Anda di halaman 1dari 49

MODUL 5

INFEKSI BAKTERI DAN


VIRUS

KELOMPOK 7
Tutor :
dr. Anna Millizia, M.
Ked (An), Sp. An
KELOMPOK 7 :
Anggota:
Angga Wibatsu Karim
Asri Apriliya
Aviva Sintia Emira
Cepi Ramdhani
Cut Sarah Faradila
Dilla khairunnisa Mahira Zulmay
Lutfiatul Khusnia
Mirza Hodayatsyah
Rara Enggola handayani
Rizki Irawan
Shinta Putri simehate
MODUL 5
Infeksi Bakteri dan Virus

SKENARIO 5 : Tetanggaku yang Malang


Ani, anak tetangga yang masih berusia 8 tahun, saat ini dirawat di rumah sakit karena
penyakit ginjal. Tiga minggu sebelumnya Ani mengalami sakit kulit yang bernanah di daerah
sekitar bibir dan lengannya. Ibu Ani menduga luka tersebut timbul akibat garukan karena Ani
memang sering mengalami alergi pada kulit yang menyebabkan gatal terutama bila makan telur.
Luka dilengan ani kemudian berkembang menjadi selulitis yang mengakibatkan bengkak,
kemerahan, nyeri, terasa panas, dan lengan Ani menjadi susah digerakkan. Dokter puskesmas
pada saat itu menerangkan Ani awalnya menderita impetigo yang dapat disebabkan oleh kuman
Streptococcus yang kemudian berkembang menjadi selulitis.
Saat ini Ani mengalami hematuria, proteinuria, dan terdapat red blood cell cast di
urinenya. Dokter yang merawat Ani sekarang mengatakan penyakit ginjal yang dialami Ani
ada kaitannya dengan penyakit impetigo Ani sebelumnya. Kuman Streptococcus yang menjadi
penyebab impetigo tersebut menstimulus respon imun tubuh Ani untuk membentuk antibodi,
yang akhirnya berujung pada kerusakan ginjal akibat inflamasi dan reaksi hipersensitivitas
oleh komplek antigen-antibodi yang terbentuk.
Ibu Ani masih belum mengerti akan penjelasan dokter tentang penyakit anaknya.
Bagaimana bisa penyakit kulit Ani menyebabkan kerusakan ginjal, apakah berkaitan dengan
alergi yang memang telah ada sebelumnya dan apakah dapat dicegah dengan vaksinasi agar
anaknya yang lain tidak akan mengalami kondisi seperti Ani? Selanjutnya ibu Ani
berkonsultasi kepada Anda selaku tetangganya yang merupakan mahasiswa kedokteran. Ibu
Ani juga bertanya apakah penyakit anaknya ini ada hubungannya dengan almarhumah
kakaknya yang meninggal juga dengan kelainan ginjal akibat lupus nephritis?. Bagaimana
Anda menjelaskan hal ini kepada ibu Ani?
JUMP 1 TERMINOLOGI
1. Infeksi bakteri : Masalah kesehatan yang disebabkan
oleh bakteri serta dapat menyerang
seluruh tubuh.
2. Selulitis : Infeksi bakteri pada kulit dan jaringan
dibawah kulit.
3. Impetigo : Suatu infeksi kulit yang sangat menular
yang menyebabkan luka merah pada
wajah , pecah menjadi kerak kuning
coklat pada wajah
4. Streptococcus : Salah satu genus dari bacteri non motil
yang mengandung sel gram positif
bulat, panjang, atau berpasang biasanya
ditemukan di mulut dan usus pada
manusia.
5. Hematuri : Suatu urin yang mengandung sel darah
merah
6. Proteinuria : adanya protein dalam urin yang melebihi
kadar normal.
7. Lupus nephritis : Peradangan pada ginjal akibat penyakit SLE
(Systemic Lupus Erythematosus) atau lebih
dikenal lupus yang menyerang
sel – sel ginjal yang sehat
8. Red blood cell cast : Sebuah matriks pembusukan sel darah
merah yang ditemukan dalam urin sebagai
gejala penyakit glomerulus
JUMP 2 dan 3
Rumusan Masalah dan Hipotesa

1. Apa hubungan mengonsumsi telur dengan alergi yang dialami


Ani?
Alergi : pertahanan tubuh menolak benda asing.
Alergi merusak jaringan tubuh hipersensitivitas
dipengaruhi protein, histamine, igE interaksi antara sel
antibodi igE dan alergen
aktif sel mast dan basophil inflamasi dan alergi

2. Bagaimana mekanisme terjadinya impetigo dan selulitis?


Impetigo : streptococcus yang menempati superficial di bagian
epidermis, berdasarkan scenario telah terasa nyeri berarti telah
menyebar sampai dermis karena adanya syaraf.
Streptococcus mengetoksin exfoliatif toxin yang berfungsi
memecah sel adhesi pada epitel epidermis, ketika sampai
pembuluh darah ia akan merekrut neutrophil exudate sehingga
terjadi bulai ( cairan protein darah ).

3. Kenapa selulitis pada lengan Ani bisa menyebabkan tangannya


tidak bisa digerakkan?
Tangan gak bias bergerak karena komplikasi streptococcus
sehingga menyebabkan osteomyelitis
4. Apakah gatal – gatal yang dialami Ani ada hubungan dengan
penyakit ginjal yang dialaminya?

Ada hubungan, karena ketidakmampuan ginjal


menyeimbangkan kadar ca, mineral dan fosfor dalam darah,
berdampak pada tingkat ca darah rendah, memicu klj. Paratiroid ,
melepaskan hormone paratiroid, yang mengakibatkan gatal
bakteri masuk kedalam darah glomerulus ginjal akan
hilang fungsi untuk menyaring urin
akibat sering digaruk, infeksi streptococcus (bacteri masuk)
terjadi impetigo berdampak menjadi selulitis
5. Bagaimana manifestasi klinis dan tatalaksana kelainan ginjal
yang dialami Ani?

- Infeksi sal. pernapasan - Edema kelompok mata


- Pyoderma - Kejang, menurun kesadarn
- Hematuria makroskopis - Gagal jantung, edema paru,
oliguria dan anuria
6. Bagaimana proses terjadinya respon imun pada Ani?

Sel T gelatinosid substansi mediator limfosit T


teradinosit produksi IL 8 bila dirangsang oleh gamma
interferon limfosit diaktivasi oleh sel Langerhans
memperkuat respon imun dan eliminasi sel penyebab infeksi
sel helper dan supresor pada infiltrate akan mengatur
proses inflamasi yang terjadi

Gagal ginjal menstimulus streptococcus numpuk


kompleks imun merangsang tonsil meningkat igA
kerusakan ginjal
7. Apa yang biasanya menjadi penyebab umum penyakit ginjal
pada anak?
– genetic - sistemik
- sindrom nefrotik - overdosis obat – obatan

8. Bagaimana pengobatan infeksi streptococcus dan


pencegahannya?
Tipe A ( kulit, tenggorokan) : Tipe B :
-Penicilin -Antibiotik
-Amoksisilin -Penicilin
-Ampicilin
-Apabila alergi dapat
diberikan eritromisin
Pencegahan :
-Cuci tangan
-Tidak berbagi alat makan
-Masker
-Bersihkan barang – barang disekitar

9. Mengapa Ani bias terjadi hematuria, proteinuria, red


blood cast?
Ani mengalami kelainan ginjal, hematuria : diagnosis dari
nefritis dapat dipicu oleh lupus nefritis, lupus sering dialami wanita
dan anak – anak, pada anak – anak, komplikasi ke ginjal
Kerusakan system jaringan glomerulus karena fungsi penyaring urin
berjalan tidak lebih baik (endotel), dilatasi, respon imun.
10. Apakah penyakit kulit yang dialami Ani dapat dicegah dengan
vaksinasi?
Terdapat vaksin varisela, penurunan impetigo,
menekan lesi pada kulit penderita, penurunan infeksi berat,
terbentuk jaringan parut.
JUMP 4 SKEMA
JUMP 5
LEARNING OBJECTIVE

1. Morfologi, struktur sifat fisiologi dan pertumbuhan


a. Virus
b. Bakteri
2. Patogenesis dan patofisiologi
a. Virus
b. Bakteri
3. Respon imun
a. Virus
b. Bakteri
4. Diagnosis hematoserologis infeksi bakteri dan virus
5. Manifestasi klinis infeksi bakteri dan virus
6. Farmakologi dan non farmakologi infeksi bakteri dan virus
1. Morfologi, Struktur,
Sifat dan Pertumbuhan

A. Virus
- Morfologi
1. Helix
• Terbentuk dari susunan sub-unit
protein terselubung yang disebut dengan
kapsomer melingkar suatu sumbu axis.
• Susunan virus dengan morfologi helix ini membuat
virus mempunyai bentuk seperti batang atau filament
• Materi genetik virus dengan morfologi helix ini terletak
di dalam rongga dan terikat dengan protein kapsid

Contohnya : virus mosaik yang menyerang tembakau.


2. Polihedral
• Tersusun dari kapsomer yang
berjumlah sangat banyak
• Asam nukleat tidak mempunyai
ikatan dengan protein kapsid
• Mempunyai ukuran yang sangat bervariasi yaitu dari
20 – 400 nanometer
• Kapsomer yang sangat beragam

Contonya : adalah virus adenovirus.


3. Virus bersampul
• Memiliki lapisan luar atau
membran yang menyelubungi
kapsid yang disebut dengan sampul (envelope).

• memiliki bentuk bermacam-macam sesuai


denganbentuk kapsidnya, meskipun ada juga sampul
yang berbentuk helix dan polihedral
- Struktur :
• Virion : partikel virus lengkap
yang infektif
• Envelope : terdiri dari
glikoprotein
• Kapsid : mantel protein yang
menyelubungi genom asam
nukleat
• Kapsomer : rangkaian sub-unit
protein yang menyusun kapsid
• Protomer : rantai polipeptida
yang menyusun kapsomer
• Genom (DNA/RNA)
- Siklus Pertumbuhan
VIRUS
A. BAKTERI
- MORFOLOGI
- STRUKTUR
- SIFAT
• Bakteri memiliki ukuran yang sangat kecil dan umumnya
hanya berukuran antar 1 hingga 5 mikron.
• Memiliki bentuk sel yang tetap sama karena memiliki dinding
sel.
• Bakteri tidak memiliki klorofil sehingga bakteri umumnya
memiliki bentuk tubuh yang transparan atau pun buram dan
disebabkan tidak memiliki klorofil pada umumnya bakteri
yang merupakan heterotrof.
Akan tetapi beberapa jenis bakteri yang memiliki organel-
organel klorofil dan juga fontosintesis sehingga bakteri tersebut
disebut dengan fotoautotrof.
• Bakteri umumnya berkembang biak secara vegetative
ataupun aseksual dengan cara membelah dirinya sendiri.
• Bakteri adalah mikoroorganisme yang memiliki satu sel atau
biasa disebut dengan uni seluler.
- PERTUMBUHAN BAKTERI

4 fase:
1. Fase Lag (Fase Penyesuaian)

Fase Lag merupakan fase penyesuaian bakteri dengan


lingkungan yang baru.
Lama fase lag pada bakteri sangat bervariasi, tergantung
pada komposisi media, pH, suhu, jumlah sel pada inokulum
awal dan sifat fisiologis mikro organisme pada media
sebelumnya.
2. Fase Logaritma / Exponensial

Fase Logaritma / eksponensial ditandai dengan terjadinya


periode pertumbuhan yang cepat. Setiap sel dalam populasi
membelah menjadi dua sel.

Fase eksponensial ini sangat dipengaruhi oleh sifat genetik yang


diturunkannya. Selain itu juga dipengaruhi oleh kadar nutrien
dalam media, suhu inkubasi, kondisi pH dan aerasi.

Ketika derajat pertumbuhan bakteri telah menghasilkan populasi


yang maksimum, maka akan terjadi keseimbangan antara jumlah
sel yang mati dan jumlah sel yang hidup.
3. Fase Stasioner
Fase stasioner terjadi pada saat laju pertumbuhan bakteri
sama dengan laju kematiannya. Sehingga jumlah bakteri
keseluruhan bakteri akan tetap. Keseimbangan jumlah keseluruhan
bakteri ini terjadi karena adanya pengurangan derajat pembelahan
sel. Hal ini disebabkan oleh kadar nutrisi yang berkurang dan
terjadi akumulasi produk toksik sehingga mengganggu pembelahan
sel.
4. Fase Kematian
Fase Kematian merupakaan fase dimana laju kematian lebih
besar. Fase kematian ini merupakan lanjutan dari fase stasioner
yang ditandai dengan peningkatan laju kematian yang melampaui
laju pertumbuhan, sehingga secara keseluruhan terjadi penurunan
populasi bakteri.
2. Patogenesis dan Patofisilogis

A. Virus

1. Siklus Litik  terjadi apabila partikel virus keluar dari


sel inang dengan cara memecahkan sel yang dilekati
nya.

2. Siklus Lisogenik  Penyisipan materi genetik virus


pada sel inang yang kemudian mengalami replikasi saat
pembelahan sel inang.
• Siklus Litik :
1. Adsorpsi  perlekatan
2. Penetrasi  pemasukan materi genetik virus
3. Sintesis  Sel inang tlh dikendalikan oleh virus
untuk memperbanyak diri
4. Perakitan  tahap penyusunan menuju partikel
virus yang lebih kompleks
5. Lisis  Partikel virus sudah kompleks, mulai
menghancurkan sel inangnya dan keluar.
• Siklus Lisogenik :
1. Adsorpsi  sama dengan siklus litik
2. Penggabungan  penggabungan antara materi
genetik virus dan sel inang
3. Pembelahan  materi genetik telah tergabung,
mengalami replikasi dan melakukan pembelahan.
4. Sebagian berulang ke siklus litik
B. Bakteri
1. Adhesi
- Adhesi : proses bakteri menempel pada permukaan sel
inang, pelekatan terjadi pada sel epitel.
- Adhesi bakteri ke permukaan sel inang memerlukan
protein adhesin.
- Adhesi dibagi menjadi dua yaitu fimbriae & afimbriae.
• Adhesi fimbriae
Adalah struktur menyerupai rambut yang terdapat pada
permukaan sel bakteri, tersusun atas protein yang tersusun
rapat & memiliki bentuk silinder heliks.
• Adhesi afimbriae
 Molekul adhesi afimbriae berupa protein (polipeptida) dan
polisakarida yg melekat pada membran sel bakteri.
 Polisakarida yg berperan dalam sel biasanya adalah penyusun
membran sel seperti:glikolipid, glikoprotein, matriks
ekstraseluler (fibronectin, collagen).
2. Invasi dalam sel dan jaringan
• Invasi : proses bakteri masuk ke dalam sel inang/jaringan
dan menyebar ke seluruh tubuh.
• Dibagi menjadi 2:
1. INVASI EKSTRASELULER
Terjadi apabila mikroba merusak barrier jaringan untuk
menyebar ke dalam ke dalam tubuh inang baik melalui
peredaran darah maupun limfa
2. INVASI INTRASELULER
Terjadi apabila mikroba benar-benar berpenetrasi dalam sel
inang dan hidup di dalamnya. Sebagian besar bakteri gram
negatif dan positif patogen mempunyai kemampuan ini.
3. RESPON IMUN

A. VIRUS
a. Respons Imun Nonspesifik Terhadap Infeksi Virus :
Secara jelas terlihat bahwa respons imun yang terjadi adalah
timbulnya interferon dan sel natural killler (NK) dan antibodi yang
spesifik terhadap virus tersebut. Pengenalan dan pemusnahan sel yang
terinfeksi virus sebelum terjadi replikasi sangat bermanfaat bagi pejamu.
Permukaan sel yang terinfeksi virus mengalami modifikasi,
terutama dalam struktur karbohidrat, menyebabkan sel menjadi target
sel NK. Sel NK mempunyai dua jenis reseptor permukaan. Reseptor
pertama merupakan killer activating receptors yang terikat pada
karbohidrat dan struktur lainnya yang diekspresikan oleh semua sel.
Reseptor lainnya adalah killer inhibitory receptors yang mengenali
molekul MHC kelas I dan mendominasi signal dari reseptor aktivasi. Oleh
karena itu sensitivitas sel target tergantung pada ekspresi MHC kelas I.
Beberapa mekanisme utama respons nonspesifik terhadap virus,
yaitu :
1. Infeksi virus secara langsung yang akan merangsang
produksi IFN oleh sel-sel terinfeksi; yang mana IFN ini berfungsi
menghambat replikasi virus.

2. Sel NK mampu membunuh virus yang berada di dalam sel,


walaupun virus menghambat presentasi antigen dan ekspresi MHC
kelas I. IFN tipe I akan meningkatkan kemampuan sel NK untuk
memusnahkan virus yang berada di dalam sel. Selain itu, aktivasi
komplemen dan fagositosis akan menghilangkan virus yang datang
dari ekstraseluler dan sirkulasi
b. Respons Imun Spesifik Terhadap Infeksi Virus :
Mekanisme respons imun spesifik ada dua jenis yaitu respons
imunitas humoral dan selular. Respons imun spesifik ini
mempunyai peran penting yaitu :

1. Menetralkan antigen virus dengan berbagai cara antara lain


menghambat perlekatan virus pada reseptor yang terdapat pada
permukaan sel sehingga virus tidak dapat menembus membran
sel, dan dengan cara mengaktifkan komplemen yang
menyebabkan agregasi virus sehingga mudah difagositosis

2. Melawan virus sitopatik yang dilepaskan dari sel yang lisis.


4. DIAGNOSIS
HEMATOSEROLOGI PADA INFEKSI
BAKTERI DAN VIRUS

DIAGNOSIS
HEMATOSEROLOGI

PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI SEROLOGI

Ilmu yang mempelajari Pemeriksaan dengan


segala sesuatu mengenai menggunakan serum penderita
darah untuk membuktikan adanya
infeksi berdasarkan pemberian
antigen antibodi
Pemeriksaan penunjang
pada Virus

1. TES C- Reactive Protein


Tujuan : mengukur kadar protein C reaktif yang diproduksi di
hati. Pada umumnya, level CRP pada seseorang yang terinfeksi
virus akan meningkat.

2. PCR (Polymerase Chain Reaction)


Bertujuan untuk memisahkan dan menggandakan DNA virus,
sehingga tipe virus yang menginfeksi dpat diketahui lebih cepat
dan lebih tepat. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi
akibat virus herpes simplex dan varicella

3. ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)


Tujuan : mendeteksi antibodi dalamdarah yang terkait dengan
infeksi virus. Co : virus HIV, virus hepatitis B dan C
Pemeriksaan penunjang
pada Bakteri

1. Tes Pewarnaan Gram


Dalam prosesnya dokter akan mengambil sample berupa dahak,
nanah atau menyeka cairan yang terdapat di bagian tubuh yang
terinfeksi

2. Pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam)


Tes ini biasanya digunakan untuk mendiagnosis TB. Pemeriksaan bisa
dilakukan dengan mengambil sampel, sebanyak 3x pada waktu yang
berbeda.

3. Tes Kultur Darah


Dokter akan mengambil 2 atau lebih sampel darah untuk diuji di lab,
biasanya darah yang diambil dari lokasi atau pembuluh darah yang
berbeda
5. Manifestasi infeksi
bakteri dan virus
• Bakteri
gejala yang ditimbulkan oleh infeksi bakteri bervariasi
tergantung bagian tubuh mana yang terinfeksi.
gejala paling umum adalah demam,pada saluran
pencernaan, maka ia akan merasakan gangguan seperti diare,
konstipasi, mual, dan muntah

• Virus
gejala yang di timbulkan oleh infeksi virus tergantung tipe
virusnya. Bagian tubuh yang terinfeksi, usia dan riwayat penyakit
pasien, seperti demam, nyeri sendi, dan pembesaran limfe.
6. Farmakologi dan non
farmakologi infeksi bakteri dan
virus
• Farmakologi
Interaksi antar mikroba dengan pasien/hospes tergantung pada
patogenitas mikroba dan reaksi daya tahan penderita untuk
mempertahankan tubuh terhadap serangan mikroba.

Effektifitas antimikroba terhadap mikroba tergantung pada


a. Dosis dan lama pengobatan
b. Aktifitas Antimikroba (bakteriostatik, bakterisid)
c. Spektrum kerjanya:
Spektrum Luas : Effektif utk bakteri gram +/-.
Spektrum Sempit: Effektif hanya utk bakteri gram +/- saja
d. Sensitifitas mikroba: Ditinjau dari struktur kimiawi mikroba
e.Daya tahan tubuh penderita
f. Jenis dan jumlah mikroba
g. Tempat infeksi
h. Cara pemberian, dosis, farmako antimikroba
Spektrum Mikroba

• Spektrum Sempit :
Bekerja hanya pada mikroorganisme tunggal/grup tertentu
Co : Isoniasid mikrobakteria

• Spektrum Sedang :
Efektif melawan Organisame Gram (+) dan Beberapa Gram (-)
Co : Ampisilin

• Spektrum Luas :
Mempengaruhi spesies mikroba secara luas
Co : Kloramfenikol dan tetrasiklin
PEMBAGIAN OBAT ANTIBIOTIK
BERDASARKAN SPEKTRUM

1. Antibiotik berspektrum sempit ( Narrow Spektrum )


Efek utama hanya pada bakteri gram (+) dan basil
Contoh : - Penisillin
- Basitrasin .
atau efek utamanya hanya terhadap bakteri gram (- )
Contoh : - Polimiksin

2. Antibiotik berspektrum luas ( Broad Spektrum ) :


Efek utama terhadap bakteri gram (+) & (-)
Contoh: - Ampisillin
- Amoksisillin .
• Non-Farmakologi

• Pencegahan pada infeksi virus


- Selalu mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum atau setelah
beraktivitas
- Mengonsumsi makanan yang sudah dimasak hingga matang
- Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi dan benda yang
terkontaminasi virus
- Menghindari gigitan serangga, seperti nyamuk
- Menutup mulut dan hidung dengan tangan atau tisu bila batuk atau
bersin
- Melakukan hubungan seks yang aman, misalnya dengan
- Mengenakan kondom dan setia terhadap satu pasangan
• Pencegahan pada infeksi bakteri
Infeksi bakteri adalah kondisi yang dapat dicegah. Beberapa
upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi bakteri adalah:

- Rutin mencuci tangan setelah beraktivitas.


- Menerima vaksin.
- Menjaga kebersihan ketika mempersiapkan makanan.
- Melakukan hubungan seksual yang aman.
- Tidak berbagi barang pribadi, seperti handuk atau baju.

Anda mungkin juga menyukai