Anda di halaman 1dari 44

CRS: ANESTESI REGIONAL

Preseptor:
Ardi Zulfariansyah, dr.,
Sp.An, KIC, M.Kes
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. EN
Usia : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kab. Bandung Barat
Pekerjaan : IRT
Status : Sudah menikah
Tanggal operasi : 1 Agustus 2019
ANAMNESIS
Keluhan Utama: datang untuk operasi
Pasien datang dengan keterangan akan melakukan
operasi. Pasien G3P1A1 gravida aterm datang ke EMG
Obgyn dengan keluhan letak sungsang dengan riwayat
obstetrik buruk sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Riwayat
mengalami trauma selama hamil disangkal. Keluhan mules-
mules semakin sering dan semakin kuat dirasakan oleh ibu.
Kerana kondisinya ibu datang ke RSHS.
Pasien didiagnosis SLE pada usia kehamilan 4 bulan. Pasien
mendapatkan obat heparin suntik dan tromboaspilet
RIWAYAT
Riwayat operasi (tidak ada)
Riwayat asma (tidak ada)
Riwayat alergi (tidak ada)
Riwayat diabetes (tidak ada)
Riwayat hipertensi (tidak ada)
Riwayat merokok (tidak ada)
Riwayat gastritis (tidak ada)
Riwayat angina (tidak ada)
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran: kompos mentis
TD: 130/80 mmHg
N: 84 x/mnt
R: 18 x/mnt
S: 36.8oC
SpO2: 99%
BB: 69.5kg
TB: 160cm
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb: 10.3 g/dL D-dimer: 1.81
Hct: 31.7% GDS: 117
Leukosit: 13.490/mm3 LDH: 111
Trombosit: 366.000/mm3 Ureum: 0.8
PT: 9.4 Kreatinin: 0.76
aPTT: 0.83 Na: 137
INR:26.00
Fibrinogen 471.9
PLANNING
Setuju untuk dilakukan tindakan anestesi
Premedikasi : tidak ada
Jenis anestesi : regional spinal (L3-L4)
Anestesi Lokal : Bupivacain (25 mcg)
Obat Tambahan lain : Fentanyl
Rencana penanganan nyeri : Pethidin 100mg
Perawatan pasca operasi : RL 500 ml/ 15 gtt/mnt
DIAGNOSIS
G3P1A1 + gravida aterm + SLE on terapi + Letak Sungsang + riwayat obstetric
buruk

Selama menunggu operasi:


KU: compos mentis,
T 136/99 mmHg, N 104x/menit, R 18x/menit, S 36.5
INTRAOPERATIF
Tanggal operasi : 1 Agustus 2019
Jenis operasi : Sectio Cecarea
Jenis anestesi : regional spinal
Posisi pasien : supinasi
Obat yang digunakan:
Bupivacaine, fentanyl
Masuk ruang pemulihan jam: 20.15
Kesadaran: CM
Tekanan darah : 125/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : afebris
Saturasi O2 : 99 %
PROGNOSIS
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad functionam: ad bonam
PEMBAHASAN ANESTESI REGIONAL
DEFINISI
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh
sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian
tubuh diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh
sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.
PEMBAGIAN ANESTESI/ANALGESIA
REGIONAL
Blok sentral (blok neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan
kaudal. Tindakan ini sering dikerjakan.
Blok perifer (blok saraf), misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok
lapangan, dan analgesia regional intravena.
KEUNTUNGAN ANESTESIA REGIONAL
Alat minim dan teknik relatif sederhana, sehingga biaya relatif lebih murah.
Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi emergency, lambung
penuh) karena penderita sadar.
Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.
Perawatan post operasi lebih ringan.
KERUGIAN ANESTESIA REGIONAL

Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi secara regional.


Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif.
Sulit diterapkan pada anak-anak.
Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional.
PERSIAPAN ANESTESI REGIONAL
Persiapan anestesi regional sama dengan persiapan anestesi umum karena
untuk mengantisipasi terjadinya reaksi toksik sistemik yg bisa berakibat fatal,
perlu persiapan resusitasi. Misalnya: obat anestesi spinal/epidural masuk ke
pembuluh darah → kolaps kardiovaskular sampai cardiac arrest. Juga untuk
mengantisipasi terjadinya kegagalan, sehingga operasi bisa dilanjutkan
dengan anestesi umum.
PEMBAHASAN BLOK SENTRAL
ANESTESI SPINAL
Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid.
Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang
subarachnoid. Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai analgesi/blok spinal
intradural atau blok intratekal.
Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus kutis 
subkutis  Lig. Supraspinosum  Lig. Interspinosum  Lig. Flavum  ruang epidural
 durameter  ruang subarachnoid.
ANESTESI SPINAL
Medula spinalis berada didalam kanalis spinalis
dikelilingi oleh cairan serebrospinal, dibungkus oleh
meningens (duramater, lemak dan pleksus venosus).
Pada dewasa berakhir setinggi L1, pada anak L3.
Oleh karena itu, anestesi/analgesi spinal dilakukan
ruang sub arachnoid di daerah antara vertebra
L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5

Gambar 1. Anestesi Spinal


ANESTESI SPINAL
Indikasi:
1. Bedah ekstremitas bawah
2. Bedah panggul
3. Tindakan sekitar rektum perineum
4. Bedah obstetrik-ginekologi
5. Bedah urologi
6. Bedah abdomen bawah
7. Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya
dikombinasikan dengan anestesi umum ringan
ANESTESI SPINAL
Kontra indikasi absolut:
1. Pasien menolak
2. Infeksi pada tempat suntikan
3. Hipovolemia berat, syok
4. Koagulapati atau mendapat terapi koagulan
5. Tekanan intrakranial meningkat
ANESTESI SPINAL
Kontra indikasi relatif:
1. Infeksi sistemik
2. Pasien tidak kooperatif
3. Kelainan neurologis
4. Lesi demyelinasi
5. Deformitas tulang belakang
ANESTESI SPINAL
Persiapan analgesia spinal:
Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada anastesia umum.
Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya ada
kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tak teraba tonjolan
prosesus spinosus. Selain itu perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
1. Informed consent
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium anjuran
Hemoglobin, Hematokrit, PT (Prothrombine Time), PTT (Partial Thromboplastine Time)
ANESTESI SPINAL
Peralatan analgesia spinal
1. Peralatan monitor: tekanan darah, nadi, saturasi
oksigen, dll.
2. Peralatan resusitasi
3. Jarum spinal
Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu
runcing/quinckebacock) atau jarum spinal dengan ujung
pinsil (pencil point whitecare)
Gambar 2. Jarum Spinal
ANESTESI SPINAL
Anastetik lokal untuk analgesia spinal:
Berat jenis cairan serebrospinalis (CSS) pada 37º C adalah 1.003-
1.008. Anastetik lokal dengan berat jenis sama dengan CSS disebut isobarik.
Anastetik lokal dengan berat jenis lebih besar dari CSS disebut hiperbarik.
Anastetik lokal dengan berat jenis lebih kecil dari CSS disebut hipobarik.
Anastetik lokal yang sering digunakan adalah jenis hiperbarik diperoleh
dengan mencampur anastetik lokal dengan dextrose. Untuk jenis hipobarik
biasanya digunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air
injeksi.
ANESTESI SPINAL
Anestetik lokal yang paling sering digunakan:
Lidokaine (xylocain, lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis 20-
100mg (2-5ml)
Lidokaine (xylocain,lignokain) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.033,
sifat hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)
Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis
5-20mg (1-4ml)
Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat
hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)
ANESTESI SPINAL

Teknik analgesia spinal:


Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan
pada garis tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan.
Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa dipindah
lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien.
Perubahan posisi berlebihan dalam 30 menit pertama akan
menyebabkan menyebarnya obat.
ANESTESI SPINAL
Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral
dekubitus. Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya
tulang belakang stabil. Buat pasien membungkuk maximal agar
processus spinosus mudah teraba. Posisi lain adalah duduk.
Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista
iliaka, misal L2-L3, L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau di atasnya
berisiko trauma terhadap medula spinalis.
Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
Beri anastesi lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 1-
2% 2-3ml
ANESTESI SPINAL
Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G, 25G dapat langsung
digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum yaitu
jarum suntik biasa semprit 10 cc.
Tusukkan introduser sedalam kira-kira 2cm agak sedikit ke arah sefal, kemudian masukkan jarum spinal
berikut mandrinnya ke lubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam (Quincke-Babcock) irisan
jarum (bevel) harus sejajar dengan serat duramater, yaitu pada posisi tidur miring bevel mengarah ke
atas atau ke bawah, untuk menghindari kebocoran likuor yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala
pasca spinal.
Setelah resistensi menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi
obat dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan (0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, untuk meyakinkan
posisi jarum tetap baik. Kalau yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak keluar,
putar arah jarum 90º biasanya likuor keluar. Untuk analgesia spinal kontinyu dapat dimasukan kateter.
ANESTESI SPINAL

Gambar 4. Tusukan Jarum pada Anestesi Spinal


ANESTESI SPINAL
Penyebaran anastetik lokal tergantung:

Faktor utama: Faktor tambahan:


 Berat jenis anestetik lokal -Ketinggian suntikan
(barisitas) -Kecepatan suntikan/barbotase
 Posisi pasien -Ukuran jarum
 Dosis dan volume anestetik lokal -Keadaan fisik pasien
-Tekanan intra abdominal
ANESTESI SPINAL
Lama kerja anestetik lokal tergantung:
1. Jenis anestetia lokal
2. Besarnya dosis
3. Ada tidaknya vasokonstriktor
4. Besarnya penyebaran anestetik lokal
ANESTESI SPINAL
Komplikasi tindakan anestesi spinal : -Akibat paralisis saraf frenikus atau
- Hipotensi berat hipoperfusi pusat kendali nafas

Akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada -Trauma pembuluh saraf
dewasa dicegah dengan memberikan infus cairan
elektrolit 1000 ml atau koloid 500 ml sebelum -Trauma saraf
tindakan.
- Bradikardia -Mual-muntah
Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau
-Gangguan pendengaran
hipoksia, terjadi akibat blok sampai T-2
- Hipoventilasi -Blok spinal tinggi atau spinal total
ANESTESIA EPIDURAL

Anestesia atau analgesia epidural adalah blokade saraf dengan


menempatkan obat di ruang epidural. Ruang ini berada di antara
ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5 mm dan
di bagian posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal.
Obat anestetik lokal di ruang epidural bekerja langsung pada akar saraf
spinal yang terletak di lateral. Awal kerja anestesi epidural lebih lambat
dibanding anestesi spinal, sedangkan kualitas blokade sensorik-motorik juga
lebih lemah.
ANESTESIA EPIDURAL
Keuntungan epidural dibandingkan spinal :
- Bisa segmental
- Berkkurangnya risiko infark miokardium, gagal jantung
kongestif post operasi
- Berkurangnya risiko infeksi paru

Kerugian epidural dibandingkan spinal :

- Teknik lebih sulit

- Jumlah obat anestesi lokal lebih besar


Gambar 5. Anestesi Epidural
- Reaksi sistemis 
ANESTESIA EPIDURAL

Komplikasi anestesi / analgesi epidural :


1. Blok tidak merata
2. Depresi kardiovaskular (hipotensi, bradikardia)
3. Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)
4. Mual, muntah, retensi urin, sedasi
PEMBAHASAN BLOK PERIFER
ANESTESI LOKAL
Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara
lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal bekerja pada
tiap bagian susunan saraf.
Anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade lorong
natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang
saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer.
Anestetik lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara
spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.
ANESTESI LOKAL
Infiltrasi Lokal
Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan sekitar tempat lesi

Blok Lapangan (Field Block)


Infiltrasi sekitar lapangan operasi (contoh, untuk ekstirpasi tumor kecil)

Analgesia Permukaan (Topikal)


Obat analgetika lokal dioles atau disemprot di atas selaput mukosa

Analgesia Regional Intravena (Bier Block)


Anestesi jenis ini dapat dikerjakan untuk bedah singkat sekitar 45 menit pada lengan atau
tungkai. Biasanya dikerjakan untuk orang dewasa dan pada lengan.
ANESTESI LOKAL
Beberapa anastetik lokal yang sering digunakan :
Kokain  dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan nafas atas. Lama
kerja 2-30 menit.
Prokain  untuk infiltrasi larutan: 0,25-0,5%, blok saraf: 1-2%, dosis 15mg/kgBB dan
lama kerja 30-60 menit.
Lidokain  konsentrasi efektif minimal 0,25%, infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi
otot cukup baik. Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan.
Bupivakain  konsentrasi efektif minimal 0,125%, mula kerja lebih lambat dibanding
lidokain, tetapi lama kerja sampai 8 jam.
REFERENSI
REFERENSI
1. Latief, Said. Analgesia Regional. Dalam: Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi
II. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. 2009
2. Dobson, M. B. dkk. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta: EGC. 1994
3. Werth, M. Pokok-pokok Anestesi. Jakarta: EGC. 2010
4. Morgan, Edward dkk. Clinical Anesthesiology Fourth Edition. McGraw-Hill
Companies. 2006
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai