smrs
• Riwayat Penyakit Sekarang
• 8 jam smrs, pasien kejang setelah terbentur di bagian kepala di kamar mandi. Pasien
sempat duduk sebentar kemudian timbul kaku pada tangan dan kaki kemudian kejang. Posisi
tangan saat kejang yaitu tangan kiri lurus ke atas, tangan dan kaki lurus kedepan. Pasien sempat
berbusa pada mulut saat kejang dan bicara mulai kacau. Saat kejang, pasien tidak mampu
bergerak. Keluhan lainnya disertai muntah tetapi tidak menyemprot Mata mendelik keatas dan
pingsan disangkal. Kemudian dibawa oleh keluarga ke RS suyoto dan diberikan penanganan
setelah itu di rujuk ke RSUP fatmawati. 2 bulan ini pasien merasakan keringat dingin di malam
hari.
• 2 jam smrs, pasien merasa kesemutan, mulai cadel dan pelo, bibir mencong dan anggota
gerak masih kaku. Demam, sakit kepala, baal, kelemahan anggota tubuh, jalan sempoyongan,
pilek, nyeri menelan, gangguan naik turun tangga disangkal. Pasien merasa berat badan menurun
sejak januari terakhir berat badan di ukur 49 kg dari 52 kg.
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien belum pernah mengalami keluhan kejang sebelumnya.pasien mempunyai riwayat
hipertensi tidak terkontrol. 30 tahun yang lalu pasien pernah lumpuh total akibat sering
mengangkat billiar kemudian Pasien melakukan terapi selama 1 tahun dan sudah bisa berjalan.
Pada tahun 2015, pasien pernah dirawat di Rs polri karena penyakit paru sehingga dilakukan
operasi pemasangan alat berupa selang pada bagian dada. Pasien juga pernah riwayat batuk lama
dan minum obat OAT selama 3 bulan. Batuk saat itu dahak bewarna putih. Alergi obat tidak
ada. Keluhan stroke, operasi kepala, keluar cairan ditelinga, jantung, kolesterol, diabetes mellitus
disangkal .
• Riwayat Penyakit Keluarga
• Orang tua pasien meninggal akibat demensia. Paman pasien meninggal akibat DM, adik
pasien mennggal stroke dan narkoba.
• Riwayat Kebiasaan dan Sosial
• Pasien sudah tidak bekerja, sudah bercerai dengan istri dan tinggal bersama 1 anak di rumah
kontrakan. Pasien merokok sejak SMP sebanyak 1 bungkus per hari dan terakhir mengkonsumsi
sebelum masuk IGD. Selama 31 tahun pasien suka minum alcohol dan mengkonsumsi sabu dan
ectasy dengan frekuensi 2-3x per minggu. Riwayat seks bebas +.
STATUS GENERALIS
• Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
• Kesadaran : E4M6V5
• Tekanan darah : 100/90mmHg
• Nadi : 84 kali/menit
• Pernapasan : 22 kali/menit
• Suhu : 36.5 °C
PEMERIKSAAN FISIK
• Kepala
• Normosefali, rambut hitam beruban, distribusi merata.
• Mata
• Inspeksi : alis mata cukup, beruban, Konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-), endoftalmus (-)/(-),
eksoftalmus (-)/(-), edema palpebra (-)/(-), pupil bulat isokor dengan diameter 4mm/4mm, RCL (+)/(+),
RCTL (+)/(+)
• Telinga
• Normotia, hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), sekret (-)/(-)
• Hidung
• Inspeksi : Deformitas (-), kavum nasi lapang, sekret (-)/(-), deviasi septum (-)/(-). Edema(-)/(-).
• Palpasi : nyeri tekan (-)
• Tenggorokan dan Rongga Mulut
• Buccal: warna normal, ulkus (-)
• Tonsil T1/T1, kripta (-)/(-), detritus (-)/(-)
• Dinding farimg licin, hiperemis (-)/(-), post nasal drip (-)

• Leher
• Inspeksi : Bentuk simetris, warna normal, penonjolan vena jugularis (-), benjolan (-),
retraksi suprasternal (-), tidak tampak perbesaran KGB.
• Palpasi : Pulsasi arteri carotis normal, perbesaran kelenjar tiroid (-), posisi trakea ditengah.
• Auskultasi : Bruit (-)

• Paru
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris saat statis maupun dinamis. Penggunaan otot
bantu napas (-)/(-), barrel chest (-)/(-)
• Palpasi : Massa (-)/(-), ekspansi dada simetris, pelebaran sela iga (-)/(-)
• Perkusi : Sonor (+)/(+)
• Auskultasi :Vesikuler (+)/(+), ronkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-)

• Jantung
• Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V linea midklavikula sinistra
• Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternal dekstra, batas jantung kiri pada
ICS V linea midclavicula sinistra
• Auskultasi : BJ I / II reguler, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen
• Inspeksi : Perut datar, simetris kanan dan kiri, bekas operasi +
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
• Perkusi : Timpani
• Ekstremitas
• Akral hangat (+)/(+), sianosis (-)/(-), CRT <2 detik / <2 detik, edema (-)/(-), jari tabuh (-)/(-)
STATUS NEUROLOGIS
• GCS E4M6V5
• Pupil: bulat isokor diameter 4 mm/4 mm, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+)

• Tanda Rangsang Meningeal
• Kaku kuduk : - ( kuduk kaku)
• Laseque : >70 °/>70°
• Kernig : >135 °/>135°
• Brudzinski I : -/-
• Brudzinski II : -/+
NERVUS KRANIALIS
• Kanan Kiri
• N. I Normosmia Normosmia

• N. II
• Ascies Visus 3/60 ( terbatas ruangan) 3/60
• Lapangan pandang sama dengan pemeriksa
• Funduskopi Tidak dilakukan
• N. III, IV,VI
• Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia
• Pergerakan bola mata
• - Ke nasal normal normal
• - Ke temporal normal normal
• - Ke nasal atas normal normal
• - Ke nasal bawah normal normal
• - Ke temporal atas normal normal
• - Ke temporal bawah normal normal
• Eksoftalmus (-) (-)
• Nistagmus (-) (-)
• Pupil Isokor Isokor
• Bentuk Bulat Bulat
• Refleks cahaya langsung (+) (+)
• Refleks cahaya tidak langsung (+) (+)
• akomodasi normal normal

• N.V
• Cabang motoric normal normal
• Cabang Sensorik
• - Oftalmika normal normal
• - Maxilla normal normal
• - Mandibula normal normal
• Reflex kornea normal normal
• N.VII
• Motorik orbitofrontal Kesan tidak ada paresis
• Motorik orbicularis orbita Kesan tidak ada paresis
• Motorik orbicularis oris Kesan tidak paresis
• Pengecap lidah Tidak dilakukan
• N.VIII
• Nistagmus (-) (-)
• Tes gesekan jari normal normal
• N. IX, X
• Uvula normal normal
• Arcus faring normal normal
• Palatum molle normal normal
• Reflex Muntah +/+

• N.XI
• Angkat bahu Tidak dilakukan
• Menoleh Tidak dilakukan

• N.XII
• Saat statis tidak ada deviasi
• Menjulurkan lidah kesan tidak paresis

• Atrofi (-) (-)


• Fasikulasi (-) (-)
• Tremor (-) (-)
• Kesan tidak ada paresis N.XII
• Refleks Fisiologis
• Refleks biseps +4 +3
• Refleks triseps +3 +3
• Refleks patella +2 +2
• Refleks achilles +2 +2

• Refleks Patologis
• Babinski (-) (-)
• Chaddock (-) (-)
• Oppenheim (-) (-)
• Gordon (-) (-)
• Gonda (-) (-)
• Schaeffer (-) (-)
• Klonus patella (-) (-)
• Klonus ankle (-) (-)
• Sistem motoric
• 5555 5555 Sistem Sensorik
Proprioseptif : normal
Eksteroseptif : normal
• 5555 5555

• Gerakan Involunter Fungsi Otonom


• Tremor :-/- Miksi : Baik
• Chorea : -/- Defekasi : inkontinensia alvi
• Atetose : -/-
Sekresi keringat : Baik
• Mioklonik : -/-
• Tics : -/-
• Trofi : eutrofi/eutrofi
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• laboratorium
CT SCAN KEPALA
• CT SCAN Kepala Axial dan Coronal
• Kesan :
• Area hipodens di subkortikal lobus parietooksipital kanan
dengan perifokal edema, DD/infeksi
• Infark lacunar di thalamus kiri
• Leukoensepalopati periventrikel lateralis bilateral
• Atrofi serebri
• Sinusitis maksilaris kanan
• Mastoidits kiri
MRI
KESAN MRI

• Multiple lesi pada lobus oksipital kanan, dengan komponen darah, dengan perifokal edema,
menyangat pasca kontras yang pada MRS sesuai lesi metastasis dan nodul kecil –kecil yang
menyangat pasca kontras di lobus frontal kanan dan lobus oksipital bilateral
• Microbilled multiple di basal ganglia bilateral, periventrikel lateralis dan lobus parietal bilateral
• Deep white matter ischemic disease di peri venrikel lateralis white matter lobus bi parietal
(fazekas 3)
RESUME
• Tn. JF 63tahun datang dengan keluhan kejang 10 jam smrs. Terdapat kaku pada
tangan dan kaki. Posisi tangan saat kejang yaitu tangan kiri lurus ke atas, tangan
dan kaki lurus kedepan. Pasien sempat berbusa pada mulut saat kejang dan
bicara mulai kacau. Keluhan lainnya disertai muntah tetapi tidak menyemprot.
Merasa kesemutan, mulai cadel dan pelo, bibir mencong, dan berat bdan
menurun. Pasien memiliki riwayat lumpuh total, batuk lama dan penyakit paru.
Pasien suka konsumsi alcohol, narkoba dan seks bebas.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan kuduk kaku, brudzinski kiri +. Pada
pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium anemia, hematokrit meningkat,
eritrosit menurun. Hasil pemeriksaan HV negative. Hasil CT scan hipodens di
subkortikal lobus parietooksipital kanan dengan perifokal edema,Infark lacunar
di thalamus kiri, leukoensepalopati periventrikel lateralis bilateral, atrofi serebri,
sinusitis maksilaris kanan, dan mastoidits kiri
DIAGNOSIS
• Diagnosis klinis : kejang, vomiting, tanda rangsang meningeal +,
• Diagnosis Etiologi : Infeksi
• Diagnosis Topis : subkortikal lobus parietooksipital kanan
• Diagnosis Patologis : Inflamasi
• Diagnosis Kerja :
• ME susp TB dd/ SOL IK
TATALAKSANA
• Medikamentosa Rencana Diagnostik
• Depacote 1x500 mg
1. MRI
• Nacl 0.9% 2x500 cc IV
• Ceftriaxone 2x 2 gram IV 2. IgG anti toxoplasma aviditas
• Dexametason 4x5 mg IV 3. Sputum BTA
• Omeprazole 2x 40 mg IV 4. Gen expert MTB
• Diazepam 1 amp (jika kejang)

1. Prognosis
• Non-Medikamentosa
• Head up 30 derajat Ad vitam : Dubia ad bonam
• Tirah baring Ad functionam : Dubia ad malam
• Asupan nurtisi cukup Ad sanationam : Dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

• Meningitis adalah inflamasi pada meninges yang melapisi otak dan medula spinalis. Definisi lain
menyebutkan meningitis adalah sindrom klinis yang ditandai dengan peradangan pada meninges,
yaitu lapisan membran yang melapisi otak dan sumsum tulang belakang.

• Ensefalitis adalah suatu penyakit demam akut dengan kerusakan jaringan parenkim system saraf
pusat yang menimbulkan kejang, kesadaran menurun, atau tanda-tanda neurologis fokal.
Ensefalitis suatu radang pada jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus jamur dan
protozoa.
FAKTOR RESIKO
• Faktor resiko terjadinya meningitis :2
• Usia, biasanya pada usia < 5 tahun dan > 60 tahun
• Imunosupresi atau penurunan kekebalan tubuh
• Diabetes melitus, insufisiensi renal atau kelenjar adrenal
• Infeksi HIV
• Anemia sel sabit dan splenektomi
• Alkoholisme, sirosis hepatis
• Talasemia mayor
• Riwayat kontak yang baru terjadi dengan pasien meningitis
• Defek dural baik karena trauma, kongenital maupun operasi
• Ventriculoperitoneal shunt
KLASIFIKASI MENINGITIS
Ada dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak

• Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel Klasifikasi meningitis berdasarkan etiologi
dan protein yang meninggi disertai cairan
menurut jenis kuman mencakup sekaligus
serebrospinal yang jernih. Penyebab yang
kausa meningitis, yaitu :1
paling sering dijumpai adalah kuman
Tuberculosis dan virus. 1. Meningtis virus

• Meningitis purulenta atau meningitis bakteri 2. Meningitis bakteri


adalah meningitis yang bersifat akut dan
menghasilkan eksudat berupa pus serta 3. Meningitis spiroketa
bukan disebabkan oleh bakteri spesifik
4. Meningitis fungus
maupun virus.
5. Meningitis protozoa dan

6. Meningitis metazoa
ANATOMI DAN FISIOLOGI
meningens

• Meninges merupakan selaput atau membran yang terdiri dari jaringan ikat yang membungkus
susunan syaraf pusat, dan tersusun atas 3 lapis yaitu :
• 1. Duramater
• 2. Arachnoid
• 3. Piamater
Duramater

• Dura mater adalah meninges luar, terdiri atas jaringan ikat padat yang berhubungan langsung
dengan periosteum tengkorak. Dura mater yang membungkus medulla spinalis dipisahkan dari
periosteum vertebra oleh ruang epidural, yang mengandung vena berdinding tipis, jaringan ikat
longgar, dan jaringan lemak. Dura mater selalu dipisahkan dari arachnoid oleh celah sempit,
ruang subdural. Permukaan dalam dura mater, juga permukaan luarnya pada medulla spinalis,
dilapisi epitel selapis gepeng yang asalnya dari mesenkim.

Arachnoid
Arachnoid mempunyai 2 komponen: lapisan yang berkontak dengan dura mater dan sebuah
sistem trabekel yang menghubungkan lapisan itu dengan piamater.

Rongga diantara trabekel membentuk ruang subarachnoid, yang berisi cairan serebrospinal dan
terpisah sempurna dari ruang subdural. Ruang ini membentuk bantalan hidrolik yang melindungi
syaraf pusat dari trauma. Ruang subarachnoid berhubungan dengan ventrikel otak. Arachnoid
terdiri atas jaringan ikat tanpa pembuluh darah. Permukaannya dilapisi oleh epitel selapis
gepeng seperti dura mater
Piamater

Pia mater terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung banyak pembuluh darah.
Meskipun letaknya cukup dekat dengan jaringan saraf, ia tidak berkontak dengan sel atau
serat saraf. Di antara pia mater dan elemen neural terdapat lapisan tipis cabang-cabang
neuroglia, melekat erat pada pia mater dan membentuk barier fisik pada bagian tepi dari
susunan saraf pusat yang memisahkan SSP dari cairan serebrospinal. Piamater menyusuri
seluruh lekuk permukaan susunan saraf pusaf dan menyusup kedalamnya untuk jarak
tertentu bersama pembuluh darah. pia mater di lapisi oleh sel-sel gepeng yang berasal dari
mesenkim. Pembuluh darah menembus susunan saraf pusat melalui torowongan yang
dilapisi oleh piamater ruang perivaskuler. Pia mater lenyap sebelum pembuluh darah
ditransportasi menjadi kapiler. Dalam susunan syaraf pusat, kapiler darah seluruhnya
dibungkus oleh perluasan cabang neuroglia
PATOFISIOLOGI
• Meningeal Invasion
Pada orang dewasa dengan gangguan sistem imun seperti pada keganasan sistem
retikuloendotelial dapat mempermudah infeksi susunan syaraf pusat.
• Induksi Inflamasi
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi; dalam
waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang
subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit
dan histiosit dan dalam minggu kedua sel- sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua
lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisan
dalam terdapat makrofag.
Perubahan Sawar Darah Otak
Sawar darah otak, menjaga susunan syaraf pusat terhadap bahaya yang datang dari
lintasan hematogen. Proses radang juga menyebabkan terjadinya perubahan permeabilitas dari
kapiler otak yang sebelumnya kedap dan selektif terhadap berbagai macam zat, menjadi permeabel
sehingga terjadi kebocoran plasma dan dapat menyebabkan kuman masuk kedalam cairan
serebrospinal dan ruang subarachnoid
• Perubahan Aliran Serebrospinal dan Tekanan Intrakranial
Aliran cairan serebrospinal dapat terhambat oleh karena terjadi trombosis atau perlekatan vili
vena pada sinus akibat peradangan yang berperan dalam absorbsi cairan serebrospinal sehingga
menimbulkan hidrosefalus. Selain itu, plexus koroideus yang berfungsi untuk memproduksi cairan
serebrospinal jika terkena radang akan meningkatkan produksinya sehingga timbul hidrosefalus
komunikans. Jika terus berlanjut akan menyebabkan edema otak dan peningkatan tekanan
intrakranial
MANIFESTASI KLINIS

• Trias meningitis tersebut sebagai berikut :2


• Demam
• Nyeri kepala
• Kaku kuduk.

Selain itu meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak,
letargi, mual muntah, penurunan nafsu makan, nyeri otot, fotofobia, mudah mengantuk,
bingung, gelisah, parese nervus kranialis dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal
STADIUM MENINGITIS TB
• Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau stadium prodormal selama
2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak,
permulaan penyakit bersifat subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan
berkurang, murung, berat badan turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur
terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang
hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung,
halusinasi, dan sangat gelisah.
• Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 – 3 minggu dengan gejala penyakit lebih
berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat, gangguan kesadaran dan kadang
disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai
nyata, terjadi parese nervus kranialis, hemiparese atau quadripare, seluruh tubuh dapat menjadi
kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih
hebat.
• Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan semakin parah dan gangguan
kesadaran lebih berat sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam
waktu tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
anamnesis

• trias meningitis seperti demam, nyeri kepala dan kaku kuduk. Gejala lain seperti mual muntah,
penurunan nafsu makan, mudah mengantuk, fotofobia, gelisah, kejang dan penurunan kesadaran.

PF Pemeriksaan Kernig

Pasien berbaring terlentang, dilakukan fleksi


Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi panggul kemudian ekstensi tungkai
pada sendi
kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuanbawah
dan tahanan
pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot.
rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi
sendi lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki
tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai
spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.
Pemeriksaan Brudzinski I (Brudzinski leher)

Pasien berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan


ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring ,
tangan pemeriksa yang satu lagi ditempatkan didada pasien
untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien
difleksikan sehingga dagu menyentuh dada. Brudzinski I positif
(+) bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di
a. Pemeriksaan Brudzinski III
sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektorik.
(Brudzinski Pipi)

Pemeriksaan Brudzinski II (Brudzinski Kontralateral tungkai) Pasien tidur terlentang tekan


pipi kiri kanan dengan kedua
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi
ibu jari pemeriksa tepat di
pasif paha pada sendi panggul (seperti pada
bawah os ozygomaticum.Tanda
pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+)
Brudzinski III positif (+) jika
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada
terdapat flexi involunter
sendi panggul dan lutut kontralateral.
extremitas superior.
a. Pemeriksaan Brudzinski IV (Brudzinski Simfisis)

• Pasien tidur terlentang tekan simpisis pubis dengan kedua ibu jari tangan pemeriksaan.
Pemeriksaan Budzinski IV positif (+) bila terjadi flexi involunter extremitas inferior.

a. Pemeriksaan Lasegue

• Pasien tidur terlentang, kemudian diextensikan kedua tungkainya. Salah satu tungkai
diangkat lurus. Tungkai satunya lagi dalam keadaan lurus. Tanda lasegue positif (+) jika
terdapat tahanan sebelum mencapai sudut 70° pada dewasa dan kurang dari 60° pada
lansia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Pungsi Lumbal15
• Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
• Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein normal, kultur negatif.
• Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah putih
meningkat (pleositosis lebih dari 1000 mm3), protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+)
beberapa jenis bakteri.
• Pemeriksaan Darah2

• Dilakukan pemeriksaan darah rutin, Laju Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum dan
kreatinin, fungsi hati, elektrolit.
• Pemeriksaan LED meningkat pada meningitis TB
• Pada meningitis bakteri didapatkan peningkatan leukosit polimorfonuklear dengan shift ke kiri.
• Elektrolit diperiksa untuk menilai dehidrasi.
• Glukosa serum digunakan sebagai perbandingan terhadap glukosa pada cairan serebrospinal.
• Ureum, kreatinin dan fungsi hati penting untuk menilai fungsi organ dan penyesuaian dosis terapi.

Kultur 2
Kultur bakteri dapat membantu diagnosis sebelum dilakukan lumbal pungsi atau jika tidak dapat
dilakukan oleh karena suatu sebab seperti adanya hernia otak. Sampel kultur dapat diambil dari :
1) Darah, 50% sensitif jika disebabkan oleh bakteri H. Influenzae, S. Pneumoniae, N. Meningitidis.
2) Nasofaring
3) Sputum
4) Urin
5) Lesi kulit
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

• Pemeriksaan radiologis meliputi pemeriksaan foto thorax, foto kepala, CT-Scan dan MRI. Foto
thorax untuk melihat adanya infeksi sebelumnya pada paru-paru misalnya pada pneumonia dan
tuberkulosis, foto kepala kemungkinan adanya penyakit pada mastoid dan sinus paranasal.
• Pemeriksaan CT-Scan dan MRI tidak dapat dijadikan pemeriksaan diagnosis pasti meningitis.
TATALAKSANA
• Pengobatan meningitis tuberkulosa dengan obat anti tuberkulosis sama dengan tuberkulosis
paru-paru. Dosis pemberian adalah sebagai berikut :
• Isoniazid 300 mg/hari
• Rifampin 600 mg/hari
• Pyrazinamide 15-30 mg/kgBB/hari
• Ethambutol 15-25 mg/kgBB/hari
• Streptomycin 7.5 mg/kgBB/ 12 jam

Pengobatan dilakukan selama 9-12 bulan

Pemberian kortikosteroid diindikasikan pada


meningitis stadium 2 atau 3. Hal ini dapat
mengurangi inflamasi pada proses lisis
bakteri karena obat anti tuberkulosis.
DIAGNOSIS BANDING
• Meningitis dapat didiagnosis banding dengann penyakit dibawah ini :2
• Abses serebral
• Ensefalitis
• Neoplasma serebral
• Perdarahan Subarachnoid
KOMPLIKASI
Onset akut Onset lanjut

• perubahan status mental, edema serebri onset lanjut dapat terjadi epilepsi, ataxia,
dan peningkatan tekanan intrakranial, abnormalitas serebrovaskular, intelektual
kejang, empiema atau efusi subdural, yang menurun
parese nervus kranialis, hidrosefalus,
defisit sensorineural, hemiparesis atau
quadriparesis, kebutaan. Komplikasi sistemik

syok septik, disseminated intravascular coagulaton


(DIC), gangguan fungsi hipotalamus atau disfungsi
endokrin, kolaps vasomotor dan bahkan dapat
menyebabkan kematian

Anda mungkin juga menyukai