AJAT SUDRAJAT
1850302216
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS 1
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS / RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2019
1
Epidemiologi
Hampir 10% penduduk dunia,
terutama negara berkembang
terinfeksi E. histolytica
2
Etiologi
Entamoeba histolytica
3
Patogenesis
4
Gambaran Klinis
Gejala Persentase (%)
Demam 86,9 – 98,7
Nyeri perut kanan atas 86.9 – 100
Anoreksia 82,9 – 93,5
Nausea 60,5 – 91,6
Vomitus 8,3 – 22,5
Berat badan menurun 35,2 – 67,5
Batuk 8,3 – 45,1
Pembengkakan perut kanan atas 41,9 – 100
Ikterus 9,6 – 21,7
Buang air besar berdarah 4,3 – 8,3
5
Diagnosis
Kriteria Lamont dan
Kriteria Sherlock Kriteria Ramachandran
Pooler
• Hepatomegali yang • Hepatomegali yang • Hepatomegali yang
nyeri tekan nyeri nyeri
• Respon yang baik • Riwayat disentri • Kelainan hematologis
terhadap obat • Leukositosis • Kelainan radiologis
amebisid • Kelainan radiologis • Pus amebik
• Leukositosis • Respon terhadap • Tes serologis (+)
• Peninggian diafragma amebisid • Kalainan sidikan hati
kanan dan pergerakan
• Respon yang baik
yang kurang
• Ket : Bila terdapat 3 terhadap amebisid
• Aspirasi pus atau lebih gejala diatas
• Pada USG didapatkan
• Ket : :Bila didapatkan 3
rongga di dalam hati
atau lebih gejala diatas
• Tes haemaglutinasi (+)
6
Terapi dan Komplikasi
Medis Komplikasi berupa
• Metronidazole perforasi atau
• Dehydroemetine (DHE) ruptur ke:
• Klorokuin
• Pleura
Bedah
• Paru
• Aspirasi • Perikardium
• Drainage
• Peritoneum
7
KOLITIS ULSERATIF
8
GAMBARAN KLINIS
9
Diagnosis kolitis ulseratif dapat dibagi atas berat,
sedang dan ringan, berdasarkan
frekuensi diare, ada/tidaknya demam,
derajat beratnya anemia yang terjadi
dan laju endap darah
10
PEMERIKSAAN FISIK
Distensi abdomen atau nyeri Ekstrakolon : penyakit okular
sepanjang perjalanan kolon (iritis, uveitis, episkleritis),
Keterlibatan kulit (eritema
nodosum, pioderma
Demam, takikardia dan hipotensi gangrenosum), dan
postural biasanya berhubungan
dengan penyakit yang lebih berat Artralgia/artritis . Kolangitis
sklerosing primer jarang
dijumpai.24
11
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
12
PENATALAKSANAAN
13
BAB II
ILUSTRASI KASUS
14
Telah dirawat seorang pasien laki-laki usia 42 tahun di
bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak
tanggal 30 September 2019 pukul 01.00 WIB dengan :
Keluhan utama :
15
Riwayat penyakit sekarang
Penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit terjadi
Secara Perlahan, pada awalnya pasien masih dapat berkomunikasi
dengan keluarga,semakin lama pasien tampak lebih banyak mengantuk
dan bangun jika dibangunkan.
16
Riwayat penyakit sekarang.....
Nyeri perut kanan atas sejak 2 bulan yang lalu, hilang timbul Bertambah
nyeri saat batuk,dan nyeri berkurang dengan posisi membungkuk ke
depan seperti posisi menggendong
Demam sejak 2 minggu , demam dirasakan hilang timbul, tidak tinggi
dan tidak disertai menggigil tidak berkeringat banyak
17
Riwayat penyakit sekarang.....
Batuk sejak 10 hari yang lalu, batuk disertai dahak
berwarna putih kekuningan, batuk darah tidak ada.
18
Riwayat penyakit sekarang.....
Penurunan nafsu makan ada sejak 1 bulan yang
lalu, pasien hanya menghabiskan sepertiga porsi
makanan dari biasa, dengan frekuensi 2-3 kali
sehari.
19
Riwayat penyakit sekarang
Mual dirasakan sejak 3 minggu ini, disertai dengan muntah sejak
2 minggu ini, frekuensi 6-8 kali sehari, berisi apa yang dimakan
dan diminum, volume + ¼ gelas aqua, muntah darah tidak ada.
20
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
21
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Status
Perkawinan dan Kebiasaan
Pasien bekerja sebagai petani di kerinci , bekerja Riwayat seks bebas disangkal
kadang-kadang tidak menggunakan sepatu boat.
Pasien memiliki seorang istri dan 2 orang anak. Riwayat makan sayuran mentah ada.
Riwayat minum alkohol tidak ada. Sumber air minum pasien berasal dari mata air
yang dimasak.
Riwayat penggunaan narkoba suntik dan tatoo Kebiasaan cuci tangan dengan sabun setelah BAB
disangkal. tidak ada.
22
Pemeriksaan fisik
Kesadaraan :somnolen BB : 40 kg
23
Pemeriksaan fisik
24
Pemeriksaan fisik
Hidung : Deviasi septum (-), hipertrofi konka (-)
Gigi dan Mulut : Caries (+),hipertropi gingiva (-), atrofi papil (-)
25
Paru
Paru Depan
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus sukar dinilai
Perkusi : Pekak hemithoraks dekstra setinggi RIC IV kanan ke
bawah batas pekak hepar sulit dinilai
Auskultasi : Bronkovesikuler, ronkhi basah halus nyaring (+/+)
pada kedua lapangan paru, wheezing -/- .suara nafas
menghilang pada hemitoraks kanan setinggi RIC IV ke
bawah
26
Paru...
Paru Belakang
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, statis
dan dinamis
Palpasi : Fremitus sukar dinilai
Perkusi : Pekak setinggi thorakal VI kanan ke bawah
peranjakan paru sukar dinilai
Auskultasi : Suara nafas menghilang setinggi RIC VI kanan ke
Bawah, Bronkovesikuler, ronkhi basah halus nyaring
(+/+) pada kedua lapangan paru, wheezing -/- suara
Nafas menghilang pada hemitoraks kanan setinggi
Thorakal VI ke bawah
27
Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V, luas 1 jari tidak
melebar, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas Jantung kanan : LSD, Atas : RIC II, Batas Jantung
kiri 1 jari medial LMCS RIC V
Auskultasi : Irama teratur, M1 > M2, P2 < A2, Bising (-)
Abdomen
Inspeksi :benjolan di hipokondrium kanan (+), venektasi (-), kolateral (-)
caput medusa
Palpasi :Supel,teraba 3 jari di bawah arcus costarum, 4 jari di bawah
prosessus xyphoideus, pinggir tajam, konsistensi kenyal,
permukaan rata, fluktuasi ada, nyeri tekan (+) di epigastrium dan
hipokondrium kanan, lien tidak teraba fluktuasi (+), nyeri
tekan(+)
Perkusi :Timpani, Shifting dullnes (-)
Auskultasi :Bising usus (+) N, bruit (-)
28
Punggung : Nyeri tekan dan nyeri ketok CVA sulit dinilai
Alat kelamin : Tidak ditemukan kelainan
Anus : Tidak ditemukan kelainan
Anggota Gerak : Reflek fisiologis (+/+), reflek patologis (-/-),
edema (-/-), lateralisasi(-), palmar eritem (-)
29
Laboratorium
Darah rutin
Hemoglobin : 11,3 gr/dl
Leukosit : 14510/mm3
Trombosit : 273.000/mm3
Hematokrit : 34 %
LED : 23 mm
Diffcount : 0/0/18/65/9/3.mielosit 2.metamielosit 3
Gambaran darah tepi : netrofilia relatif shift to the left sampai mielosit
Kesan : netrofilia relatif shift to the left sampai mielosit
30
Laboratorium
Makroskopis Mikroskopis Kimia
Warna Kuning Lekosit 0-1 Protein Negatif
Kekeruhan Negatif Eritrosit 0-1 Glukosa Negatif
BJ 1,010 Silinder Negatif Bilirubin Negatif
pH 7,0 Kristal Negatif Urobilinogen Positif
Epitel Gepeng (+)
Kesan : pemeriksaan urin Dalam batas normal
Makroskopis Mikroskopis
Warna Kuning kecoklatan Lekosit 0-1/LPB
Konsistensi Lunak Eritrosit 2-3/LPB
Darah Negatif Amuba Negatif
Lendir Positif Telur Cacing Negatif
Kesan: Pemeriksaan feses dalam batas normal
31
EKG
32
Daftar masalah
Penurunan
Sepsis Hipoxemia
kesadaran
Efusi pleura
Bronkopneumonia Hepatomegali
dekstra
33
Diagnosis primer
Diagnosis sekunder
34
Diagnosis banding
Penurunan kesadaran ec electrolit imbalance
Penurunan kesadaran ec Sepsis assosiated encephalopathy (SAE)
Abses hepar piogenik
Hepatoma nekrosis sentral
Kista hepar
Diare kronis ec Human immunodeficiency virus
Efusi pleura ec malignancy
35
Terapi
36
Pemeriksaan anjuran
Analisa gas darah Rontgen Thorax
Cek Elektrolit (Na,K,CL) Kultur sputum
Cek Gula darah sewaktu Kultur darah
Faal hepar Procalsitonin
• (albumin, globulin, SGOT, SGPT,
Bilirubin Total, Bilirubin Indirek, Serologi Anti Amuba
Bilirubin Direk)
37
Follow up
S : Penurunan kesadaran (+) Pasien tampak mengantuk (+),demam
(+),BAB encer
O/
38
Keluar hasil laboratorium
Natrium 96 mmol/L
39
Assessment
• Penurunan kesadaran ec
hiponatremia ec Gi loss
• Sepsis ec community acquired
Planning
pneumonia dengan hypoxemia
• DD/
• Penurunan kesadaran ec • O2 NRM 10 l/i
hiponatremia ec SIADH
• IFVD nacl 3% 12jam
• Penurunan kesadaran ec
hypoxemia /kolf (4 kolf
• Penurunan kesadaran ec sepsis
associated encephalopathy
40
Follow up tanggal 1 oktober 2019 jam 07 00
S : pasien masih tampak mengantuk (+), batuk (+),demam (+),BAB encer (+)
O/
41
Hasil Ekspertise Rontgen Thorak
LABORATORIUM
Bilirubin Indirek : 0,9
Albumin : 2,2 g/dl
mg/dl
Ureum : 21
SGPT : 162 u/l
mg/dl
Kreatinin :
Anti HIV : Non reaktif
0.4mg/dl
Kesan : Bronkopneumonia efusi
pleura dekstra
Kesan : Hipoalbuminemia,Gangguan faal hepar.
42
Konsul Konsultan
Konsul Konsultan Ginjal Gastroenterohepatologi
Hipertensi
Abses hepar amubik
Penurunan kesadaran ec
Hiponatremia ec GI loss inflammatory bowel disease
DD Hipoalbuminemia
Penurunan kesadaran ec DD
hiponatremia ec SIADH Abses hepar piogenik
IVFD Nacl 3% 12 jam /kolf (4
kolf ) Metronidazol 3 x 750 mg (IV)
44
ASSESMENT PLANING
45
Follow up Tanggal 3 oktober 2019
S / Pasien sadar (+) nyeri perut kanan atas (+) batuk (+), dahak (+)
46
Keluar hasil laboratorium
Hb : 11.5 mg/dl Natrium :126 mmol
leuko : 12300 /mm3 Kalium : 4.5 mmol
trombo : 12000 Calsium : 8.5 mmol
Hitung jenis : Klorida : 99 mmol
0/1/13/63/20/3 SGOT : 127
Ph : 7.44 SGPT : 85
Albumin : 2.3gr/dl
Pco2 : 36.3
Globulin : 2.2gr/dl
Po2 : 96
HCO3 : 30
Becf : 7.3
SO2 : 98%
rivalta (+)
48
Keluar Hasil USG Thoraks
Kesan USG :
Abses hepar (soliter lobus kanan)
50
Konsul Konsultan Konsul Konsultan Pulmunologi
gastroenterohepatologi
• Sepsis ec Community acquired
pneumonia
Abses hepar amubik
• Efusi pleura dekstra ec efusi
inflammatory bowel disease parapneumonia
Advis :
Advis : Terapi lanjut
◦ Terapi lanjut
51
Konsul Konsultan tropic infeksi
52
ASSESMENT PLANING
53
Follow up tanggal 4 oktober 2019
S : pasien sadar .Nyeri perut kanan atas (+) berkurang, batuk (+) berkurang,
demam (-)
54
Keluar hasil laboratorium
PT 19.1 detik
Scoring DIC : 4
Keluar hasil USG ginjal :
• kesan Sonografi ginjal dalam batas normal
55
Konsul Konsultan hematologi onkologi
Advis :
Cek PT, APTT, D-Dimer / 3 hari
Awasi perdarahan
56
ASSESMENT PLANING
57
Follow up tanggal 7 oktober 2019
S : pasien sadar .Nyeri perut kanan atas (+) berkurang, batuk (+) berkurang,
58
Elektrolit urin : Osmolaritas urin :
Kalium : 57 mmol /24jam 380 mosmol/kgH2O
Natrium : 243 mmol /24jam
Chlorida : 280 mmol /24jam
60
ASSESMENT PLANING
61
Follow up tanggal 10 oktober 2019
62
Keluar Hasil Labor
Hemoglobin 9.6mg/dl
Hematokrit 30 mg/dl
Leukosit 11140 mg/dl
Trombosit 174000 mg/dl
PT 12 detik
APTT 30 detik
D-Dimmer 550 n/ml
MCV 92 fl
MCH 31 pg
MCHC 33 %
Retikulosit 3.3%
63
Keluar hasil kultur darah : No Growth
Keluar hasil benzidin test : Positif
64
ASSESMENT PLANING
65
Follow up tanggal 14 oktober 2019
66
Rectum sigmoid : dalam batas normal
Kolon descenden : hiperemis (+)ulkus (+)
Colon transversum : dalam batas normal
Kesimpulan : CROHN DISEASE
Kesan :
Advise :
Salofalk 3x1 gr
Biospi jaringan
67
ASSESMENT PLANING
68
Follow up tanggal 15 oktober 2019
69
Keluar hasil biopsi
Dalam sediaan yang kami terima mikroskopik tampak 2 potong jaringan
terdiri atas mukosa dilaplsi oleh epitel kolumnar bersel goblet.Lamina
propria bersebukan sedang sel – sel limfosit dan sel plasma. Pada
potongan lain tampak stroma jaringan ikat mengandung sebukan padat
sel sel limfosit dan sel plasma.
Kesan : colitis kronis
Kesan :
Advise :
Salofalk 3x1 gr po
Terapi lanjut
70
ASSESMENT PLANING
71
Follow up tanggal 1 November 2019
72
Keluar hasil laboratorium :
Hematokrit : 30 %
73
Keluar hasil USG Abdomen ulangan
:
74
Konsul Konsultan gastroenterohepatologi
Advis :
Salofalk 3x1gr
75
DISKUSI
76
Diagnosa
Abses hepar amebik
Kolitis ulceratif
77
Penegakan diagnosa
Anamnesis dan
Ramachandran Lamont & Pooler
pemeriksaan fisik
78
Terapi
Abses hepar amebik Broz (2010)
Metronidazol diberikan
Metronidazole sebagai selama 7-10 hari efektif
“gold standard” untuk terapi.
Mavilia (2016)
McGarr (2003) Metronidazol dapat
diberikan selama 3
aspirasi abses tetap miggu (iv) dan
diindikasikan untuk dilanjutkan 1-2minggu
beberapa hal (po)
Lama pengobatan
Blessman, 2003 tergantung respon
Efektifitas sama terhadap terapi (klinis,
terapi, leukositosis)
79
Aspirasi abses
McGarr (2003)
Indikasi aspirasi :
Kegagalan perbaikan klinis dalam 48-72 jam
Nyeri yang hebat
Abses yg besar > 10cm
Abses lobus kiri
Abses superfisial
80
Penilaian respon terapi
Dutta (2012)
Kelainan radiologi akan menghilang dalam waktu 6-9
bulan
Mallick (2015)
37,5% pasien akan mengalami resolusi sempurna pada
kavitas abses, sisanya masih memiliki residu kavitas
abses.
81
Diskusi….
• pasien datang dalam keadaan penurunan
Penurunan kesadaran
kesadaran ec • saturasi oksigen pasien 89% menandakan
hipoxemia suatu keadaan hypoxemia jaringan
penurunan • Na 96 mmol/l
kesadaran ec • Riwayat mual muntah sejak
hiponatremia ec 2 minggu
Gi loss • Bab encer sejak 3 minggu
82
Kolitis ulcerative
jumpai diare disertai lender serta riwayat diare disertai darah
sebelumnya
klasifikasi Truelove
1.Prodromal (<5%):
Kegagalan pertumbuhan, artropati, eritema nodusum, occult fecal
blood. Peningkatan LED, nyeri perut tidak khas, atau perubahan pola
defekasi.
2.Ringan (50-60%):
Diare, perdarahan rektum ringan, nyeri perut, tidak ada gangguan
sistemik. Pendarahan per rektum dan kurang dari empat gerakan usus
per hari
83
3.Sedang (30%):
Diare berdarah, kram, abdominal tenderness.
Gangguan sistemik: anoreksia, penurunan berat badan, panas badan,
anemia ringan. Pendarahan per rektum dengan lebih dari empat
gerakan usus per hari
4.Berat (10%):
Defekasi berdarah >6x/hari, abdominal tenderness dengan atau tanpa
distensi, takikardia, panas badan, penurunan berat badan, anemia
sedang sampai berat, leukositosis dan hipoalbuminemia.1,3 Pendarahan
per rektum, lebih dari empat gerakan usus per hari, dan penyakit
sistemik dengan hipoalbuminemia (<30g/ L)32.
84
Diagnosis kolitis ulseratif paling baik dengan pemeriksaan endoskopi dan
biopsi mukosa untuk pemeriksaan histopatologi
Pada pasien ini diberikan pengobatan sulfasalazine 3x1 garan per hari
sesuai dengan pedoman dosis 2-4 gram /hari .remisi tercapai setelah
Pengobatan kolitis ulseratif memiliki tujuan adalah untuk
1) menginduksi remisi,
2) mempertahankan remisi,
3) meminimalkan efek samping pengobatan,
4) meningkatkan kualitas hidup, dan
5) meminimalkan risiko kanker
85
Community acquired pneumonia
Batuk berdahak,demam ,suara nafas
bronkovesikiuler denga adanya ronki basah di
paru .rontgen thoraks : bronkopneumonia
laboratorium terjadi leukositosis, neutrofilia shift
to the left
dkultur sputum : klebsiella Sp.
86
Hiponatremia ec SIADH
hiponatremia pada pasien ini ditegakkan dari pemeriksaan
elektrolit dijumpai kadar natrium 96 mmol/L termasuk dalam
keadaan hiponatremia berat
sesuai dengan kriteria Schwartz dan barter pada pasien ini di
jumpai kadar natrium serum <135 meq/l yaitu 96 mosm/L
osmolaritas serum <275mosm /kg yaitu 224 mosm / L .kadar
natrium urin > 40 meq /L yaitu 247mosm / L osmolalitas urin
>100 mosm /kg yaitu 380 mosm / kg. tidak adanya bukti klinis
penurunan volume turgor kulit normal tekanan darah dalam
batas normal serta tidak adanya penyebab lain hiponatremia
87
Sepsis
Q sofa score : penurunan kesadaran ( somnolen)
frekuensi nafas 26 x/menit termasuk 2 high risk
sepsis
Pada pasien ini, dilakukan penilaian SOFA skor
didapatkan nilai 5, dimana angka kematian pada
pasien mencapai 20.2%.
Skor SOFA menggunakan fungsi pernafasan,
pemeriksaan koagulasi, fungsi hati, dan sistem
Syaraf untuk mendiagnosis penderita sepsis SOFA
skor dapat menggambarkan secara kuantitatif
tingkat dari disfungsi organ.
88
TERIMA KASIH
89