Anda di halaman 1dari 14

KHITAN PEREMPUAN

OLEH :

TITIN DWI JAYANTI


NIM: 1711110032
Definisi khitan
• Al khitan diambil dari bahasa Arab
kha-ta-na, yaitu memotong.
Sebagian ahli bahasa
mengkhususkan lafadz khitan
untuk laki-laki, sedangkan untuk
perempuan disebut dengan
khifadh.
• Istilah khitan perempuan dari
bahasa arab (khitan al-untsa)
atau (khitan al-banat) khitan
perempuan. Dikatakan juga
(khafdh al-banat) menurunkan
kepekaan alat kelamin anak
perempuan, berarti kepekaan alat
kelaminnya tidak terlalu tinggi,
sehingga libido (kekuatan
seksual) dimasa remaja dapat
dikendalikan.
Tujuan Khitan bagi Perempuan
• Pelaksanaan khitan bagi wanita tentu saja memiliki
tujuan dan manfaatnya tersendiri. Di masing-masing
wilayah atau budaya hal ini juga terdapat perbedaan.
• Mengikuti Sunnah Rasulullah
• Mengikuti Hal yang Fitrah
• Mendapatkan Kemuliaan
• Untuk menjaga kelangsungan identitas budaya.
• Untuk menjaga kelangsungan relasi gender yang
timpang dan tidak adil.
• Untuk menjaga dan mengontrol seksualitas serta
fungsi reproduksi perempuan.
• Untuk menjaga kebersihan, kesehatan dan keindahan
tubuh perempuan
• Untuk alasan keagamaan
• HUKUM
– Hukum Khitan Bagi Perempuan dalam islam sendiri hal
ini disunnahkan. Walaupun tidak wajib atau
disunnahkan akan tetapi masih memiliki manfaat. Para
ulama berselisih dalam permasalahan ini, terbagi
kepada tiga pendapat.
• HIKMAH
– Khitan merupakan kemulian syariat yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala peruntukkan untuk hambaNya,
memperbagus keindahan zhahir & bathin,
menyempurnakan agama Hanif bapak para nabi & rasul.
– Sebagai tanda ‘ubudiah kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
– Khitan merupakan kesucian, kebersihan & hiasan bagi
hambaNya yang hanif.
– Dengan berkhitan (terutama wanita) dapat menetralkan
nafsu syahwat.
– Bagi wanita yang berkhitan dapat mencerahkan wajah &
memuaskan pasangan.
• DALIL DARI SUNAH
– Hadits `Utsaim bin Kulaib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa dia datang menemui
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Aku telah masuk Islam,” Nabi
bersabda,”Buanglah darimu rambut kekufuran dan berkhitanlah”.
– Sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam “berkhitanlah”, adalah ‘amr (perintah); dan ‘amr,
hukum asalnya wajib, ia menunjukkan wajibnya berkhitan. Perkataan beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada satu orang, juga mencakup yang lainnya, hingga ada dalil
pengkhususan.
• ATSAR SALAF
– Pertama : Diperbolehkan membuka aurat saat dikhitan.
– Ke-2 : Kulit zakar dapat menahan najis, padahal membuang najis adalah wajib saat
beribadah. Dan tidak ada cara menghilangkan kulit itu, kecuali dengan khitan.
– Ke-3 : Orang tua sebagai penyebab si anak merasakan sakit ketika dikhitan,serta sang
ayah mengeluarkan hartanya untuk biaya tabib dan pengobatan.
– Ke-4 : Sesungguhnya berkhitan mendatangkan sakit yang luar biasa, tidak disyariatkan
kecuali tiga keadaan.
• ISTIDLAL (DALIL) DENGAN QIYAS
– Khitan adalah pemotongan yang disyariatkan rawan tetanus, jadi wajib seperti memotong
tangan pencuri.
– Sesungguhnya khitan adalah syiar kaum Muslimin, maka hukumnya wajib seperti hukum
syiar Islam lainnya.
– Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi bersabda: “Fitrah ada lima, di
antaranya berkhitan”.
– Dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Khitan sunnah bagi laki-laki dan keutamaan bagi wanita”
BEBERAPA KESALAHAN DAN KEMUNKARAN SEPUTAR
PERMASALAHAN KHITAN (Halim, 2010)

• Mengadakan acara kenduri khitan. Amaliah ini tidak ada


asalnya dari syariat, sebuah perbuatan mubadzir, bahkan
bid’ah.
• Menguliti sebagian seluruh kulit zakar ketika berkhitan,
sebagaimana terjadi di sebagian negara atau wilayah.
• Kurang teliti memilih tabib atau dokter, terutama bagi anak
wanita yang dapat berakibat fatal bagi masa depannya.
• Menakut-nakuti anak yang akan berkhitan dengan cerita-
cerita yang tidak benar dan dapat merusak aqidah sang
anak.
• Lalainya sebagian orang dalam permasalahan aurat ketika
berkhitan. Kadang-kadang, orang-orang sesukanya
melihat aurat besar yang dikhitan, terutama terhadap yang
berlawanan jenis.
•Khitan
Waktu Wajib Khitan
Para ulama telah sepakat; Tidak ada ketentuan waktu tertentu untuk
berkhitan, tetapi mereka mewajibkan untuk dilakukan saat usia baligh,
sebab usia baligh adalah waktu wajibnya untuk beribadah. Tetapi
dianjurkan untuk wali mensegerakan khitan anaknya di usia kecil.
Berkata Abdul Malik bin Abdul Hamid rhm; Aku bertanya kepada Imam
Ahmad rhm tentang usia anak untuk dikhitan ? Beliau rhm menjawab:
َ ‫ل أ َ ْد ِري لم أسمع فِي ِاه‬
‫شيْئا‬ ‫َا‬
Aku tidak mengetahui dan aku tidak pernah mendengar dalam
masalah ini sesuatu (maksudnya Hadits dari Rasul saw)
• Nabi Ismail as dikhitan pada usia 13 tahun dan Nabi Ishak as
dikhitan pada hari ke-tujuh.
‫ار ختان ِإ ْس َحاق سنة فاِي‬ َ َ‫ختن ِإب َْرا ِهيم ِإ ْس َحاق لسبعة أَيَّام وختن ِإ ْس َما ِعيل ِع ْند بالوغه ف‬
‫ص َا‬
‫بنيه وختان ِإ ْس َما ِعيل سنة فِي بنيه َوهللا أعلم‬
Nabi Ibrahim as mengkhitan Nabi Ishak di hari ketujuh, dan
mengkhitan Nabi Ismail as saat masuk usia baligh. Khitannya Ishak
dan Ismail as sunnah untuk keturunannya.
• Said bin Jubair ra; Ibnu Abbas ra pernah ditanya “Saat Rasul saw
wafat, anda berusia seperti siapa ?”, beliau ra berkata:
‫أَناايَ ْومئِذٍامختونا‬
Saya saat itu sudah berkhitan. (HR.Bukhari)
Para ahli sejarah mengatakan: Abdullah bin Abbas ra lahir tiga tahun
sebelum Hijrahnya Nabi Muhammad saw ke Madinah, dan saat Rasul
saw wafat beliau ra berusia 13 tahun. Dalam riwayat dalam usia 10
dan 15 tahun.

Muallaf
Sedang bagi Muallaf, waktu khitannya saat memeluk islam, kecuali
kondisinya yang tidak memungkinkan, seperti; Sakit, fisiknya
lemah..maka ditunggu hingga kuat dan dapat dilakukan khitan.

Mengkhitan Dihari Ketujuh


Para ulama berbeda pendapat saat membahas khitan di hari ketujuh;
Imam Malik, Imam Ahmad dan al-Hasan: Makruh mengkhitan anak di
hari ketujuhnya
Ali bin Yasar rhm:
‫ل َهذَا فعل ْاليَهود َوقَا َا‬
‫ل لي‬ ‫عن الرجل يختن ابْنه لسبعة أَيَّام فكرهه َاوقَا َا‬
َ ‫سأَلت أَبَا عبد هللا‬ ‫قَا َا‬
َ ‫ل‬
‫عن ْالحسن‬ َ ‫أَ ْحمد بن َح ْنبَل َكانَا ْالحسن يكره أَن يختن الرجل ابْنه لسبعة أ َايَّام فَقلت من ذكره‬
‫صريين‬ِ َ‫ل بعض ْالب‬ ‫قَا َا‬
Aku bertanya kepada Abu Abdillah tentang seseorang yang
mengkhitan putranya di hari ke tujuh dari kelahirannya, beliau
memakruhkannya seraya berkata: Ini adalah perbuatan orang Yahudi,
telah berkata kepadaku Imam Ahmad bin Hanbal rhm; Sungguh al-
Hasan rhm telah memakruhkan seseorang mengkhitan anaknya di
hari ketujuh. Aku bertanya, siapa yang menyebutkannya bahwa al-
Hasan rhm (mengatakan pendapat itu) ? Beliau rhm menjawab:
Sebagian penduduk Basrah.
 Sufyan at-Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Wahab bin Munabbih rhm:
Tidak mengapa untuk mengkhitan di hari ketujuh, Imam Nawawi
rhm: Menganjurkannya.
o Ibnu Umar ra mengkhitan putranya di hari ketujuh.
o Rasul saw mengkhitan kedua cucunya di hari ketujuh
Jabir ra:
َ ‫عن ْالحسن َو ْالحا‬
‫سيْن وختنهما لسبعة أَيَّام‬ َ ‫علَ ْي ِاه َوسلم‬
َ ‫عق َرسول هللا النَّ ِبي صلى هللا‬
Rasul saw mengaqiqahkan Hasan dan Husain serta mengkhitan
mereka berdua di hari ketujuh. (HR.Baihaqi, banyak yang melemahkan riwayat
ini)
o Al-Hasan menganggap makruh dikarenakan khawatir
menyerupai dengan Yahudi, jika tidak maka tidak mengapa
o Mengkhitan di hari ketujuh mengurangi rasa sakit
 Laits bin Sa’ad rhm: Khitan antara tujuh dan sepuluh tahun

Hukum Khafadz
 Syafiiyyah dan sebagian Malikiyyah: Khafadz hukumnya wajib
 Imam Malik rhm: Khafadz hukunya Mustahab
 Imam Ahmad rhm: Khafadz hukumnya Sunnah
Abu Hurairah ra,Rosul saw;
‫ط َوقَصٌ الش َِّارب‬ ٌِ َ‫ستِ ْحدَادٌ َوتَ ْقٌِليمٌ ْاْلَ ْظف‬
ِ ْ ٌ‫ار َونَتْف‬
ٌِ ‫اْل ِب‬ ْ ‫ن ا ْل ِف ْط َر ٌِة ا ْل ِختَانٌ َو ِاِل‬
ٌْ ‫َخ ْمسٌ ِم‬
” Lima hal yang termasuk fitroh yaitu: khitan, mencukur bulu
kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur
kumis.“
(HR. Bukhori dan Muslim)
Sabda Rasul saw :
ٌَ ‫ان فَقَ ٌْد َو َج‬
ْ ‫ب ا ْلغ‬
ٌ‫سل‬ ٌِ َ‫إِذَا ا ْلتَقَى ا ْل ِختَان‬
“Apabila bertemu dua khitan, maka wajib mandi.” (Hadist
Shohih Riwayat Tirmidzi , Ibnu Majah dan Ahmad ).
Anas bin Malik ra, Rosul saw bersabda kepada Ummu
‘Athiyah ra:
ٌ‫ظى ِل ْل َم ْرأَ ٌِة َوأَ َحبٌ إِلَى ا ْلبَ ْع ِل‬
ٌَ ‫ن ذَ ِلكٌَ أَ ْح‬
ٌَّ ‫وِل ت ْن ِه ِكي فَ ِإ‬
ٌَ ‫إذا خفضت فأشمي‬
”Apabila engkau mengkhitan wanita potonglang sedikit, dan
janganlah berlebihan, karena itu lebih bisa membuat ceria
wajah dan lebih disenangi oleh suami.”(HR. Abu Daud dan
Baihaqi )
‫الختان سنة للرجال و مكرمة للنساء‬
“Khitan itu sunnah bagi laki-laki dan kehormatan bagi
wanita. “ ( HR Ahmad dan Baihaqi )
TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Antikekerasan terhadap
Perempuan menilai khitan perempuan sebagai diskriminasi
terhadap reproduksi perempuan. "Anehnya Kementerian
Kesehatan sebagai institusi negara bisa disetir oleh MUI (Majelis
Ulama Indonesia) yang hanya organisasi massa," kata Komisioner
Bidang Reformasi Hukum dan Kebijakan Komnas Perempuan,
Ninik Rahayu, kepada Tempo, Senin, 21 Januari 2013.
Menurut dia, sunat dapat merusak alat kelamin
perempuan tanpa alasan yang jelas. Ninik mengatakan, regulasi
tentang sunat perempuan pernah dilarang melalui surat edaran
Kementerian Kesehatan pada 2006. Tapi, pada 2008, Majelis
mengeluarkan fatwa yang membolehkan khitan perempuan.
Setelah itu, Kementerian menerbitkan peraturan menteri yang
membolehkan khitan asalkan sesuai dengan standar kesehatan
dan agama.
Majelis Ulama Indonesia dan sejumlah organisasi massa
Islam menolak pelarangan khitan atau sunat pada perempuan.
MUI meminta seluruh rumah sakit dan pusat kesehatan
masyarakat harus melayani permintaan khitan perempuan. "Yang
kami tolak itu pelarangan, jadi kalau ada permintaan khitan jangan
ditolak," kata Ketua MUI KH Ma'ruf Amin di kantornya…
Hikmah Khitan
 Secara Dhahir
 Lebih suci dan bersih
 Lebih indah bentuk
 Lebih menjaga syahwa
 Menimbulkan kesehatan dalam fisik

 Bathin
 Melaksanakan Fitrah Manusia
 Mengikuti jejak para Nabi dan Rasul, dari Nabi Adam as
hingga Nabi Muhammad saw.
 Stempel ke-Islam-an
Allah swt berfirman:
َ ‫ّللاِ ِص ْبغَةٌ َونَ ْحنٌ لَهٌ عَا ِبد‬
ٌ‫ون‬ ٌَّ ‫ن‬ َ ‫ن أ َ ْح‬
ٌَ ‫سنٌ ِم‬ ٌَّ َ‫ِص ْبغَ ٌة‬
ٌْ ‫ّللاِ َو َم‬
Shibghatu Allah dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari
pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah Kami menyembah (Qs.Al-
Baqarah, 138)

Anda mungkin juga menyukai