Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

TETANUS

Laiza Intan Puspita Ayu P.


2015730076
EPIDEMIOLOGI

1988, tercatat 780.000 kematian di seluruh


Pada tahun 2004 kasus tetanus di
dunia
Indonesia meningkat
di tahun 2000, Indonesia masih menjadi satu
WHO menyatakan pada tahun 2015
dari 59 negara berisiko tinggi
34.000 neonatus meninggal karena
neonatal tetanus
Patogenesis
tetanospasmin Tetanospasmin masuk ke
Bakteri C.tetani
ditransportasikan secara susunan saraf melalui
masuk ke tubuh
intra axonal menuju nuklei otot dimana terdapat
melalui luka terbuka
motorik suasana anerobic

aktivitas tidak toksin tersebut khususnya toksin akan ditransfusikan


teregulasi dari menghambat pengeluaran secara retrograde menuju
sistem saraf motorik Gamma Amino Butyric Acid saraf perisinaptik dimana
dan otonom (GABA) toksin tersebut bekerja
Manifestasi Klinis

Tetanus Tetanus Maternal and


Tetanus
localized cephalic neonatal
generalized
tetanus

• Trismus
• kekakuan dari • Disfagia • Kelemahan
• kekakuan otot
daerah dimana • trismus • ketidakmampuan
maseter,
terdapat luka • facial cranial menyusu
punggung
biasanya neuropathy • opistotonus
serta bahu
ringan • timbul parese
• Opistotonus
wajah.
• posisi
dekortisasi
• ekstensi
ekstremitas
bawah
Trismus Opistotonus

Dekortikasi Mulut mencucu


Klasifikasi derajat keparahan tetanus
berdasarkan Ablet
trismus ringan, kekakuan general, tanpa
Ringan
gangguan respirasi, disfagia maupun spasme.

trismus sedang, kekakuan, disertai spasme


Sedang namun hanya sebentar, disfagia ringan,
frekuensi napas >30x/menit.

trismus berat, kekauan disertai spasme yang


Berat berlangsung terus menerus, disfagia berat,
frekuensi napas >40x/menit, frekuensi nadi >
120x/menit

Sangat berat Klasifikasi berat disertai dengan gangguan


otonomik
Diagnosis
Anamnesis

Riwayat luka Riwayat infeksi telinga Riwayat gigi berlubang

Riwayat
Riwayat imunisasi
spasme/trismus
Diagnosis
Pemeriksaan fisik

Mulut mencucu Risus sardonicus Opistotonus

Palpasi perut retentio alvi,


Fraktur
papan retentio urinae
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan kultur C.tetani.


Tatalaksana Farmakologik
Mempertahankan Ditempatkan di Imunoterapi :
jalan napas yang ruangan khusus yang • Berikan tetanus
adekuat terpisah immunoglobulin
(TIG) 500 unit secara
IM atau IV
Antibiotik : Pengontrolan spasme • equine antitoksin
• Metronidazole 500 otot : 10.000-20.000 U
mg setiap 6 jam • Diazepam dapat dosis tunggal IM
(baik secara IV ditingkatkan perlahan
maupun oral) 5 mg atau lorazepam 2
selama 7 hari. mg, Pada anak dosis
• Penicillin G 100.000- dimulai dari 0,1-0,2
200.000 mg/kgBB
IU/kgBB/hari secara • Magnesium sulfat
IV dibagi 2-4 dosis bersama dengan
benzodizepin
Tatalaksana Non-Farmakologik

Perawatan luka nasoduodenal tubes

bed rest ditempat yang gelap


gastrostomy tube
sunyi
PROGNOSIS & KOMPLIKASI
• Prognosis dubia ad malam seiring dengan
perjalanan penyakit yang cepat
Tetanus dewasa Neonatal tetanus
• Usia > 70 tahun • Kelahiran prematur
• Adanya luka bekas operasi • Higiene yang buruk saat
yang kotor proses kelahiran
• Onset periode < 48 jam • Keterlambatan penanganan
• Frekuensi nadi > ke rumah sakit
140x/menit
• Tekanan darah sistolik >
140 mm Hg
• Spasme yang berat
• Temperatur > 38,5°C
KOMPLIKASI

• Hambatan pada jalan napas


• Fraktur dari tulang spinal dan tulang panjang
• Rhabdomialisis yang sering diikuti oleh gagal ginjal
akut
• Gangguan otonom
PENCEGAHAN
• Perawatan luka harus segera dilakukan
• Pemberian ATS dan tetanus toksoid pada luka
• Imuniasi yaitu DPT, DT, atau tetanustoksoid

Anda mungkin juga menyukai