Anda di halaman 1dari 24

TUTORIAL

KLINIK HIDUP
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Pembimbing : dr. IBG Surya Putra Pidada, SpF
IDENTITAS

• Nama : Tn. A
• Umur : 20 tahun
• Alamat : Sidoagung godean
• Jenis kelamin : Laki - laki
• Pekerjaan : Pegawai swasta
• Agama : Islam
• Kewarganegaraan : Indonesia
• No rekam medis : 01.88.XX.XX
KRONOLOGIS

Dibawa ke RS PKU
15 hari SMRS kec Operasi ORIF femur
Muhammadiyah Yogyakarta
elakaan lalu lintas dan amputatum kruris
dan didiagnosis fraktur
sepeda motor sinistra
femur, tibia dan fibula

Pasien dirujuk ke RSUP S


ardjito untuk penanganan l
Luka memburuk setelah Pulang tanggal 09
ebih lanjut kerena luka pos
2 hari post operasi Februari 2019
t ORIF terinfeksi
Pemeriksaan Fisik

• Keadaan umum : tampak sakit sedang


• Kesadaran : compos mentis
• Tanda vital
- Tekanan darah : 108/61 mmHg
- Nadi : 92 kali/menit
- Pernafasan : 20 kali/menit
- Suhu : 36,5 ºC
Status lokalis

Ekstremitas Inferior Dextra

• Inspeksi : Ekstremitas Inferior Sinistra


Tampak luka terhecting
regio poplitea Dextra, • Inspeksi :
panjang : 20 cm, tanpak Tampak Luka post
luka pada regio calcaneus, amputatum , Bone expose
Nekrosis (+) (+) , Nekrosis (+) ,Tampak
• Palpasi : NT (-) luka terhecting post Orif
• Motorik : pada regio lateral, Femur
Nekrosis (+) , Menghitam
ROM dalam batas Normal (+)
• Palpasi : NT (-)
• Motorik : ROM terbatas
Pemeriksaan Penunjang

 Laboratorium (15/02/2019)

 Albumin : 2,19 g/dl ( N : 3,97 – 4,49)


 Lekosit : 19,05 10x3/uL ( N : 4,50 – 11,50)
 Hemoglobin : 9,6 g/dL ( N : 13,0 – 18,0)
Radiologi

Fraktur OS Femur Sinistra 1/3 media dalam Fiksasi interna


dengan plate dan 8 buah screw,
A/A adekuat
Pertanyaan :

1. Bagaimana mekanisme terjadinya luka atau infeksi luka operasi ?


2. Bagaimana mekanisme terjadinya nekrosis ?
3. Cara mendeskripsikan luka ?
4. Bagaimana prosedur permintaan pembuatan visum ?
5. Apakah peranan forensik klinik dalam kasus ini ?
6. Bagaimana aspek medikolegal amputasi ?
7. Bagaimana aspek medikolegal perlukaan ?
8. Bagaimana memperkirakan umur luka?
1. Bagaimana mekanisme terjadinya luka atau inf
eksi luka operasi ?

Normalnya mikroorganisme tidak dapat menimbulkan infeksi pada j


aringan oleh karena terdapatnya permukaan kulit intak yang meng
halangi. Pertahanan ini dapat rusak akibatkan trauma atau pembe
dahan. Selain pertahanan mekanik tersebut, terdapat mekanisme p
erlindungan lainnya, yakni:
Kimia : pH asam lambung
Humoral : antibitotik, komplemen, dan opsonin
Selular : sel fagosit, makrofag, sel PMN, dan limfosit
Kemungkinan timbulnya ILO juga ditentukan oleh sifat patogen dari
mikroorganisme dan besarnya lokasi inokulum bakteriJaringan yang
terlepas, dead space yang luas atau hematoma merupakan hasil da
ri teknik operasi yang buruk.
2. Bagaimana mekanisme terjadinya ne
krosis ?

Mekanisme yang dapat menyebabkan terjadinya kematian sel :


Kematian sel bermula dari jejas ( cedera ) yang terjadi pada
sel. Jejas tersebut dapat kembali normal apabila keadaan
lingkungan mendukung. Namun ketika lingkungan tetap bur
uk, cedera akan semakin parah yang mana sel tidak akan ke
mbali normal ( irreversible ) dan selanjutnya akan mati.
Kematian sel memiliki dua macam pola, yaitu nekrosis dan apoptosis
3.
Cara mendeskripsikan luka ?

a. Regio Luka
b. Koordinat Luka: X dan Y
c. Jenis Luka
d. Bentuk Luka
e. Umur luka berdasarkan warna
f. Arah Luka
g. Kondisi Luka
h. Dasar Luka
i. Ukuran Luka
j. Jumlah Luka
4. Bagaimana prosedur permintaan pembuatan visu
m?

Prosedur permintaan pembuatan visum diatur oleh kitab undang-


undang acara pidana dalam:
 Pasal 133 ayat 1, berbunyi :
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
 Pasal 133 ayat 2, berbunyi :
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka
atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
 Syarat permintaan pemeriksaan forensic klinik :
Memiliki permintaan tertulis dari penyidik , inform consent , melakukan pemeriks
aan secepat mungkin .
5. Apakah peranan forensik klinik dalam kasu
s ini ?

Forensik klinik :
Pemeriksaan pasien hidup yang merupakan subjek dengan cedera ata
u tersangka tersangkut kasus pelanggaran hukum dan memerlukan
bukti medis.
Pemeriksaan korban kejahatan dan kasus pelanggaran hukum denga
n tujuan untuk memperoleh, mencatat / mendokumentasikan dan
menginterpretasikan bukti medis.
Dalam kasus ini forensik klinik berfungsi untuk:
Pengobatan/perawatan terhadap seseorang yang memiliki k
eterbatasan
Melakukan pemeriksaan medis dan menentukan penyebab ter
jadinya komplikasi berupa infeksi dan nekrosis pada pasien
Melakukan pemeriksaan rekam medis pasien dan menganalis
a faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi dan ne
krosis pada pasien
6. Bagaimana aspek medikolegal amputasi ?

Tindakan memisahkan sebagian atau seluruh bagian tubuh atau ekst


remitas.
Pilihan terakhir karena pasien akan mengalami gangguan mobilitas,
produktivitas, dan dapat menyebabkan gangguan psikologis.
Indikasi amputasi antara lain adalah:
• Dead limb; anggota tubuh sudah mati akibat kelainan vaskul
er, trauma, luka bakar.
• Dangerous; anggota tubuh membahayakan karena menjadi
sumber infeksi,
• Damn nuisance; anggota tubuh mengganggu bila dipertahan
kan, misalnya pada kelainan kongenital dengan deformitas
berat, nyeri, atau infeksi kronis berulang.
Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan tindakan amputasi:
 Pasien memenuhi indikasi amputasi (Dead limb/Dangerous limb/Damn n
uisance)
 Amputasi merupakan tindakan terakhir saat tatalaksana/metode pen
anganan lainnya tidak mungkin dilakukan
 Manfaat yang diperoleh pasien lebih banyak dibandingkan dengan k
erugiannya
 Melakukan informed consent dan menghargai segala keputusan pasien
/keluarga
 Melakukan tindakan sesuai kompetensi secara baik dan benar, serta
meminimalisir tindakan kelalaian
 Mencatat semua tidakan yang telah dilakukan di dalam rekam medis
 Menjaga kerahasiaan, menjunjung profesionalisme
7. Bagaimana aspek medikolegal perlukaan ?

• Tujuan pemeriksaan medikolegal dilakukan untuk penegak


kan hukum pidana melalui penyusunan VeR
• Orientasi yang digunakan dalam perincian luka dan cede
ra adalah untuk membantu rekonstruksi peristiwa penyeba
b terjadinya luka dan perkiraan derajat keparahan luka (s
everity of injury)
• Suatu perlukaan dapat menimbulkan dampak dari segi f
isik, psikis, sosial, dan pekerjaan yang dapat timbul segera
, dalam jangka pendek, maupun jangka panjang
Di Indonesia dikenal 3 kategori derajat luka, yaitu luka derajat ring
an, sedang, dan berat.
UU pasal 360 ayat (2) berbunyi: “Barangsiapa karena kesalahanny
a (kealpaannya) menyebabkan orang lain luka sedemikian rupa se
hingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjala
nkan jabatan atau pekerjaannya sementara, diancam dengan pidan
a penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling
lama enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima
ratus rupiah”.
Pasal tersebut juga berhubungan dengan pasal 351 ayat (4) yaitu:
“Dengan sengaja merusak kesehatan orang disamakan dengan pen
ganiayaan”
LUKA RINGAN – SEDANG

• Undang-undang tidak menyebutkan derajat luka ringan dan sedan


g
• Menurut FDG, apabila ditemukan adanya penyakit (memar/ lecet)
dapat digunakan pasal 351 atau pasal 360 ayat 2 yang berbunyi
luka sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi sakit sementara
atau tidak dapat menjalankan jabatan atau pekerjaannya sement
ara
• Sedangkan luka sedang adalah luka yang menimbulkan sakit atau
penyakit dan sebagian lagi menyatakan bahwa luka sedang dapa
t merujuk pada pasal 360 KUHP ayat (2), dapat dirumuskan bahw
a luka sedang itu bukanlah luka berat maupun luka ringan
LUKA BERAT

Luka berat pada pasal 90 KUHP menurut Engelbrecht, adalah: (a) jat
uh sakit atau mendapat luka yang tidak dapat diharapkan akan semb
uh secara sempurna, atau yang menimbulkan bahaya maut; (b) Untuk
selamanya tidak mampu menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan y
ang merupakan pencaharian; (c) Kehilangan salah satu panca indera;
(d) Mendapat cacat berat; (e) Menderita sakit lumpuh; (f) Terganggun
ya daya pikir selama lebih dari empat minggu; (g) Gugur atau terbun
uhnya kandungan seorang perempuan.
8.
Fungsi Visum et Repertum ?

VeR dapat dijadikan sebagai alat bukti tertulis yang sah yan
g dibuat oleh dokter atas permintaan resmi (tertulis) penyidik
tentang pemeriksaan medis baik manusia hidup maupun mati
atau bagian tubuh manusia berupa temuan dan interpretasin
ya, dibawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan
Berperan dalan proses pembuktian suatu pidana terhadap ke
sehatan dan jiwa manusia
Hal penting bahwa surat permintaan VeR harus mengacu pad
a perlukaan akibat tindak pidana tertentu, yang terjadi pada
waktu dan tempat tertentu
Referensi

1. Rao, D. Injuries. Accesed May , 8, 2017. Available on:http;//


www.forensicpathologyonline.com/E-Book/injuries
2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Hertian S, Sidhi, Sa
mpurna B. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedo
kteran Universitas Indonesia;1997.
3. Kitab Undang - Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
4. Philip SL. Clinical Forensic Medicine : Much Scope for Dev
elopment in Hong Kong. Hongkong : Department of Patholo
gy Faculty of Medicine University of Hong Kong. 2007
Thank you

Anda mungkin juga menyukai