Anda di halaman 1dari 31

Bimo Wicaksono

Liberttine M. Putri
Novasari A. P. Putri
Dokter Pembimbing:
dr. Astuti Tamher, Sp. Rad
Di Bahrain program skrining TB bergantung pada
penggunaan X-Ray Dada dan PPD, sementara gejala
klinis dan Xpert MTB/RIF (XP) tidak digunakkan.
Kunci utamanya adalah mengajarkan dan melatih semua
tenaga kesehatan dalam mendeteksi gejala awal TB
aktif, tidak aktif, dan mendiagnossa TB paru laten pada
temuan X-Ray.

Abstrak
2
Program Skrining TB
Test Konfirmasi TB
Temuan Radiologi dari TB
Sensitivitas dan spesifitas dari tes skrining TB

Kata Kunci
3
• Standar nasional progaram skrining TB sangat penting
dalam deteksi dini TB paru aktif di Bahrain dan
pelatihan tenaga kesehatan pelayanan primer sangat
penting untuk deteksi dini kasus TB
• Skrining Tb adalah proses dari sistem identifikasi untuk
orang sehat yang diduga sebagai TB aktif dengan
menggunakkan tes, pemeriksaan fisik atau prosedur
lain yang harus diterapkan pada kelompok beresiko.

Pendahuluan
4
• Metode terbaik untuk skrining TB adalah
menggabungkkan gejala yang didapat dengan
radiografi dada.
• Tiga tes skrining konvensional dari TB
1. Keterangan gejala klinis
2. X-Ray dada
3. Test skrining PPD / TST

Pendahuluan
4
• Dua tes konfirmasi yang umum untuk TB aktif ialah
menggunakkan SSM dan XP. Namun dalam praktek klinik
untuk menetapkan mendiagnosis TB aktif melalui pertanyaan
pada gejala klinis dan pemriksaan foto dada.
• Sensitivitas dan speksifitas :
1. Pertanyaan gejala klinis (77%), masing-masing 66%
2. PPD / TST (89%), masing-masing 80%
3. X-Ray dada (86%), masing-masing 89%

Pendahuluan
4
• Analisis sensitivitas dan spesifitas bergantung pada banyak
faktor seperti status HIV, usia, keparahan penyakit, latar
belakang epidemiologi, proses dan tknik pewarnaan sputum
dan kualitas diagnostik.

Pendahuluan
4
• Sampai saat ini tidak ada allogaritma umum TB yang ideal
dalam pelayanan primer; meskipun demikian solusinya bisa
berupa :
1. Tes skrining yang diikuti dengan 1 tes konfirmasi
2. 1 tes skrining yang diikuti 2 rangkaian tes konfirmasi
3. 2 tes skrining pararel diikuti 1 tes konfirmasi

Diskusi
5
• Tuberkulosis paru primer aktif adalah suatu penyakit infansi
atau orang dewasa muda yang tidak terpapar mycobacterium
TB bacili.
• Manifestasi klinis yang mungkin adalah konsolidasi
pneumonia (gambaran opasitas homogen atau bercakkan
opasitas kebanyakkan di lobus tengah dan bawah dengan atau
tanpa hilus limfadenopati yang disebut Ghon kompleks.
• Gambaran radiologi lain dari TB paru primer aktif adalah
opasitas milliar atau efusi pleura atau udem paru (kerely B
line)
6
7
8
• Namun, temuan X-Ray dada pada Tb inaktif sering
tampak seperti fibrosis, kalsifikasi persisten (Ghon’s
Fokus), dan Tuberkuloma (massa persisten seperti
opasitas).

• Ghon’s fokus adalah lesi TB berupa granuloma kecil yang


terlihat pada salah satu bagian superior lobus bawah paru
atau bagian inferior lobus atas paru dimana Ghon’s
kompleks sama seperti Ghon’s fokus tapi disertasi hilus
limfonodueadenopati.

7
• Dilain sisi, TB paru aktif post primer (TB reaktifasi atau
TB sekunder) menjadi sebuah penyakit orang dewasa
ketika pasien memiliki riwayat pernah terpapar
mycobacterium TB kurang dari 2 tahun dan imunitas
pasien memburuk.
• Pada pemeriksaan X-Ray pasien TB post primer
ditemukan bercak konsolidasai dengan lesi kavitas atau
fibropoliferatif dengan reticonodular desnsitas kasar
yang biasanya terdapat di sekitar segmen posterior lobus
atas paru atau segmen superior dari lobus bawah yang
menyebar sampai daerah endobronkial yang memberikan
gambaran tree-in-bud.
• Lesi nodular dengan batas yang kurang tegas dan dengan
gambaran densitas bulat pada parenkim paru yang disebut
hazy tuberculoma
• Akhir dari sekuele TB sekunder adalah jaringan parut
fibrokalsfikasi, jaringan parut fibronodular dengan lobus
yang kolaps, traksi impaski mukus bronkiektasis,
penebalan pleura, kalsifikasi pleura.
• Umumnya tenaga kesehatan harus memiliki kepekaan
yang tinggi terhadap lesi TB aktif dan harus
membedakannya dengan lesi TB inaktif
• Infeksi TB laten adalah infeksi yang tidak menimbulkan
gejala pada individu dengan pemeriksaan rutin foto dada
dan hasil sputum negatif tetapi memiliki hasil skin test
yang positif atau hasil test darah IGRA menunjukkan
indikasi infeksi TB sebelumnya.
• Tenaga kesehatan harus mengetahui penyebab dari hasil
reaksi positif palsu pada PPD (contohnya infeksi dengan
non-tuberkulosis mycobacteria, vaksinasi BCG sebelumnya,
kesalahan metode pengambilan, kesalahan interpretasi hasil
reaksi, tidak tepatnya botol reagen yang digunakkan).
• Tenaga kesehatan harus mendeteksi penyebab negatif palsu
pada reaksi PPD (contohnya imunitas yang rendah, infeksi
TB baru atau lama, invasi dini < 6 bulan, vaksinasi atau
penyakit virus baru-baru ini, metode PPD yang tidak tepat,
dan interpretasi yang tidak tepat).
• Kontraindikasi PPD hanya pada orang yang memiliki
reaksi berat terhadap tes TST dini (contonya nekrosis akut,
blistering, syok anafikasis, atau ulserasi).
• Pengobatan pada infeksi TB laten adalah pemberian
rejimen 1 x seminggu campuran rimfampisin dengan
isoniazid selama 3 bulan daripada pemberian INH selama
9 bulan.
• Temuan X-Ray sederhana yang tidak sugestif dari TB
tidak memerlukan evaluasi follow up (contohnya
penebalan pleura, diafragma tenting, sudut
costophrenicusyang tumpul, nodul kalsifikasi yang solid
atau granuloma, temuan kecil muskuloskletal dan temuan
kecil jantung.
Di Bahrain standar nasional program skrining TB sangat penting
untuk deteksi dini TB paru aktif. Metode terbaik untuk skrining TB
adalah dengan menggunakkan dua cara yaitu kuisioner dari gejala
klinis dan foto dada.

Tenaga kesehatan harus dilatih untuk mendiagnosis TB paru aktif;


mereka harus bisa membedakan tanda radiologi aktif dan inaktif.
Tenaga kesehatan harus bisa mendiagnosis TB laten dan memberikan
penanganan yang tepat.

Allogaritma TB harus disederhanakan dan diperbaharui secara


reguler.

Simpulan

Anda mungkin juga menyukai