Anda di halaman 1dari 34

TUTORIAL

TERAPI OKSIGEN DAN


KESEIMBANGAN ASAM BASA
Dokter Pembimbing :
dr. Eva Susana, Sp. An

Disusun oleh :
Abraham Isnan 2014730001
Derry Arya Pratama 2015730028
Digit Galuh Gantina 2014730019
Isya Thulrahmi 2015730063

STASE ANESTESI
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA SUKAPURA
TERAPI OKSIGEN
DEFINISI TERAPI OKSIGEN

Terapi oksigen (O2) merupakan suatu intervensi medis berupa


upaya pengobatan dengan pemberian oksigen (O2) untuk mencegah
atau meperbaiki hipoksia jaringan dan mempertahankan oksigenasi
jaringan agar tetap adekuat dengan cara meningkatkan masukan
oksigen (O2) ke dalam sistem respirasi, meningkatkan daya angkut
oksigen (O2) ke dalam sirkulasi dan meningkatkan pelepasan atau
ekstraksi oksigen (O2) ke jaringan.

Oksigen (O2) dikemas dalam tabung bertekanan tinggi dalam


bentuk gas, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mudah
terbakar.
TUJUAN TERAPI OKSIGEN

• Meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk


ke jaringan untuk memfasilitasi metabolisme aerob.

• Mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 % untuk:


• Mencegah dan mengatasi hipoksemia/hipoksia serta
mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat.
• Menurunkan kerja nafas dan miokard.
• Menilai fungsi pertukaran gas
INDIKASI TERAPI OKSIGEN

Infark miokard, edema paru,


trauma paru akut, sindrom
gangguan pernapasan akut
Selama periode perioperatif
Hipoksia (ARDS), fibrosis paru,
karena anestesi umum
keracunan sianida atau
inhalasi gas karbon monoksida
(CO)

Sebelum dilakukannya
beberapa prosedur, seperti
Luka bakar, trauma, infeksi
pengisapan trakea atau
berat, penyakit keganasan,
bronkoskopi yang seringkali
kejang demam
menyebabkan terjadinya
desaturasi arteri
TERAPI OKSIGEN JANGKA PENDEK
TERAPI OKSIGEN JANGKA PANJANG
KRITERIA TERAPI OKSIGEN

• Mampu mengatur konsentrasi atau fraksi oksigen (O2) (FiO2) udara


inspirasi.
• Tidak menyebabkan akumulasi karbon dioksida (CO2).
• Tahanan terhadap pernapasan mininal.
• Irit dan efisien dalam penggunaan oksigen (O2).
• Diterima dan nyaman digunakan oleh pasien.
CARA PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN

Sistem arus rendah Sistem arus tinggi


(Low Flow Devices) (High Flow Devices)
• Nasal kanul • Venturi
• Nasal kateter • CPAP (continous
• Simple Mask positive airway
• Non Rebreathing pressure)
Mask
• Rebreathing Mask
ALAT-ALAT TERAPI OKSIGEN

NASAL KANUL – NASAL KATETER

Oksigen dengan aliran 2-6 liter/menit dengan fraksi oksigen (O2) (Fi-O2)
antara 24-44%.

Keuntungan Kerugian

• Pemberian oksigen (O2) yang • Kering dan iritasi pada mukosa


stabil serta pemasangannya hidung
mudah dan nyaman oleh karena • Mudah lepas, tidak dapat
pasien masih dapat makan, memberikan konsentrasi oksigen
minum, bergerak dan berbicara. (O2) lebih dari 44% dan tidak
dapat digunakan pada pasien
dengan obstruksi nasal
ALAT-ALAT TERAPI OKSIGEN

SIMPLE MASK

Alat ini mampu menyediakan fraksi oksigen (O2) (FiO2) sekitar 40-60%
dengan aliran sekitar 5-10 liter/ menit.

Keuntungan Kerugian

• Mampu memberikan fraksi oksigen • Tidak dapat memberikan fraksi


(O2) (FiO2) yang lebih tinggi oksigen (O2) (FiO2) kurang dari
daripada nasal kanul ataupun nasal 40%, dapat menyebabkan
kateter penumpukan karbon dioksida (CO2)
jika aliran oksigen (O2) rendah dan
oleh karena penggunaannya
menutupi mulut, pasien seringkali
kesulitan untuk makan dan minum
serta suara pasien akan teredam
ALAT-ALAT TERAPI OKSIGEN

MASKER RESERVOIR (REBREATHING DAN NON-REBREATHING

Dapat mengantarkan oksigen (O2) sebanyak 10-15 liter/ menit dengan fraksi oksigen
(O2) (FiO2) sebesar 80-85% bahkan hingga 100% pada nonrebreathing

Keuntungan Kerugian

• Konsentrasi oksigen yang • Tidak dapat memberikan


tinggi fraksi oksigen yang rendah.
• Lembab • Penggunaannya menutupi
mulut sehingga pasien
seringkali kesulitan untuk
makan dan minum
ALAT-ALAT TERAPI OKSIGEN

VENTURI
Diberikan pada pasien hyperkarbia kronik (CO2 yang tinggi) seperti PPOK yang
terutama tergantung pada kendali hipoksia untuk bernafas, pada pasien hypoksemia
sedang sampai berat, dan ventilasi yang tidak teratur.

Keuntungan Kerugian

• Konsentrasi oksigen yang diberikan • Ketidaknyamanan


konstan/tepat sesuai dengan
petunjuk pada alat
• FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola
ventilasi, serta dapat diukur dengan
O2 analiser, temperatur dan
kelembaban gas dapat dikontrol
• Tidak terjadi penumpukan CO2
KONSENTRASI OKSIGEN
Alat yang digunakan O2 (l/mnt) FiO2
Nasal kanul 1-2 0,21 – 0,24
2 0,23 – 0,28
3 0,27 – 0,34
4 0,31 – 0,38
5-6 0,32 – 0,44
Venturi 4-6 0,24 – 0,28
8-10 0,35 – 0,40
8-12 0,50
Simple mask 5-6 0,30 – 0,45
7-8 0,40 – 0,60
Rebreathing 7 0,35 – 0,75
10 0,65 – 1,00
Non-rebreathing 4-10 0,40 – 1,00
PERHITUNGAN TERAPI OKSIGEN

Pasien datang dengan O2 3 liter nasal kanul, AGD PaO2 (70) dan
PaCO2 (74)

• PAO2 = (713 x FiO2) – (1,25 x PaCO2)


= (713 x 0,3) – (1,25 x 74)
= 213,9 – 92,5
=121,4
• AaDO2 = 121,4 – 70
= 51,4
• FIO2 = (150 + 51,4) / 760 X 100% = 201,4 / 760 x 100%  0,26
 02 nasal kanul 2 ltr/m
PEDOMAN PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN

• Tentukan status oksigenasi pasien dengan pemeriksaan klinis, analisa gas


darah dan oksimetri.
• Pilih sistem yang akan digunakan untuk memberikan terapi oksigen (O2).
• Tentukan konsentrasi oksigen (O2) yang dikehendaki: rendah (di bawah
35%), sedang (35 sampai dengan 60%) atau tinggi (di atas 60%).
• Pantau keberhasilan terapi oksigen (O2) dengan pemeriksaan fisik pada
sistem respirasi dan kardiovaskuler.
• Lakukan pemeriksaan analisa gas darah secara periodik dengan selang
waktu minimal 30 menit.
• Apabila dianggap perlu maka dapat dilakukan perubahan terhadap cara
pemberian terapi oksigen (O2).
• Selalu perhatikan terjadinya efek samping dari terapi oksigen (O2) yang
diberikan
EFEK SAMPING PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN

• Depresi napas

• keracunan oksigen (O2)

• Nyeri substernal

• Terhadap susunan saraf pusat apabila diberikan dengan


konsentrasi yang tinggi maka akan dapat menimbulkan keluhan
parestesia dan nyeri pada sendi
KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA
Asam-Basa
• Menurut teori Bronsted-lowry, asam merupakan subtansi kimia yang
dapat berperan sebagai pemberi proton (donor proton- H+)
sedangkan basa merupakan struktur kimia yang dapat berperan
sebagai penerima proton.
• Menurut Arrhenius asam adalah sebuah senyawa yang terdiri dari
hydrogen dan bereaksi dengan air membentuk ion hidrogen.
Sedangkan suatu basa adalah subtansi yang menghasilkan ion
hidroksil di dalam air.
Asam-Basa Yang Kuat dan Lemah
• Asam kuat adalah asam yang berdisosiasi dengan cepat ,terutama
melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya adalah
HCl. Asam lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk
mendisosiasikan ion-ionnya, oleh karena itu kurang kuat melepas H-.
Contohnya adalah H2CO3.
• Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H-.
Contohnya yang khas adalah OH-, yang bereaksi dengan H- untuk
membentuk air (H20). Basa lemah yang khas adalah HC03-, karena
HC03- berikaan dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-.
• Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yang
berhubungan dengan pengaturan asam-basa normal adalah asam dan
basa lemah.
pH cairan Tubuh Normal
• Nilai pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan
pH darah vena dan cairan interstisial sekitar 7,35.
Batas rendah pH di mana seseorang dapat hidup lebih
dari beberapa jam adalah sekitar 6,8, dan batas atas
adalah sekitar 7,8.
• pH intraselular biasanya sedikit lebih rendah daripada
pH plasma karena metabolisme sel menghasilkan
asam, terutama H2CO3. pH cairan intraselular
diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4.
• pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung
pada status asam basa cairan ekstraselular.
Pengaturan pH Tubuh
Ada 3 mekanisme yang mempertahankan nilai pH agar tetap dalam
batas normal dalam cairan tubuh, yaitu:
• Penyangga kimia.
• Mekanisme kompensasi respirasi.
• mekanisme kompensasi oleh ginjal.
Penyangga Kimia
1. Sistem penyangga bikarbonat-asam karbonat (HCO3-H2CO3)
Merupakan sistem penyangga yang utama dalam tubuh dan berfungsi terutama dalam cairan
ekstrasel. Pada proses metabolisme normal, kebanyakan asam organik dan anorganik yang
terbentuk lebih kuat dari H2CO3.
2. Sistem penyangga fosfat
berperan dalam eritrosit dan sel tubulus ginjal yang berperan mengatur ekresi ion H.Ion
fosfat terdapat dalam 2 bentuk, yaitu HPO4- dan H2PO4-
3. Sistem penyangga protein
Sistem penyangga ini terutama berfungsi dalam sel jaringan dan juga didalam plasma
4. Sistem penyangga hemoglobin
Hb bekerja sebagai asam lemah dan membentuk sistem penyangga dengan basa kuat seperti
bikarbonat dan fosfat
Mekanisme kompensasi respirasi.
• Peningkatan PACO2 cairan ekstraselular akan menurunkan pH,
sedangkan penurunan PACO2 akan meningkatkan pH. Paru-paru
secara efektif dapat mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan
ekstraselular.
• Peningkatan ventilasi akan menurunkan CO2 dari cairan ekstraselular
yang melalui kerja massa, akan mengurangi konsentrasi ion hidrogen.
Sebaliknya, penurunan ventilasi akan meningkatkan CO2, jadi juga
meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dalam cairan ekstrselular.
Mekanisme Kompensasi Ginjal
1. Reabsorpsi ion bikarbonat.
Sekresi ion H pada tubulus melalui enzim karbonik anhidrase yang bertindak sebagai
katalisator, seperti reaksi berikut ini :
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-

Ion H akan bereaksi dengan HCO3 di tubulus menjadi H2CO3, kemudian menjadi H2O dan
CO2. Selanjutnya H2O diekskresi dalam bentuk urin sedangkan CO2 diabsorbsi oleh sel
tubulus.
2. Asidifikasi garam penyangga.
ion H dari sel tubulus dan berbagai garam Na yang terdapat dalam urin, Garam ini
berdisosiasi menjadi ion Na dan NaHPO4, selanjutnya ion Na direabsorpsi. Sebaliknya ion H
bergerak ke urin bergabung dengan NaHPO4 membentuk NaH2PO4 yang akan
diekskresikan, dengan demikian kelebihan ion H+ dalam tubuh dibuang melalui urin.

3. Ekskresi amoniak.
NH3 terbentuk pada sel tubulus ginjal sebagai hasil oksidasi asam amino. NH3 diubah
menjadi NH4 (bergabung dengan ion H) dan dieksresikan ke urin dalam bentuk NH4Cl
Gangguan Keseimbangan Asam-Basa

• pH arteri normal pada orang dewasa


adalah 7,35 - 7,45, maka pH < 7,35
disebut sebagai asidemia, sedangkan
pH>7,45 disebut sebagai alkalemia
• Gangguan keseimbangan asam basa
terdiri dari, asidosis repiratorik,
alkalosis respiratorik, asidosis
metabolik dan alkalosis metabolik.
Asidosis Respiratorik
• Asidosis respiratorik adalah gangguan asam basa primer ditandai
dengan meningkatnya PCO2 (hiperkapnia) sampai diatas 45 mmHg.
Hal ini menyebabkan rasio HCO3/H2CO3 turun sehingga pH turun
• Pada asidosis respiratorik akut HCO3 akan naik 1 mEq untuk setiap 10
mmHg kenaikan PCO2
• Pada keadaan kronik HCO3 naik 3,5 mEq/l untuk tiap 10 mmHg
kenaikan PCO2
Alkalosis Respiratorik
• Alkalosis respiratorik adalah gangguan asam basa primer ditandai oleh
CO2 yang rendah atau hipokapnia akibat hiperventilasi
• Terapi
• Tindakan pertama adalah dengan mempergunakan ‘simple rebreathing device’
untuk menaikkan PCO2.
• Bisa juga pasien bernafas dengan mempergunakan campuran gas O2 95% dan
CO2 5%. (perlu pengawasan ketat).
• Pada keadaan berat disertai gangguan irama jantung yang mengancam
kehidupan, dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan yang ekstrim seperti
penggunaan asetasolamida (Diamox), HCl atau NH4Cl secara intravena,
mengambil alih pernafasan pasien dengan alat Bantu nafas mekanik.
Asidosis Metabolik
• Pada keadaan tertentu akan terjadi hipobikarbonatremia yang merupakan tanda utama dari
suatu asidosis metabolik. Keadaan seperti ini biasa disebabkan oleh :
Kelebihan produksi asam.
Pada asidosis diabetik atau asidosis laktat, produksi asam dapat melebihi kemampuan
ginjal untuk absobsi dan ekskresi H+.

Kurangnya cadangan penyangga.


Kehilangan ion HCO3 yang terbuang percuma melalui ginjal atau usus menyebabkan
hipobikarbonatremia dan asidosis metabolik.

Kurangnya ekskresi asam.


Dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik dimana ginjal gagal mengkskresikan asam yang
diproduksi secara normal.
Asidosis Metabolik
• Terapi
• Diperlukan basa untuk menggantikan kekurangan basa yang terjadi.
NaHCO3 merupakan pilihan utama, dapat juga dipakai Na-laktat atau
asetat pada keadaan-keadaan tertentu. Preparat tersebut diatas
diberikan secara parenteral. Disamping NHCO3, bisa juga diberikan
penyangga THAM atau penyangga trias. Pemberian peroral dapat
digunakan campuran Na dan K sitrat.
• Karena pemberian basa bukan tanpa komplikasi, tidak semua
asidosis metabolik harus dikoreksi segera. Pada umumnya
pemberian basa dimulai bila pH turun sampai < 7,2.
Alkalosis Metabolik
• Hiperkarbonatremia merupakan tanda dari alkalosis metabolik. Rasio
HCO3/H2CO3 akan meningkat sehingga nilai pH akan naik, contonya seperti :
• Kehilangan HCl dalam jumlah besar dari tubuh karena muntah, pengisapan
lambung atau pemakaian diuretika yang berlebihan.
• Penggunaan antasid dalam jumlah banyak dan waktu yang lama terutama
yang mengandung NaHCO3 dan CaCO3.
• Kehilangan ion K karena diare, muntah, dan pada penyakit sirosis hati.
• Gangguan fungsi tubulus ginjal akibat hiperkalsemia.
• Pada fase diuresis dari suatu kegagalan ginjal akut.
• Efek aldosteron atau steroid yang sejenis, missal pada sindroma Cushing,
aldosteronisme primer, hipertensi maligna dan stenosis arteri renalis.
• Kompensasi dari suatu asidosis respiratorik.
Alkalosis Metabolik
• Terapi
• Tindakan pengobatan untuk tujuan koreksi terhadap alkalosis metabolik,
sangat sulit dilakukan akhir-akhir ini dicoba penggunaan golongan obat
penghambat enzim karbonik anhidrase.
• Apabila disebabkan karena muntah atau pengisapan lambung. Bisa
diberikan infuse cairan yang mengandung NaCl dan KCl sejumlah yang
sama dengan volume cairan lambung yang hilang. Apabila disebabkan
hipokalemia, diberikan terapi dengan preparat KCl yang jumlahnya sulit
diperoleh di pasaran.
INTERPRETASI AGD
Lihat pH darah

pH < 7,4 pH > 7,4

ASIDOSIS ALKALOSIS

Lihat pCO2 Lihat HCO3-

< 35mmHg > 45 mmHg < 22 mEq/L > 26 mEq/L

METABOLIK RESPIRATORIK RESPIRATORIK METABOLIK

33
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai