Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 4

Allesandra Yveline F.Z (04)


Frizkha Ocvita H. (11)
Gita Adelia A. (14)
Rama Rizky D.P (27)
Soraya Fitriyani (33)
Zianidan F (36)
KASUS TINDAK KEKERASAN
MENGATASNAMAKAN
AGAMA
KEKERASAN CIKEUSIK, PANDEGLANG
BANTEN
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Muslim Moerate Society (MMC)
mencatat sepanjang 2009 hingga 2011, tidak kurang dari 152 kasus
kekerasan atas nama agama melibatkan Organisasi Kemasyarakatan
(Ormas) brutal. Kekerasan tersebut terjadi secara terorganisir dan
sistematis, karena dilakukan dengan perencanaan matang.

Ketua MMC, Zuhaeri Misrawi, menyatakan aksi kekerasan tersebut tidak


ditindak tegas, karena hanya menyeret individu – individu yang terlibat
dalam penyerangan. Sedangkan Ormas brutal yang terlibat di dalamnya
tidak ditindak tegas. “Faktanya ormas tersebut masih tetap beraktivitas. Ini
memprihatinkan,” papar Zuhaeri, saat dihubungi, Senin (7/11).

Menurut Zuhaeri, negara bersikap “memble” menyikapi ormas brutal.


“Yang harus ditindak bukan hanya individu, tetapi juga ormas, karena
dilakukan secara terorganisir,” jelasnya.
Ia mencontohkan kasus penyerangan massa Ahmadiyah yang
terjadi di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Sebelum terjaddi
peristiwa berdarah itu, sudah ada pesan singkat yang
disebarkan oknum tak bertanggung jawab kepada massa.

Pada 6 Februari 2011, terjadi penyerangan terhadap jamaah


Ahmadiyah di desa Cigelis kec. Cikeusik Kabupaten
Pandeglang, Banten. Serangan itu memakan korban dari
pihak Ahmadiyah, yaitu 3 orang tewas dan beberapa lainnya
luka-luka. Dalam video yang dirilis oleh situs YouTube.com,
digambarkan bahwa serangan yang dilakukan oleh massa
terhadap Jamaah Ahmadiyah sangat brutal.
Dari hasil penyelidikan polisi, massa yang berjumlah ratusan
orang tersebut bukan merupakan warga dari Desa Cigelis,
melainkan warga lain yang belum diketahui asalnya. Rekaman
video YouTube.com menggambarkan penyerang memakai pita
berwarna biru dan penyerangan itu terlihat sangat sistematis.
Keterangan warga sekitar juga menyatakan bahwa massa
penyerang bukan dari Desa Cigelis tetapi warga lain yang juga
tidak diketahui asalnya.

Kekerasan terhadap Ahmadiyah ini mendapat kecaman dan


kutukan dari berbagai pihak, seperti KOMNASHAM dan
tokoh-tokoh agama. Selain itu kekerasan ini juga semakin
memperburuk citra pemerintah di mata masyarakat, terutama
pihak kemanan (Polisi) yang dianggap lalai, sehingga
timbulnya korban jiwa.
FAKTOR PENYEBAB

Salah satu pemicu konflik ini adalah fatwa MUI (Majelis


Ulama Indonesia) yang menyatakan bahwa Ahmadiyah
menganut aliran sesat. Fatwa ini dijadikan sebagai landasan
oleh kelompok massa yang membenci Ahmadiyah untuk
melakukan penyerangan. Konflik identitas ini jauh lebih
rumit untuk bertahan dan sulit dikelola hingga mencapai
kompromi karena masing-masing pihak yang berkonflik
mempertahankan ego yang dimilikinya.
 Menurut kelompok kami, kasus kekerasan mengatasnamakan
agama yang terjadi di Pandeglang, Banten ini pada dasarnya
termasuk kasus yang melanggar aspek – aspek atau nilai – nilai
pancasila yang menjadi landasan dasar negara. Terutama
bertentangan dengan sila kedua, ketiga, dan kelima.
• Sila Pancasila ke-2 karena kita sebagai manusia hendaklah
menyikapi perbedaan dan tetap menjunjung tinggi unsur-unsur
kemanusiaan dengan adab yang menjadi ciri bangsa Indonesia.
• Sila Pancasila ke-3 karena terjadi perpecahan diantara kelompok
pengikut (jamaah) tertentu yang menjadi penyebab perpecahan
elemen-elemen dimasyarakat.
• Sila Pancasila ke-5 karena bahwa setiap warga negara berhak
mendapat perlindungan hukum. Agar pihak yang besar
(mayoritas) tidak semena-mena terhadap pihak kecil (minoritas).
SOLUSI
Konflik ini sebenarnya merupakan konflik yang sudah terjadi sejak tahun
2008. Pada saat itu, masyarakat melaporkan adanya kegiatan berideologi
Islam yang diduga beraliran sesat yaitu Ahmadiyah. Kemudian, dari hasil
penyelidikan, MUI mengeluarkan fatwa bahwa Jamaah Ahmadiyah adalah
pengikut aliran sesat karena Ahmadiyah adalah aliran sesat.
Dalam hal ini berbagai alternatif penyelesaiannya antara lain :
1. Pemerintah mengeluarkan peraturan untuk membebaskan Ahmadiyah melakukan
kegiatan keagamaannya dan menindak tegas pelaku kekerasan terhadap pengikut
Ahmadiyah. Seperti di Pakistan dengan menyatakan Ahmadiyah sebagai kelompok
minoritas Islam yang sejajar dengan kelompok lain, seperti NU dan
Muhammadiyah.

2. Pemerintah membubarkan Ahmadiyah, memaksa pengikut Ahmadiyah kembali


ke ajaran Islam mainstream dan membuat undang-undang yang jelas tentang
regulasinya. Ini telah dilakukan oleh berbagai negara seperti; Malaysia, Brunei
Darussalam dan Saudi.
Menurut kelompok kami, Pemerintah sebaiknya
menindak tegas pelaku yang melakukan kekerasan, bukan karena
membela Jamaah Ahmadiyah dan melawan Islam, tetapi karena
kekerasan merupakan kriminalitas yang sangat dilarang oleh
konstitusi Indonesia sebagai negara hukum. Tindakan tegas ini
dilakukan melalui protap yang bisa dilaksanakan oleh aparat
keamanan. Di lain pihak, pemerintah juga harus memberlakukan
regulasi yang jelas untuk Ahmadiyah, yaitu dengan
memerintahkan Ahmadiyah untuk bersifat konservatif (tidak
menyebarkan ajarannya) atau membentuk agama baru.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai