Anda di halaman 1dari 7

BAB 2 : KORUPSI

NAMA KELOMPOK :
1. IQBAL DIMAS BACHTIAR
2. JIHAN PUTRI AULIYA
3. MARIA NURLITA
4. SALMA AYA SOFIA
5. SASKIA SALSABELA
PENGERTIAN

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin:


corruptio dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baik
politisi maupun pegawai negeri,
serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak
wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan
publik yang dikuasakan kepada
mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak.
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

• faktor internal : • faktor eksternal :


a. Sifat tamak/rakus manusia a. Faktor politik
b. Gaya hidup konsumtif b. Faktor hukum
c. Moral yang kurang kuat c. Faktor Ekonomi
d. Faktor organisasi
BENTUK-BENTUK KORUPSI

1. Penyuapan (bribery)
2. Embezzlement
3. Fraud
4. Extortion
5. Favouritism
6. Serba kerahasiaan
7. Melanggar hukum dan merugikan negara
CIRI-CIRI KORUPSI

1. Selalu melibatkan lebih dari dari satu orang. Inilah yang membedakan antara korupsi dengan pencurian atau penggelapan.

2. Pada umumnya bersifat rahasia, tertutup terutama motif yang melatarbelakangi perbuan korupsi tersebut.

3. Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik. Kewajiban dan keuntungan tersebut tidaklah selalu berbentuk
uang.

4. Berusaha untuk berlindung dibalik pembenaran hukum.

5. Mereka yang terlibat korupsi ialah mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang serta mempengaruhi keputusan-
keputusan itu.

6. Setiap tindakan mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau pada masyarakat umum.

7. Setiap bentuknya melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari mereka yang melakukan tindakan tersebut.

8. Dilandaskan dengan niat kesengajaan untuk menempatkan kepentingan umum di bawah kepentingan pribadi.
LANDASAN HUKUM KORUPSI

1. TAP MPR RI No. XI/MPR/1998

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999

3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 1999

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 1999

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 1999

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1999


KASUS KORUPSI SETYA
NOVANTO

Pada Senin, 17 Juli 2017 KPK menetapkan Setya Novanto


yang kala itu menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar
di DPR sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan e-KTP
untuk 2011-2012. Penetapannya menjadikan ia sebagai
tersangka keempat yang ditetapkan oleh KPK sebagai
tersangka setelah Irman, Sugiharto dan Andi Narogong.
Setya Novanto diduga melakukan penyalahgunaan
wewenang dan tindakan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau korporasi dengan ikut mengambil andil
dalam pengaturan anggaran proyek e-KTP sebesar Rp 5,9
triliun sehingga merugikan negara hingga Rp 2,3 triliun.

Anda mungkin juga menyukai