Anda di halaman 1dari 69

INTERPRETASI DATA KLINIK

ELEKTROLIT TUBUH
DWI PRATIWI REDO RIZALDI
LAILI SA’ADAH ROBIATUN ADAWIYAH
MUTIA RAHMI SELVI NURIZKY
NOVA TANTRI SILALAHI VIVIN SARASANTI
PATCHU RAHMI WULANDARI YULIA PUTRI
PEDRO ANUGERAH. A

DOSEN PENGAMPU : Dr. Meiriza Djohari M.Kes, Apt


KOMPOSISI CAIRAN TUBUH

PELARUT ZAT TERLARUT

ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT

ANION KATION
GLUKOSA,
UREA DLL
KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH
• Cairan yang terdapat di dalam sel dengan jumlah
Cairan sekitar 40% dari berat badan dan merupakan bagian
dari protoplasma. Pada intarseluler ini terjadi proses
Intraseluler metabolisme.

• Cairan yang terdapat di luar dengan jumlah sekitar


Cairan 20% dari berat badan, dan berperan dalam memberi
bahan makanan bagi sel dan mengeluarkan sampah
Ekstraseluler sisa metabolisme

PADA ORANG • 60% dari berat badan adalah air (cairan dan
DEWASA elektrolit).
ELEKTROLIT TUBUH
ELEKTROLIT Senyawa di dalam larutan
yang berdisosiasi menjadi
partikel yang bermuatan
(ion) positif atau negative.
ELEKTROLIT TUBUH
Natrium Kalium

Berperan dalam Merupakan kation utama yang


terdapat di dalam cairan
memelihara tekanan intraseluler (bersama
osmotik, keseimbangan bikarbonat) berfungsi sebagai
asam-basa dan membantu buffer utama. Konsentrasi kalium
dalam serum berkolerasi
rangkaian transmisi impuls langsung dengan kondisi
saraf. fisiologi pada konduksi saraf,
fungsi otot, keseimbangan
asam-basa dan kontraksi otot
jantung.
Klorida Kalsium

Terlibat dalam kontraksi


Berperan penting dalam otot, fungsi jantung,
memelihara keseimbangan transmisi impuls saraf dan
asam-basa tubuh dan pembekuan darah.Fungsi
cairan melalui pengaturan utama kalsium adalah
sebagai penggerak dari
tekanan osmosis. otot-otot, deposit utamanya
berada di tulang dan gigi,
apabila diperlukan, kalsium
ini dapat berpindah ke
dalam darah.
Magnesium Fosfor Anorganik

Dibutuhkan untuk pembentukan


Dibutuhkan bagi ATP sebagai jaringan tulang, metabolisme
sumber energi. Juga berperan glukosa dan lemak,
dalam metabolisme karbohidrat, pemeliharaan keseimbangan
sintesa protein, sintesa asam asam-basa serta penyimpanan
nukleat, dan kontraksi otot. dan transfer energi dalam
tubuh.
Faktor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan dan elektrolit

Jenis
Usia Stres
kelamin

Temperatur
Lingkungan Diet Sakit Pengobatan
KESEIMBANGAN ASAM BASA

Hemoestasis dari kadar ion


hidrogen [H+].
Kadar H+ normal arteri :
4 x 10^-8 mEq/L

Cairan tubuh digolongkan


sebagai asam atau basa
menurut kadar ion H+
KESEIMBANGAN ASAM BASA

Penilaian status asam basa dilakukan dengan


mengukur [H+], [HCO3-], dan PCO2 yang merupakan
komponen-komponen sistem dapar bikarbonat dalam
plasma.

Menambah H+, mengeluarkan


Mengeluarkan H+, menambah
bikarbonat, atau meningkatkan
bikarbonat, atau menurunkan
PCO2 akan menimbulkan efek
PCO2 akan menyebabkan [H+]
yang sama, yaitu suatu kenaikan
berkurang.
[H+].
KESEIMBANGAN ASAM BASA

Masalah-masalah utama
Masalah-masalah utama
dalam produksi dan ekskresi
dalam ekskresi CO2 terlihat
H+ terdiri dari [HCO3-] dan
dari PCO2 dan kondisi-kondisi
kondisi-kondisi demikian
demikian disebut gangguan
disebut gangguan asam basa
asam basa “respiratorik”.
“metabolik”.
KESEIMBANGAN ASAM BASA

[H+] yang teramati pada


Tubuh memiliki mekanisme gangguan asam basa
fisiologis yang berupaya menggambarkan
mengembalikan [H+] ke keseimbangan antara
konsentrasi normal. gangguan utama dan
besarnya kompensasi.
GANGGUAN ASAM-BASA

Gangguan asam-basa “metabolik”


mencakup gangguan-gangguan Gangguan asam-basa
yang secara langsung “respiratorik”' berpengaruh
menyebabkan perubahan langsung pada PCO2
konsentrasi bi karbonat.

Sebagai contoh, diabetes melitus yaitu


berubahnya metabolisme antara karena Fungsi pernapasan yang terganggu
tidak adanya insulin menyebabkan menyebabkan kenaikan CO, dalam
kenaikan H+ akibat ionisasi asam darah, sedangkan hiperventilasi
asetoasetat dan asam B-hidroksibutirat, (meskipun lebih jarang) dapat
atau hilangnya bikarbonat dari cairan menyebabkan penurunan PCO2.
ekstraseluler, misalnya karena fistula
duodenum
INTERPRETASI ANALISA GAS DARAH
LIHAT pH
DARAH

pH < 7,35 PH > 7,45

ASIDOSIS ALKALOSIS
ASIDOSIS ALKALOSIS

LIHAT pCO2 LIHAT HCO3

< 40 mmHg > 40 mmHg < 24 mM > 24 mM

METABOLI RESPIRATOR RESPIRATORI METABOLI


K IK K K
KESEIMBANGAN ASAM BASA

Diperlukan pH yang stabil


Metabolisme manusia
untuk fungsi jantung dan
menghasilkan 50 hingga 100
enzim yang normal.
mEq ion H+ per hari. Kadar
Keseimbangan asam basa
pH darah rata – rata adalah
dipertahankan dalam batas
7,4
normal yaitu 7,35-7,45
KESEIMBANGAN ASAM BASA
Karbonat-
Fosfat bikarbona
monosodi t Protein
um- (Pr- dan
disodium HPr)
oksiHb-
Proses metabolisme tubuh Asam volatil : CO2 Hb
menyebabkan terjadinya dalam
pembentukan dua jenis Asam non-volatil : asam
sulfat, asam fosfat, asan eritrosit
asam yaitu asam violatil
dan non volatil nukleat dll.

Buffer :
Memelihara PH agar
tetap konstan
Sistem dapar yang penting dalam tubuh, yaitu:

Sistem dapar Sistem dapar


bikarbonat-asam Sistem dapar fosfat hemoglobin
bikarbonat
• Dihasilkan oleh protein-
• Merupakan sistem • Merupakan sistem protein plasma, terutama
dapar di cairan daparyang penting hemoglobin yang terdapat
disel darah merah.
ekstrasel terutama dalam eritrosit dan sel Merupakan sistem dapar
untuk perubahan tubulus ginjal. di dalam eritrosit untuk
yang disebabkan perubahan asam karbonat
oleh non-bikarbonat
Sistem Dapar Protein

Banyak terdapat pada sel jaringan dan juga bekerja


pada plasma.
KESEIMBANGAN ASAM BASA

Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H+ maka tubuh berusaha


mempertahankan ion H+ seperti nilai semula dengan cara:

Pengontrolan Pengontrolan
Mengaktifkan respirasi terhadap ginjal terhadap
sistem dapar kimia keseimbangan keseimbangan
Asam-Basa Asam-Basa
PENANDAAN BIOKIMIA
METODE PEMERIKSAAN

Pemeriksaan dengan Pemeriksaan dengan Pemeriksaan dengan


Metode Elektroda Ion Spektrofotometer Emisi Spektrofotometer
Selektif (Ion Selective Nyala (Flame Emission berdasarkan Aktivasi
Electrode/ISE) Spectrofotometry/FES) Enzim

Pemeriksaan dengan
Pemeriksaan Kadar
spektrofotometer atom Pemeriksaan Kadar
Klorida dengan Metode
serapan (Atomic Klorida dengan Metode
Titrasi Kolorimetrik-
Absorption Titrasi Merkurimeter
Amperometrik
Spectrophotometry/AAS)
Pemeriksaan dengan Metode Elektroda Ion
Selektif (Ion Selective Electrode/ISE)

 Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan klorida dengan metode elektroda ion
selektif (Ion Selective Electrode/ISE) adalah yang paling sering digunakan.

ISE DIREC: ISE INDIRECT


ISE direk memeriksa secara langsung Memeriksa
pada sampel plasma, serum dan darah sampel yang
utuh. sudah diencerkan
Ion Selective Electrode/ISE

PRINSIP :

 Alat yang menggunakan metode


ISE untuk menghitung kadar ion
sampel dengan membandingkan
kadar ion yang tidak diketahui
nilainya dengan kadar ion yang
diketahui nilainya. Membran ion
selektif pada alat mengalami
reaksi dengan elektrolit sampel.
Ion Selective Electrode/ISE
SPOTCHEM EL SE-1520
Sampel : darah, serum, plasma,
urin.
Tersedia 2 pipet yang khusus : pilih
sesuai jumlah sampel yang akan di
uji
Pemeriksaan : Na, K, Cl
Prinsip: E-plate memiliki 3 pasang
elektroda internal.. Konsentrasi
elektrolit dihitung dari potensi yang
berbeda yang dihasilkan antara
sampel.
Ion Selective Electrode/ISE
 Membran merupakan penukar ion, bereaksi terhadap perubahan
listrik ion sehingga menyebabkan perubahan potensial membran.
Perubahan potensial membran ini diukur, dihitung menggunakan
persamaan Nerst, hasilnya kemudian dihubungkan dengan amplifier
dan ditampilkan oleh alat.

Persamaan Nerst :

E = E’ = R . T / n . F . 1n ( f1-c1 )
Pemeriksaan dengan Spektrofotometer Emisi Nyala
(Flame Emission Spectrofotometry/FES)

 Spektrofotometer emisi nyala digunakan untuk pengukuran


kadar natrium dan kalium.
Pemeriksaan dengan Spektrofotometer Emisi Nyala
(Flame Emission Spectrofotometry/FES)

PRINSIP :
 Prinsip pemeriksaan spektrofotometer emisi nyala adalah sampel
diencerkan dengan cairan pengencer yang berisi litium atau sesium,
kemudian dihisap dan dibakar pada nyala gas propan. Ion natrium,
kalium, litium, atau sesium bila mengalami pemanasan akan
memancarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu.

 Natrium (kuning) : 589 nm


 Kalium (ungu) : 768 nm
Pemeriksaan dengan Spektrofotometer berdasarkan
Aktivasi Enzim
Pemeriksaan dengan Spektrofotometer berdasarkan
Aktivasi Enzim

PRINSIP : NATRIUM :
Prinsip pemeriksaan kadar natrium dengan
metode spektrofotometer yang berdasarkan
aktivasi enzim yaitu aktivasi enzim beta-
galaktosidase oleh ion natrium untuk
menghidrolisis substrat o-nitrophenyl-β- D-
galaktipyranoside (ONPG). Jumlah galaktosa
dan o-nitrofenol yang terbentuk diukur pada
Panjang gelombang 420 nm.
Pemeriksaan dengan Spektrofotometer berdasarkan
Aktivasi Enzim

PRINSIP :

KALIUM :
Prinsip pemeriksaan kalium dengan metode
spektrofotometer adalah ion K+
mengaktivasi enzim tryptophanase.
Pemeriksaan dengan Spektrofotometer berdasarkan
Aktivasi Enzim

PRINSIP :
KLORIDA :
Prinsip pemeriksaan klorida dengan
metode spektrofotometer adalah reaksi
klorida dengan merkuri thiosianat menjadi
merkuri klorida dan ion thiosianat. Ion
thiosianat bereaksi dengan ion ferri.
Panjang gelombang 480 nm.
Pemeriksaan dengan spektrofotometer atom serapan
(Atomic Absorption Spectrophotometry/ AAS)
Pemeriksaan dengan spektrofotometer atom serapan (Atomic
Absorption Spectrophotometry/ AAS)

 Prinsip pemeriksaan dengan spektrofotometer atom


serapan adalah teknik emisi dengan elemen pada
sampel mendapat sinar dari hollow cathode dan
PRINSIP : cahaya yang ditimbulkan diukur sebagai level energi
yang paling rendah.
 Elemen yang mendapat sinar dalam bentuk ikatan
kimia (atom) dan ditempatkan pada ground state
(atom netral). Metode spektrofotometer atom
serapan mempunyai sensitivitas spesifisitas yang
lebih tinggi dibandingkan metode spektrofotometer
nyala emisi.
Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode Titrasi
Merkurimeter

Spesimen filtrat yang bebas protein


dititrasi dengan larutan merkuri nitrat,
dengan penambahan
diphenylcarbazone sebagai indikator.
PRINSIP :
Hg2+ yang bebas, bersama klorida
membentuk larutan merkuri klorida
yang tidak terionisasi .Kelebihan ion
Hg2+ bereaksi dengan
diphenylcarbazone membentuk
senyawa kompleks berwarna biru-
ungu.Titik akhir dari titrasi adalah
saat mulai timbul perubahan warna
Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode Titrasi
Kolorimetrik-Amperometrik

 Prinsip pemeriksaan kadar


klorida dengan metode titrasi
kolorimetrik-amperometrik
PRINSIP : bergantung pada generasi Ag+
dari elektroda perak yang
konstan dan pada reaksi
dengan klorida membentuk
klorida perak tang tidak larut.
Interval waktu yang digunakan
sebanding dengan kadar
klorida pada sampel.
PENYAKIT TERKAIT JUMLAH
Gangguan Keseimbangan Asam-Basa
2. Gangguan Asam Basa Respiratorik
Gangguan asam basa
metabolik tercermin pada
Kompensasi pernafasan
perubahan konsentrasi
Gangguan asam basa terjadi dengan cepat
bikarbonatdalam cairan
basa metabolik sehingga passien penderita
ekstraseluler yang ssering
primer dapat gangguan asam basa
kali terjadi karena
diketahui dengan metabolik akan selalu
meningkatnya atau
menentukan menunjukkan seddikit
hilangnya ion hidrogen.
konsentrasi perubahan pada PCO3
Pengeluaran atau asupan
bikarbonat (gambar darah akibat hiperventilasi
bikarbonat secara langsung
1) atau hipoventilasi (gambar
juga akan menyebabkan
2)
gangguan asam basa
metabolik.
Asidosis metabolik

Pada asidosis metabolik, masalah utama adalah penurunan


konsentrasi bikarbonat dalam cairan ekstraseluler. Penyebab utama
asidosis metabolik adalah sbb: (gambar 3)

Peningkata Igesti ion Terganggun Kehilangan


n produksi hidrogen ya ekskresi bikarbonat
ion atau obat- ion melalui
hidrogen obat yang hidrogen saluran
dimetabolis oleh ginjal cerna atau
me menjadi dalam urin
asam
Anion gap adalah suatu teknik
biokimia yang terkadang mampu menilai
masalah asam basa. Anion gap bukan Penyakit ginjal
realitas fisiologis .pada orang sehat
anion gap memiliki nilai antara 6 dan 18
mmol/L. Penyebab asidosis Ketosidosis
metabolik yg disertai diabetikum
dgn betrambahnya
Anion gap + [Na+] – ([Cl-] + [HCO3-]) anion gap terjadi pada
kondisi berikut: Asidosis laktat

Kasus overdosis atau


keracunan tertenti\u
Alkalosis metabolik

Penyebab alkalosis metabolik terdapat pada gambar 3, konsdisi tersebut


dapat disebabkan oleh:

Hilangnya ion hiodrogen dalam cairan lambung ketika muntah.


Kondisi ini terutama terlihat ketika terjadi stenosis pilorik yang
mencegah terjadinya kehilangan yang bersamaan sekresi yang
mengandung sejumlah besar bikarbonat dari duodenum

Ingesti alkali yang dapat diabsobsi seperti


natrrium bikarbonat. Alkalosis metabolik hanya
akan terjadi apabila dikonsumsi dengan dosis yang
sangat besar, kecuali terdapatt kerusakan ginjal.

Defisiensi kalium. Pada kondisi deplesi kalium yg


parah, seringkali disebabkan oleh terapi
diuretik, ion hidrogen ditahan didalam sel-0sel
yang menggantikan ion kalium yg hilang.
Gambar 3
Gangguan Keseimbangan Asam-Basa
2. Gangguan Asam Basa Respiratorik

Pada gangguan asam-basa respiratorik


masalah utama disebabkan oleh
perubahan PCO2 dalam darah arteri.
Gangguan pernafasan disebabkan
perubahan jumlah udara yang masuk atau
keluar paru atau perubahan kemampuan
gas berdifusi melewati membran alveolus
(pertukaran gas). Pada kedua kasus
tersebut, PCO2 berubah dan konsentrasi
asam bikarbonat naik atau turun
• Pada asidosis
respiratorik, [H+]
selalu tinggi, tetapi
kemungkinan • Berlawanan dengan
berada di dalam kompensasi • Pada gangguan
kisaran rujukan. pernafasan dalam pernafasan kronik,
PCO2 selalu gangguan metabolik, [H+] sering menetap
meningkat. pada • Asidosis mekanisme pada suatu keadaan
kondisi respiratorik akut kompensasi ginjal mantab yang baru,
terkompensasi, merupakan suatu berlangsung jauh dalam kisaran
[HCO3-] juga keadaan darurat lebih lambat. rujukan, dan pada
meningkat. medis dan perlu kondisi ini,
segera ditangani kompenssi terjadi
dengan maksimal. Alkalosis
menghilngkan respiratorik jarang
sumber masalah terjadi dan dapat
pernafasan. disebabkan oleh over
ventilasi mekanis
dan bernafas
berlebihan karna
histeris.
Masalah utama dalam
asidosis respiratorik akut
adalah hipoventilasi
alveolus. Apabila aliran
udara berkurang sebagian
atau sempurna, PCO2
dalam darah akan naik tiba-
tiba dan H+ akan naik
dengan cepat. PO2 rendah
dan PCO2 tingi yang
mengakibatkan terjadinya
koma. Jika tidak segera
ditangani dapat
menyebabkan kematian
Pada asidosis respiratori
kronik masalah utama
biasanya adalah
terganggunya ventilasi
alveolus, tetapi
kompensasi ginjal sangat
memperngaruhi
gambaran asam-basa

Kompensasi dapat terjadi sebagian atau


sempurna. Ginjal meningkatkan eksresi ion
hidrogen dan konsentrasi dan konsentrasi
bikarbonat dalam cairan ekstraseluler
meningkat. H+ dalam darah cenderung kembali
normal
Pertimbankan kemungkinan diagnosis
berdasarkan anamnesis dari pemeriksaan
klinis

Ambil sampel darah arteri dengan tehnik


yang sesuai

Kaji hasil pemeriksaan untuk menentukan jenis


gangguan asam-basa primer

{H+}↑ {H+}↓

Asidosis Alkalosis
Asidosis Alkalosis
↓{HCO3- ↑{HCO3-
↑PCO2 ↓PCO2
} }

Asidosis Asidosis Alkalosis Alkalosis


respiratorik metabolik respiratorik metabolik

Apakah terjadi kompensasi?


Periksa komponen (PCO2 atau HCO3-)
yang tidak digunakan untuk
menentukan gangguan primer
PCO2 + {HCO3-} berubah PCO2 + {HCO3-} berubah
dengan perbandingan lurus dengan perbandingan terbalik

Tentukan tingkat Pertimbangkan adanya


kompensasai gangguan asam-basa
Apakah hasil uji biokimia campuran
sesuai dengan diagnosis
klinis?
Apakah hasil uji biokimia sesuai
dengan diagnosis klinis? Tidak
Ya

Ulangi pengujian atau


Tentukan penanganan
pikirkan kembali diagnosis
Gangguan keseimbangan natrium, kalium dan klorida berupa hipo dan
hiper :

HIPO HIPER
HIPO HIPER
Hiponatremia Hipernatremia
Hipofosfatemia Hiperfosfatemia
Hipokalemia Hiperkalemia
Hipourisemia Hiperurisemia
Hipoklorinemia Hiperklorinemia
Hipomagnesemia Hipermagnesemia
Hipokalsemia Hiperkalsemia
Gangguan Keseimbangan Natrium

Hiponatremia

KADAR NORMAL : ● Hiponatremia umumnya berkaitan dengan hipo-


135-144 mEq/L osmolalitas plasma.

SI unit : ● Osmolalitas plasma yang rendah menyebabkan


135-144 mmol/L perpindahan air masuk ke dalam sel.
Pembengkakan sel otak, dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intracranial, yang paling
bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala
susunan saraf pusat.
● Hiponatremia juga dapat disebabkan
Hiponatremia oleh beberapa penyakit ginjal yang
menyebabkan gangguan fungsi
glomerulus dan tubulus pada ginjal,
penyakit addison, serta retensi air yang
KADAR NORMAL : berlebihan (overhidrasi hipo-osmotik)
135-144 mEq/L akibat hormon antidiuretik.
SI unit :
135-144 mmol/L
● Peningkatan konsentrasi natrium plasma
Hipernatremia karena kehilangan air dan larutan
ekstrasel (dehidrasi hiperosmotik pada
diabetes insipidus) atau karena kelebihan
natrium dalam cairan ekstrasel seperti
NILAI NORMAL :
pada overhidrasi osmotik atau retensi air
135-144 mEq/L
oleh ginjal dapat menyebabkan
SI unit : peningkatan osmolaritas & konsentrasi
135-144 mmol/L natrium klorida dalam cairan ekstrasel.
Gangguan Keseimbangan Kalium

Asupan Kalium
Kurang Keluarnya Kalium
dari Intrasel ke
Ekstrasel
Pengeluaran
Kalium Berlebihan
Berkurangnya
Kalium Masuk ke Ekskresi Kalium
Dalam Sel melalui Ginjal

Penyebab Hipokalemia Penyebab Hiperkalemia


KADAR NORMAL :
0 – 17 tahun : 3,6-5,2 mEq/L SI unit : 3,6-5,2mmol/L
> 18 tahun : 3,6-4,8 mEq/L SI unit : 3,6-4,8mmol/L

IMPLIKASI KLINIK

Hipokalemia :
Hiperkalemia :
Konsentrasi kalium dalam serum darah
Faktor yang mempengaruhi penurunan
kurang dari 3,5 mmol/L. Kondisi
ekskresi kalium yaitu : gagal ginjal,
hipokalemia akan lebih berat pada diare,
kerusakan sel (luka bakar, operasi),
muntah, luka bakar parah, aldosteron
asidosis, enyakit Addison.
primer.
Gangguan Keseimbangan Klorida

NILAI NORMAL :
97-106 mEq/L

Hipoklorinemia terjadi jika pengeluaran


Hipoklorinemia juga dapat terjadi pada
klorida melebihi pemasukan. Penyebab
gangguan yang berkaitan dengan retensi
hipoklorinemia umumnya sama dengan
Hipoklorinemia hiponatremia, tetapi pada alkalosis
bikarbonat, contohnya pada asidosis
respiratorik kronik dengan kompensasi
metabolik dengan hipoklorinemia, defisit
ginjal.
klorida tidak disertai defisit natrium.
Gangguan Keseimbangan Klorida

Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi


pengeluaran pada gangguan mekanisme homeostasis
dari klorida. Umumnya penyebab hiperklorinemia sama
dengan hipernatremia.

Hiperklorinemia dapat dijumpai pada kasus dehidrasi,


asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis
metabolik yang disebabkan karena diare yang lama dan
kehilangan natrium bikarbonat, diabetes insipidus,
hiperfungsi status adrenokortikal dan penggunaan
larutan salin yang berlebihan, alkalosis respiratorik.

Asidosis hiperklorinemia dapat menjadi petanda pada


gangguan tubulus ginjal yang luas
Gangguan Keseimbangan Kalsium
NILAI NORMAL :
8,8-10,4 mg/dL
 Gejala hipokalsemia
bergantung pada derajat,
HIPOKALSEMIA
durasi, dan kecepatan
perkembangan

 Hipokalsemia berat dapat


menyebabkan terjadinya
kejang konvulsif atau
Malabsorpsi
kalsium
Hiperfosfatemia laringospasme
Gangguan Keseimbangan Kalsium

HIPERKALSEM
Hiperkalsemia disebabkan oleh
IA mobilisasi kalsium dari tulang
yang diperantarai oleh PTH dan
reabsorpsi kalsium di ginjal
yang diperkuat oleh PTH
Gangguan Keseimbangan Fosfat
 NILAI NORMAL :
 PRIA: 0-5 tahun = 4-7 mg/dL
6-13 tahun = 4-5,6 mg/dL
14-16 tahun = 3,4-5,5 mg/dL
17-19 tahun = 3-5 mg/dL
> 20 tahun = 2,6-4,6 mg/dL

 WANITA : 0-5 tahun = 4-7 mg/dl


6-10 tahun = 4,2-5,8 mg/dL
11-13 tahun = 3,6-5,6 mg/dL
14-16 tahun = 3,2-5,6 mg/dL
> 17 tahun = 2,6-4,6 mg/dL
Gangguan Keseimbangan Fosfat

Hipofosfatemia

Perpindahan fosfat Hilangnya fosfat


Asupan peroral
dari ECF kedalam ginjal secara
menurun
sel atau ke tulang berlebih
Gangguan Keseimbangan Fosfat

Penurunan Redistribusi
ekskresi fosfat dari ICF ke
melalui ginjal ECF
HIPERFOSFATEM
IA
Peningkatan Peningkatan
asupan absorpsi usus
Gangguan Keseimbangan Magnesium

NILAI NORMAL : Asupan dari makanan yang tidak


mencukupi
1,7-2,3 mg/dL

Kehilangan cairan berlebih melalui


sakuran cerna atau urin
Hipomagnesemia

Perpindahan dari ECF ke ICF


Gangguan Keseimbangan Magnesium

Hipermagnesemia

Peningkatan
Penurunan ekskrsi
asupan
ginjal
magnesium
Gangguan Keseimbangan Asam Urat
NILAI NORMAL :
PRIA : >15 tahun = 3,6 – 8,5 mg/dL
WANITA : > 18 tahun = 2,3-6,6 mg/dL

IMPLIKASI KLINIK :

Hiperurisemia dapat terjadi pada leukimia, limfoma, syok, kemoterapi, metabolit


asidosis dan kegagalanfungsi ginjal yang signifikan akibat penurunan ekskresi
atau peningkatan produksi asam urat
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai