Anda di halaman 1dari 71

IMUNOLOGI REPRODUKSI

“Peranan Sistem Imun Terhadap Reproduksi”

Y PRIYAMBODO
INSTALASI MIKROBILOGI KLINIK RSUD
DR.MOEWARDI SURAKARTA
Seputar Masalah Sex
Tinjauan Aspek Medis
Dimensi biologis (medis)
berkaitan dengan organ
reproduksi dan alat
kelamin dan fungsinya
serta upaya Menjag
kesehatan Organ
reproduksi
Organ reproduksi wanita bagian
luar

-Bibir kemaluan luar


(labia mayora)
-Bibir kemaluan
dalam
(labia minora)
-Kelentit (clitoris)
-Lubang kemaluan
(vagina)
-Bukit kemaluan
(mons veneris) yang
ditumbuhi oleh
rambut kemaluan
Organ reproduksi wanita bagian dalam

-Vagina(liang
kemaluan/liang
senggama)
-Mulut rahim
(cervix)
-Rahim (uterus)
-Dua buah
saluran telur
(tuba fallopi)
-Dua buah indung
telur (ovarium)
kanan dan kiri.
Organ Reproduksi Wanita
Organ reproduksi pria
 Zakar atau penis
 Buah zakar atau
testis
 Saluran zakar atau
uretra
 Kantong pelir atau
skrotum
 Epididimis
 Saluran sperma
atau vas deferens
 Vesikula seminalis
 Kelenjar prostat
Organ Reproduksi Pria
Tinjauan Aspek
Medis

Hormon-hormon seks
 Pria
 Testosteron
 androgen
 Wanita
 Esterogen
 progesteron
PERANAN SISTEM IMUN TERHADAP
REPRODUKSI
 Di Amerika Serikat, menurut sebuah
penelitian, sebanyak 14% dari pasangan
usia subur yang dinyatakan sehat oleh
dokter sulit memperoleh keturunan.

 Dan, bila pasangan sulit memperoleh


anak, yang pertama disalahkan selalu
istri. Padahal, saat ini ketidaksuburan
pada pria pun mulai meningkat.
 Secara umum penyebab ketidaksuburan pada pria
terbagi dalam tiga kelompok besar kelainan

1.KELAINAN PADA DAERAH PRE TESTICULAR


 (daerah sebelum testis atau kantung sperma).
 Pada daerah ini yang mengalami kelainan adalah
kelenjar hormon pituitary.

 Padahal, tugas kelenjar hormon tersebut merangsang


pembentukan sperma. Akibat kelenjar yang
merangsang pembentukan hormon LH dan FSH di
testis terganggu, pembentukan sperma menjadi
terhambat.

 ''Gangguan hormon seperti ini dapat diatasi dengan


terapi hormon, misalnya, dengan menyuntikkan
hormon tertentu,''
2.KELAINAN DI DAERAH TESTICULAR
(kelainan pada daerah testis) akibat trauma
pukulan, gangguan fisik,penyinaran atau
infeksi.
 Bisa juga selama pubertas testis tidak
berkembang dengan baik, akibatnya produksi
sperma menjadi terganggu
3.KELAINAN DI DAERAH POST TESTICULAR
(daerah setelah testis).

 Kelainan terjadi pada saluran sperma, sehingga


tidak dapat disalurkan secara lancar. ''Gangguan
ini muncul akibat kebuntuan saluran.

 Penyebabnya bisa bawaan sejak lahir, terkena


infeksi penyakit, seperti tuberkulosis (Tb), serta
vasektomi yang memang disengaja,''
 Namun selain ketiga golongan tersebut, banyak
juga gangguan yang belum diketahui
penyebabnya.

 Gangguan terbanyak yang dialami pria


diakibatkan pelebaran pembuluh darah atau
varises.

 Akibatnya, darah kotor yang seharusnya dibawa


ke atas untuk dibersihkan turun lagi dan
mengendap di testis.

 Darah kotor yang mengendap mengandung zat-


zat yang melemahkan, sperma seperti adrenalin
dan sebagainya.
 ''Suhu panas/ bahan kimia juga dapat
melemahkan sperma dan menurunkan
produksinya.

 Sperma di produksi pada suhu 34-35


derajat Celsius, tetapi bila terus-menerus
suhu naik 2-3 derajat Celsius saja, proses
pembentukan sperma dapat terganggu,''
Unexplained infertility
 Apabila pada pasangan yang sehat sulit
memperoleh keturunan , kasus seperti itu
digolongkan ke dalam Unexplained
Infertility (ketidaksuburan yang tidak
diketahui penyebabnya)
 Menurut, ahli andrologi dr Indra G Mansur
mengatakan, saat ini angka kasus
unexplained infertility di dunia mencapai
25%.

 Dengan berkembangnya penelitian-


penelitian mengenai imunologi reproduksi,
diketahui di seluruh dunia 5-15%
unxeplained infertility disebabkan oleh

 ”Permasalahan imunologis atau


kekebalan tubuh “
 penyebab unxeplained infertility mulai
terkuak seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan.
 Sebab-sebab unexplained infertility
yang telah diketahui antara lain adalah
akibat adanya antibodi atau
imunologi reproduksi.

 Hal ini dapat terjadi pada istri yang


alergi terhadap sperma suami.
Akibatnya, sperma ditolak sel telur
(ovum), sehingga tidak pernah terjadi
pembuahan.
 ''Ada juga antibodi yang dihasilkan
tubuh suami sendiri, sehingga
sperma yang dihasilkan dihancurkan
atau dilemahkan kemampuannya
karena dianggap benda asing,''
 Selain imunologis, penyebab unexplained
infertility juga bisa terjadi dari genetik.

 Gangguan gen pada kromosom Y,dapat


mengakibatkan pembentukan sperma
terganggu.

 Kromosom Y mengalami delesi (lengan


panjang), sehingga sperma menjadi sedikit
atau oligospermi, yaitu jumlahnya kurang
dari 20 juta sperma/ml atau bahkan tidak ada
sama sekali alias azoospermi.
 Selain itu, adanya gangguan gen porin,
yaitu gen yang mengatur penyaluran energi
berupa ATP (adenosin tri phosphate),
mengakibatkan sperma tidak dapat
bergerak dengan gesit dan mengalami
kesulitan saat membuahi sel.

 Selain ada kelainan pada gen juga dapat


disebabkan oleh adanya penyumbatan
saluran sperma dan mengakibatkan
terjadinya kista.
Imunologi reproduksi

 Pada sistem reproduksi terdapat


sistem kekebalan.
 Pada perempuan, sistem kekebalan
berperan penting dalam menjaga
janin. Dengan adanya sistem
kekebalan, proses perkembangan
janin dapat berlangsung baik dan
kebal akan berbagai infeksi.
Tetapi pada beberapa perempuan
ada juga yang memiliki antibodi
antisperma.

Akibatnya, ketika memasuki tubuh,


sperma dihancurkan oleh antibodi
antisperma tadi sehingga terjadi
kegagalan pada saat pembuahan.
 Perempuan, kata pakar andrologi memang
tidak memiliki unsur antigen, seperti halnya
pada sperma atau komponen plasma semen.

 Namun, pada saat perempuan mulai


berhubungan seksual dengan pria, dalam
tubuhnya akan terbentuk antibodi antisperma
terhadap antigen sperma.

 Pada tingkat tertentu antibodi masih dapat


ditembus oleh sperma yang bagus kualitasnya
dan dapat mengakibatkan kehamilan.
 Ketidakmampuan pembuahan dapat pula
disebabkan ketidakcocokan secara seluler
antara sperma dan sel telur.

 Karena itulah harus dilakukan upaya untuk


mencocokkan agar tidak terjadi penolakan.
 untuk mengatasi adanya antibodi
terhadap sperma dapat dilakukan
beberapa terapi, antara lain dengan
terapi kondom ataupun pemberian
obat-obatan imunologis sejenis
kortikosteroid, juga terapi
imunosupresif atau menekan reaksi
imun.
 Pada terapi kondom, suami dianjurkan
untuk menggunakan kondom pada saat
berhubungan seksual selama 3 hingga 6
bulan.

 Diharapkan selama itu antibodi pada


tubuh istri dapat menurun dan tidak lagi
terdapat pada organ reproduksi
 ''Jika upaya terapi kondom dan pemberian
obat-obatan tidak juga membuahkan hasil,
cara inseminasi dapat dilakukan.

 Inseminasi biasanya dilakukan pada pria


yang tidak subur karena gangguan pada
testis. Yaitu jika testis hanya sedikit
memproduksi sperma, ataupun gangguan
genetik.''
 Secara umum, proses inseminasi intrauterin atau
sperma langsung dimasukkan ke dalam uterus
diawali dengan pengeluaran sperma melalui
ejakulasi, kemudian spermatozoa dipisahkan
dari plasma semen melalui sentrifugasi. Ini
dilakukan agar faktor dekapitasi sperma yang
terdapat pada plasma semen dihilangkan.

 Setelah dipisahkan, sperma dicampur dengan


medium yang mengandung zat elektrolit,
protein, serta glukosa. Pencampuran sperma
dengan medium diharapkan dapat menambah
daya kapasitasi sperma dan meningkatkan
kualitas sperma.
 Setelah itu campuran medium dengan
spermatozoa kembali disentrifugasi, dan
ketika terpisah, medium dipisahkan,
dibuang, dan diganti dengan yang baru.
Proses ini dilakukan 2 hingga 3 kali.

 Terakhir, adalah seleksi spermatozoa baik,


yaitu spermatozoa yang dapat berenang ke
permukaan medium. Spermatozoa inilah
yang terseleksi dan akan dimasukkan
langsung ke dalam uterus untuk membuahi
sel telur. Sperma dimasukkan menggunakan
selang tipis seperti kateter
 Saat ini cara-cara pengobatan sudah baik
dan relatif dapat menjawab berbagai
gangguan serta kelainan yang terjadi
seputar permasalahan infertilitas
termasuk kelainan gen.

 ''Namun, yang perlu diwaspadai adalah


pada generasi yang akan datang. Sebab,
kesulitan memperoleh keturunan dapat
kembali terulang pada bayi-bayi yang lahir
dengan inseminasi intrauterin atau melalui
proses bayi tabung akibat sifat genetik
yang diturunkan.'' (CR-48/H-1).
IMUNOLOGI REPRODUKSI
Membahas Mengenai :
1. Proses Perkembangan Janin Selama Masa
Kehamilan Terkait Sistem Imunitas Tubuh
2. Imunologi Reproduksi Wanita dan pria
3. Pengaruh Kehamilan Terhadap Respon Imun
Maternal
4. Hubungan Sitokin & Endokrin Pada Masa Kehamilan
1.Estrogen& Progesteron
2.human Chorionic Gonadotrophin (hCG)
5. Defisiensi Imun Spesifik Kehamilan
6. Sel Imunokompeten dalam Decidua (Endometrium
uteri)
7. Aborsi, Keguguran & Keguguran Berulang
Sistem Imunitas Tubuh
Terhadap Perkembangan Janin

 Fertilisasi terjadi di Tuba Fallopi


 Telur yang telah dibuahi (Blastosit) akan
masuk ke uterus
 Pada tahap ini terbentuk sel yang menyusun
membran yang melindungi embrio dan
menyediakan pasokan nutrisi
Blastosit

• Blastosit, terdiri dari :


1. Lapisan Sel Dalam : cytotrophoblast
2. Lapisan Sel Luar : syncytialtrophoblas
Bagian terluar blastosit menghancurkan epitel sehingga
embrio dapat ditanam dalam uterus
PROSES PENEMPELAN BLASTOSIT
KEDALAM UTERUS

 Lapisan Blastosit terluar


merangsang reaksi  Pembentukan
decidua
 Decidua : Endometrium uterus
dalam keadaan hamil
 Pembelahan sel decidua
dipengaruhi oleh hormon wanita
 Desidua (Penghubung Ibu & janin),
terdiri dari 3 layer :
 1.Decidua basalis (tempat janin
ditanamkan)
 2.Decidua capsularis (mengelilingi
janin)
 3.Decidua vera
EKSPRESI SAAT PERIODE AWAL KEHAMILAN

 Sel Trophoblast Ekstravilli


mengekspresikan MHC Kelas I :
1. HLA-C,
2. HLA-E
3. HLA-G.
 Decidua basalis mengandung :
 CD3
 CD16
 NK cell CD56hi+
 NK cell mengekspresi :
 CD94/NKG2
 KIR
 Reseptor ILT
(mendeteksi MHC Kelas I ,
termasuk HLA-E and – G)
IMUNOLOGI REPRODUKSI
WANITA

IBU & JANIN


Ibu :
• Penurunan Sistem Kekebalan Tubuh
Non-Spesifik
• Memproduksi Penghambat Antibodi
tubuh, atau
• Ekspresi protein komplementer-reguler
berubah

Jaringan janin :
Kurang Antigen MHC-I (Sel Trophoblast),
atau
Mengekspresi sel trophoblast extravilli
STUKTUR DESIDUA MANUSIA
RESPON IMUN WANITA
(Post Intercourse)

 Sperma mengandung antigen


asing  Tidak dikenali oleh
sistem imunitas wanita 
Tidak dihancurkan (karena
faktor supresi non spesifik)
 Plasma Sperma : Berat
Molekul Tinggi  Menghambat
Antigen, Merangsang
Proliferasi Limfe-alloantigen
 Hambatan tsb menghasilkan
respon spesifik setelah janin
ditanamkan
PERTUKARAN IBU & JANIN
 Plasenta mengeluarkan
tropoblast syncitial
 Mulai minggu ke-18 dapat
ditemui pada darah ibu
 Memungkinkan sistem
kekebalan tubuh ibu
mengenail antigen janin
 Melindungi ibu dari
pertumbuhan tropoblast
yang tidak terkontrol
(seperti terjadi pada
Choriocarcinoma/
keganasan epitelial sel
tropoblast)
 Kelas Antibodi yang siap ditransfer dari ibu janin :
Immunoglobulin G via Fc Receptor pada permukaan
sel plasenta

 Kecuali jika terjadi infeksi di dalam uterus  Janin


tidak dapat mengumpulkan cukup antibodi  Tidak
mampu merespons secara efektif terhadap
mikroorganisme yang bersifat patogen

 Transfer antibodi maternal merupakan satu-satunya


perlindungan bagi janin terhada ancaman infeksi
pada usia 6-8 bulan (Pengecualian : pada janin
dengan kelainan hemolitic karena ketidakcocokan
tipe darah ibu & bayi (Ibu bertipe darah O, janin
betipe darah B/A )
Komplikasi Terkait Perbedaan
Tipe Darah
 Perbedaan jenis Rhesus (Rh) ibu dan janin
 Jika Ibu Rh (-), janin (+)  eritrosit janin
dapat melewati plasenta dan merangsang
produksi antibodi maternal untuk antigen Rh.
 Jika tidak mendapat penanganan tepat 
antibody tersebut akan masuk kedalam
plasenta  lisis eritrosit janin Rh (+) 
kelainan perkembangan janin
 Antibody –anti rhesus dapat pula terbentuk
ketika :
 Pendarahan saat kehamilan
 Abortus
 Lisis sel darah merah pada janin dapat dicegah
dengan :
“pemberian segera : antiserum jenis anti-Rho
(D)
Pengaruh Kehamilan Terhadap
Respon Imun Maternal
1. Imunitas Perifer
Pada Masa Kehamilan :
 Terjadi penurunan imunitas seluler  Perubahan
jumlah dan fungsi sel T result
 Kadar limfosit darah menurun (Jumlah sel T
menurun)
 Periode akhir kehamilan :
 Penurunan jumlah sel CD4+
 Meningkatnya jumlah CD8+
 Jumlah NK- cell yang beredar menurun (aktifitas
kemungkinan tidak berubah)
 Serum imunoglobulin meningkat, namun
imunoglobulin belum terbentuk secara spesifik
Imunitas Fetus dalam Kandungan
Pengaruh Kehamilan Terhadap
Respon Imun Maternal
2. Imunitas Fetus Intra Uteri
 Tropoblast :
 Tidak mengekspresi gen MCH kelas I
 Mengekspresi Fas Ligands (protein trans membran
tipe 2)  Sel pembatas antara plasenta dan decidua
mengalami apoptosis.
 Mengekspresikan Protein reguler komplemen :
 CD46
 CD55
 CD59

 Respon Imun Lokal dipengaruhi oleh produksi


sitokin plasenta dan decidua  Merubah fungsi
sitokin Th-1 menjadi sitokin Th-2  ibu menjadi
lebih peka terhadap infeksi
Hubungan Sitokin & Endokrin Pada Masa Kehamilan

ESTROGEN & PROGESTERON


 Progesteron dikeluarkan oleh corpus luteum (setelah
ovulasi)  Merangsang diferensiasi endometrium
persiapan implantasi telur yang telah dibuahi
 Progesteron merangsang konversi sitokin Th-0
menjadi Th-2 (sehingga rasio Th-1 : TH2 menurun)
 Estrogen & Progesteron meningkatkan konsentrasi
monocyte colony-stimulating factor (M-CSF) uterus
 Sitokin M-CSF :
 Diproduksi oleh CD3-CD16-CD56hi+,sel
NK & sel stroma decidua
 Merangsang diferensiasi & proliferasi
tropoblast
 Mengatur fungsi makrofag decidua
 Meningkatkan produksi hCG (human
Chorionic Gonadotrophin
HUMAN CHORIONIC GONADOTROPHIN (HCG)

 Merupakan hormon glikopeptida yang


dihasilkan oleh sinsitio tropoblas dari
plasenta fetus.
 Pengeluarannya ditingkatkan oleh sitokin tipe
Th2 : Interleukin-4 dan Interleukin-6
 Berfungsi untuk memelihara corpus luteum
selama minggu pertama kehamilan
SISTEM IMUNITAS TERHADAP INFEKSI
SELAMA KEHAMILAN
 Selama kehamilan Respon Imun
terhadap Infeksi berubah, yaitu :
 Perubahan sub-populasi sel T,
 Perubahan fungsi neutrofil,
 Perubahan fungsi limfosit
 Perubahan konsentrasi serum
immunoglobulin
 Faktor serum immunosuppressive
 Mekanisme sistem imun.
 Penurunan sistem kekebalan
tubuh saat kehamilan disebabkan
oleh :
 Perubahan keseimbangan TH1 : TH2
 Faktor lain : Hormon steroid, estrogen,
progesteron, kortisol, feto-proten dan CMV- Virus
uromodulin

 Perubahan respon imun humoral


menyebabkan Ibu hamil menjadi
lebih rentan terhadap agen infeksi
:
 Virus (Contoh : cytomegalovirus
(CMV), Epstein–Barr virus (EBV), Influenza A-Virus
Epstein-Barr
influenza A virus) Virus
 Bakteri (Contoh : Neisseria
gonorrhoeae, Streptococcus
pneumoniae)
 Jamur
Penurunan Serum Immunoglobulin

 Trimester I :
 Penurunan level Ig-M
 limfosit pembawa Ig-M
 Serum Ig-G menurun seiring
bertambahnya usia kehamilan
Sel Immunokompeten dalam Decidua

 Endometrium dan decidua mengandung leukosit dalam


jumlah besar dengan proporsi yang beragam selama
masa kehamilan
 Jenis sel imunokompeten yang muncul :
 Sel T
 Makrofag CD 14 +
 Populasi LGL CD3CD16CD56++
 Sel yang tidak muncul : Sel B
 Setelah trimester I : penurunan jumlah sel T decidua
 Pada Saat Awal Plasenta Terbentuk :
Makrofag MHC Kelas II+ : Pertahanan Pertama
Terhadap Infeksi
 Sel yang paling banyak muncul saat implantasi : LGLs (
70-80 % leukosit endometrium)
LARGE GRANULAR LYMPHOCYTES

 Jenis CD16, CD56hi+, Sel NK mengekspresikan :


 Reseptor kit-c (yang diekspresikan pada stem sel
hematopoesis) NK cells express the c-kit receptor
(expressed on haematopoietic stem cells),
 CD2 and CD7 (yang diekspresikan pada sel T
 KIR ( the killer inhibitory)
 KAR (killer activatory)
 Reseptor (yang diekspresikan pada sel NK)
Sifat : Tidak terdifrensiasi, sel inang dapat
berdiferensiasi menjadi sel T atau sel NK
 Saat awal kehamilan : 58% sel CD16, CD56hi+ dalam
decidua mengekspresikan CD 69 dalam level yang
rendah.
 Sel CD16, CD56hi+ juga mengekspresikan mRNA
untuk TNFa, IFNg, M-CSF, G-CSF, GM-CSF and LIF.
MAKROFAG
 Makrofag menyusun sekitar 14 % sel imunokompeten
dalam decidua
 Sebagian besar makrofag mengekspresikan antigen
MHC Kelas-II yaitu HLA-DR, HLA-DR, -DP or -DQ.
 Secara enzimatis makrofag menunjukkan efek supresi
terhadap respon limfosit dan sel T alloreactive-
cytotoxic (invitro). Molekul yang berperan dalam
proses supresi ini adalah Prostaglandin E2 (PGE2)
 Makrofag ‘‘suppressor’’ ini memproduksi sedikit
oksigen bebas, namun memproduksi molekul anti-
inflamasi IL-10 dan antagonis IL-1-R
 Makrofag mengandung enzim katabolik tryptophan
(mengontrol aktivasi sel T- cytotoxic maternal &
mencegah sel T- cytotoxic menyerang plasenta)
SEL ANTIGEN YANG MUNCUL
PADA DECIDUA
 Merangsang sel T suppressor CD 8+ yang
spesifik untuk antigen yang diekspresikan
pada chorion dan sel fetus.

 Sel T ini dapat menghambat reaksi limfosit


gabungan allogenic & menghambat
perkembangan antigen spesifik sel T-
sitotoksik  Tidak seperti respon imun
peripheral, respon imun dalam decidua lebih
terkait dengan supresi atau toleransi
dibandingkan dengan eliminasi benda asing
LIMFOSIT- T

 Sekitar 7–8% dari sel mononukleus


dalam decidua
 Sekitar 5 % merupakan sel gdT
 Limfosit T mempengaruhi sel Th1 dan
Th2 dalam decidua
 Pengamatan pada tikus :
 Populasi I : Produksi TNFa and IFNg
 Populasi II : Produksi TGFb2 and IL-10.
EXPRESI SEL T DALAM DECIDUA
 CD3 & TCR lebih kecil dibandingkan pada sel T darah
peripheral
 CD69 & HLA-DR, lebih kecil dibandingkan pada sel T
darah peripheral
 Sel T terbanyak dalam Decidua : CD45RA, CD45RO+
memory T cells,
 Reseptor IL-2 (Ekspresi rendah)
 Sel NKT mengexpresikan NK cells marker NK1.1 &
CD3
 NKT cells intra-thymus mensekresi IFNg & IL-4
 Pada wanita hamil yang mengalami abortis spontan :
 Persentase sel T HLA DR+ dalam decidua
meningkat
 Ekspresi sel T HLA DR + yang berperan dalam
abortus (keguguran)
ABORSI, KEGUGURAN SPONTAN &
KEGUGURAN BERULANG (RECURRENT)
 Janin  Diterima di rahim Ibu : Perlu Allogeneic yang tidak
sesuai pada HLA (Tidak boleh dikenali sebagai benda asing)
 Jika ketidaksesuaian ini tidak terjadi : Fetus tak dapat
diterima oleh cell-mediated atau respon humoral  Aborsi,
Keguguran Spontan, Keguguran Berulang
 Histokompatabilitas minor antigen TA1 & TLX memegang
peranan penting untuk mencegah ekspresi antigen
 Jika antigen-antigen ini tidak cocok antara pria dan
wanita sistem imun wanita akan mengenali TLX pria
sebagai benda asing  Merangsang respon imun  Menolak
masuknya TA 1  Keguguran
 Jika antigen ini cocok untuk TLX  Sistem imun tidak akan
mengenali antigen TLX  Produksi TA 1 tidak akan terjadi
 Fetus tertanam
IMUNOLOGI REPRODUKSI PRIA

 Sistem imun pria tidak terekspos


antigen wanita saat intercourse,
abnormalitas imunologis yang
mempengaruhi sistem reproduksi
pria merupakan penyakit
autoimmune.
 Identifikasi autoimmune dari
antigen sperma dijumpai pada
pasangan infertil yang telah
menjalani vasektomi
 Secara normal : tidak ditemui pada
pasangan sehat.
BARRIER BLOOD-TESTIS

 Selama masa perkembangan :


Sistem kekebalan tubuh pria tidak dapat toleransi
terhadap antigen spesifik sperma karena dihalangi
oleh barrier blood-testis
 Barrier ini efektif untuk mencegah munculnya
penyakit autoimmune yang mempengaruhi sperma
atau sel testikel
 Proses barier : mempertahankan pemisah antara
spermatozoa dan sistem kekebalan tubuh inang.
 Reaksi terhadap antigen ini dapat dicegah dengan :
 Mekanisme supresi sel
 Mekanisme non supresi spesifik
 Kurangnya antigen & limfosit yang muncul melalui
testis
SEL IMUN AKTIF DI SEMEN

 Sel imun aktif terdapat pada


semen pria sehat : Limfosit T
Supressor CD 8+ ( diekspresikan
pada epitel epididimis) 
mencegah reaksi autoimun
dengan mengontrol sel B lokal
dan mengontrol produksi antibodi
anti sperma
 Sel supressor ini juga mensupresi
proses dan munculnya antigen
lokal oleh makrofag
KESIMPULAN I
Proses reproduksi membutuhkan sistem imunitas
tubuh ibu dimana harus ada proses penerimaan
terhadap benda asing untuk dapat ditanam didalam
rahim

1.Blastosit ( telur yang telah dibuahi) ditanam didalam


uterus

2.Dinding blastosit terdiri dari : lapisan dalam ( inner


cytotrophoblast) dan lapisan luar (syncytial
trophoblast).

3.Tropoblast Sinsitial menhancurkan jaringan uterus agar


fetus dapat ditanam

4.Proses implantasi merangsang respon inflamasi yang


akan menghasilkan decidua
5.Tropoblas menginvasi decidua maternal, kemudian
berproliferasi serta menjadi penghubung antara
ibu dan janin.

6.Desidua terdiri dari decidua basalis, decidua


capsularis dan decidua vera

7.Sel Tropoblast mengekspresikan molekul MHC kelas


I non Klask yaitu HLA- E dan HLA-G.

8.Sel NK desidua mengekspresikan KIR, ILT dan


reseptor CD94/NKG2
9. Sel Trophoblast mungkin tidak mengekspresikan
MHC Kelas I untuk menghindari tertolaknya fetus
oleh ibu

10 Jenis immunoglobulin yang dapat ditansfer melalui


decidua adalah Ig-G via FcgR pada sel plasenta
11. Komplikasi dapat terjadi pada perbedaan tipe darah
ibu dan janin (Rh)

12. Wanita hamil mengalami imunosupresi terkait


menurunnya jumlah sel T dan sel NK yang beredar
13.Sel tropoblas mengangkut Fas Ligand (FasL) dan
protein komplementer reguler  Sel maternal pada
permukaan plasenta dan decidua dirangsang
untuk mengalami apoptosis atau mengalami lisis
mediasi-komplemen

14.Estrogen dan progesterone dapat mempengaruhi


reaksi imunologi baik pada ibu dan janin.

15. Perubahan fungsi imunitas terjadi selama


kehamilan dan dapat meningkatkan kerentanan ibu
terhadap invasi mikroorganisme
16. Sel immunokompeten secara kualitatif dan
kuantitas terdapat dalam decidua. Antigen
histokompatanility minor yang muncul penting
untuk mencegah identifikasi antigen ayah dan
janin.

17. Abnormalitas imunologis yang dijumpai pada


sistem reproduksi pria merupakan kelainan
autoimmune

18. Sistem imunitas pria tidak dapat toleransi terhadap


antigen sperma yang spesifik karena tertahan oleh
“blood-testis barrier”

19. Semen mengandung sel aktif imunologis yang


diduga terlibat dalam proses pencegahan
hancurnya autoimun pada spermatozoa
KESIMPULAN II
Pada laki2 lihat wanita tanpo dirangsang sudah ereksi
Neural
initiation

Sexual
stimulation
RANGSANGAN SEKS
 DIMULAI DENGAN
SENTUHAN HALUS
/RINGAN PADA DAERAH
NON GENITALE ZONE
BUKAN LANGSUNG
 KE GENITALE ZONE

GENITALE ZONES :
 =LABIA MINORA
 =CLITORIS
 =GLAND PENIS
 =SEKITAR KEMALUAN.
DAERAH RANGSANGAN PADA WANITA SELAIN
CLITORIS

N0N GENITALE ZONE :


=PAYU DARA
=BAHU.LEHER,BIBIR
LIDAH,SEKITAR MUKA
Siklus Seks Normal
Libido

Foreplay Istirahat

Terangsang Ejakulasi (Lk+Pr)


Lk: Ereksi Orgasme (Lk+Pr)
Pr: Cairan+++

Senggama

Anda mungkin juga menyukai