Anda di halaman 1dari 9

Bedah

Jurnal
Permukiman
Realitas dan Tatanan Urban Kota-Kota di
Jepang
Evawani Ellisa
Makara, Sosial Humaniora, Vol. 13, No.
2, Desember 2009 : 131-142

SALMAN AL FARISI
20161332021
Kerangka Jurnal
 Latar Belakang
 Kajian Pustaka
 Metode Penelitian
 Pembahasan
 Kesimpulan
Latar Belakang
 Satu hal yang sering disorot oleh para pengamat kota adalah masalah
kesemrawutan tata ruang kota sebagai akibat ketidaksiapan kota dalam
mengantisipasi ledakan penduduk. Negara Jepang sebagai negara termaju di
Asia pun tidak luput dari kritik tersebut. Bahkan dibalik segala kemajuan
teknologinya, morfologi tampilan kota Jepang sering disasar kritik banyak
pakar, dianggap tidak berbeda dengan kota metropolitan di kawasan Asia,
seakan tiada penataan.
 Membosankan, tidak menarik, brutal, kacau dan bahkan buruk rupa. Itulah
tanggapan pengamat Barat melihat penataan kota Jepang (Narumi, 1998;
Bognar, 1991)
 Tapi anehnya, meski demikian, tidak menggeser kota-kota di Jepang untuk
sering masuk 50 besar kategori kota terbaik dunia dari beragam versi. kriteria
terbaik dari segi keamanan, pendidikan, kebersihan, rekreasi, stabilitas
politik-ekonomi, dan transportasi umum itulah sebabnya.
 Tampilan dan tata spasial kota-kota Jepang yang seakan kacau namun dapat
menghadirkan keteraturan di aspek yang lain. Apa sebabnya?
Kajian Pustaka
 Teori Self Organization (Prigogine)
Pada sistem yang kompleks, “self consistent pattern” akan terbentuk,
berkembang dan berubah. Pola tersebut muncul sebagai tanggapan sistem
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Kemampuan sistem untuk
mengorganisasikan dirinya secara spontan sebagai tanggapan terhadap perubahan
yang terjadi dalam sistem itu sendiri atau self organizing ability.
 Teori Fraktal (Mandelbrot)
“Order” (tatanan) pada sistem yang kompleks lahir secara alamiah dan spontan.
‘Order’ merupakan akibat dorongan yang terdapat pada sistem yang kompleks
untuk tumbuh dan mengorganisasikan dirinya ke dalam pola-pola tertentu.
Fraktal menyatukan persepsi kita bahwa pada kenyataan dunia ini merupakan
suatu perkembangan dan bukan hanya suatu kekacauan semata. fraktal dapat
diungkapkan melalui “mandelbort set” yaitu meningkatkan pembesaran sampai
pada skala terkecil. Dengan demikian, pembesaran akan menghasilkan detail
yang lebih baik dan memperlihatkan “self similarity” yang terjadi pada skala
yang berbeda. (Penjelasan Mandelbort, dikutip oleh Glieck, 1987)
Metode
Penelitian
Jurnal disusun berdasarkan hasil pengamatan penulis selama 7 tahun tinggal
di Jepang dalam rangka studi di bidang perkotaan.
 Bertujuan untuk menelusuri realitas urban kota Jepang dan menggali tatanan
apa yang ada di balik “kekacauan” yang ditampilkan kota-kota besar di
Jepang.
 Beberapa sumber pustaka dijadikan landasan analisis dalam jurnal ini
 Dengan metode penulisan secara prescriptive yaitu memformulasikan fakta
dan realitas yang ada dengan menggunakan teori yang relevan.
 Pembahasan dibagi menjadi 2 : bagian pertama adalah aspek-aspek yang
mempengaruhi realitas urban Jepang, seperti sistem alamat yang
membingungkan, wajah dan tampilan kota yang kacau, dsb. Bagian kedua
adalah pendekatan teori “Fraktal” (Mandelbort) tentang struktur tatanan di
balik kekacauan (order behind chaos).
Pembahasan
 Aspek-aspek yang Mempengaruhi Realitas Urban Jepang
1. Sistem Alamat menggunakan blok
2. Hyper Reality denga teknologi navigasi VICS
3. Wajah Kota
4. Sifat Kesementaraan Kota
5. Harga tanah tinggi
6. Proses transformasi bangunan yang berlangsung cepat
Pembahasan
 Tatanan Urban Kota Jepang
1. Tatanan Unit Komunitas Terkecil (Machi)
2. Masterplan yang longgar
3. Senbiki atau Desa-Kota
4. Tatanan Ekologi
5. Model Rizome
Kesimpulan
 Wujud fisik sebuah kota dan sepak terjang masyarakat yang bermukim di
dalamnya sebenarnya hanya endapan sebuah budaya. Memahami dinamika
dan tatanan arsitektur serta morfologi kota-kota di Jepang telah membuka
wawasan kita bahwa kekacauan fisik dan spasial tidak selalu identik dengan
kekacauan sosial.
 dan itu dapat dilihat dari tatanan tersembunyi dibalik kekacauan tatanan fisik
dan spasialnya, dari unit komunitas terkecil (machi), masterplan yang longgar,
pola desa-kota, hingga model hunian maupun ruang publik model rizome

Anda mungkin juga menyukai