Anda di halaman 1dari 87

Laporan Kasus Home Visite

PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA PADA


PASIEN BALITA STUNTING DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PEMBINA

Ayu Anggreini, S.Ked


71.2017.029
Pembimbing:
dr. Hibsah Ridwan, M.Sc.
BAB I
PENDAHULUAN
 Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang badan yang kurang jika
dibandingkan dengan umur, yang diukur dengan panjang badan yang < -2SD.
 Menurut data WHO, Pada tahun 2017 sekitar 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di
dunia mengalami stunting.
 Berdasarkan data Riskesdas rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun
2005-2017 adalah 36,4%.
 Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi data stunting di Sumatera Selatan
sebesar 32%.
 Masalah kesehatan pasien sering disebabkan oleh masalah pada keluarga, maka dari
itu dilakukanlah pelayanan kedokteran keluarga melalui kegiatan home visite.
TUJUAN
 Mengidentifikasi masalah-
masalah pada pasien
secara holistik.
MANFAAT
 Mengidentifikasi faktor-
faktor yang berpengaruh  Teoritis
terhadap masalah pasien.  Praktis
 Melakukan tatalaksana
kasus Hipertensi pada
pasien secara
komprehensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

 Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang


atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan
dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau
tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
median standar pertumbuhan anak dari WHO
 Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang
disebabkan oleh banyak faktor .
EPIDEMIOLOGI

 Kejadian balita stunting di Indonesia mengalami


peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6%
pada tahun 2017.
 Provinsi dengan prevalensi tertinggi balita sangat
pendek dan pendek pada usia 0-59 bulan tahun 2017
adalah Nusa Tenggara Timur, sedangkan provinsi
dengan prevalensi terendah adalah Bali.
FAKTOR Penyebab
 Usia anak 0 – 12 bulan lebih cenderung mengalami stunting
 Jenis kelamin laki – laki lebih cenderung mengalami stunting dibandingkan
perempuan
 Riwayat penyakit diare
 BBLR
 Asupan gizi saat hamil kurang (KEK)
 ASI tidak ekslusif
 Pemberian makanan pre-lakteal
 Usia ibu < 20 tahun
 Tinggi badan ibu < 150 cm
 Pendidikan ibu dan ayah rendah
 Sanitasi lingkungan yang buruk
Proses Terjadinya Stunting

 Terjadi gagal tumbuh (growth faltering) mulai bayi berusia 2 bulan,


dampak dari calon ibu hamil (remaja putri) yang sudah
bermasalah, dilanjutkan dengan ibu hamil yang juga bermasalah.
Hal ini sangat terkait oleh banyak faktor, utamanya secara kronis
karena asupan gizi yang tidak memadai dan kemungkinan rentan
terhadap infeksi, sehingga sering sakit.
Cara Pengukuran
 Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan
adalah dengan cara penilaian antropometri.

 Klasifikasi Status Gizi Stunting berdasarkan indikator Tinggi


Badan per Umur (TB/U):

 Sangat Pendek : Zscore < -3,0

 Pendek : Zscore ≥ -3,0 s.d. Zscore < -2,0

 Normal : Zscore ≥ -2,0


TATALAKSANA

 Intervensi gizi spesifik merupakan kegiatan yang


langsung mengatasi terjadinya stunting seperti asupan
makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan
kesehatan lingkungan
Dampak
Dampak Jangka Pendek: Dampak Jangka Panjang:
 Peningkatan  Postur tubuh yang tidak optimal saat
kejadian kesakitan dewasa (lebih pendek dibandingkan
dan kematian; pada umumnya);
 Perkembangan
 Meningkatnya risiko obesitas dan
kognitif, motorik,
dan verbal pada penyakit lainnya;
anak tidak optimal  Menurunnya kesehatan reproduksi;
 Peningkatan biaya  Kapasitas belajar dan performa
kesehatan. yang kurang optimal saat masa
sekolah;
 Produktivitas dan kapasitas kerja
yang tidak optimal.
Upaya Pencegahan
 Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga, upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting di
antaranya sebagai berikut:

1. Ibu Hamil dan Bersalin


• Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan;
• Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu;
• Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan;
• Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan
mikronutrien (TKPM);
• Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular);
• Pemberantasan kecacingan;
• Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA;
• Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif; dan
• Penyuluhan dan pelayanan KB.
2. Balita
• Pemantauan pertumbuhan balita;
• Menyelenggarakan kegiatan Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) untuk balita;
• Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan
anak; dan
• Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

3. Anak Usia Sekolah


• Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS);
• Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS;
• Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah
(PROGAS); dan
• Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas
rokok dan narkoba
4. Remaja
• Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak
merokok, dan mengonsumsi narkoba;
• Pendidikan kesehatan reproduksi.

5. Dewasa Muda
• Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana
(KB);
• Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular);
dan
• Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi
seimbang, tidak
merokok/mengonsumsi narkoba.
Dokter Keluarga

 Dokter keluarga  dokter yang mengutamakan


penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua
orang yang mencari pelayanan kedokteran dan
mengatur pelayanan oleh provider lain bila
diperlukan
Ciri-ciri

 Mengikuti pendidikan dokter sesuai standar nasional.


 Pekerjaannya berlandaskan etik profesi.
 Mengutamakan panggilan kemanusiaan daripada
keuntungan.
 Pekerjaannya legal melalui perizinan.
 Anggota-anggotanya belajar sepanjang hayat.
 Anggota-anggotanya bergabung dalam suatu
organisasi profesi.
 Melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang,
melainkan sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai
anggota masyarakat sekitarnya.
 Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan
sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang di
sampaikan.
 Mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan
derajat seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit
dan mengenal serta mengobati sedini mungkin.
 Mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut
sebaik-baiknya. dan
 Menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan
tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan
kesehatan lanjutan.
 Diagnosis holistik
Aspek 1 (aspek individu)
Aspek 2 (aspek klinik): diagnosis klinis dan diagnosis
bandingnya
Aspek 3 (aspek internal): usia, prilaku kesehatan
Aspek 4 (aspek eksternal pasien): keadaan keluarga,
lingkungan psikososial & ekonomi keluarga
Aspek 5 (aspek fungsional)
Prinsip Dokter Keluarga

 Pelayanan yang holistik dan komprehensif


 Pelayanan yang kontinu.
 Pelayanan yang mengutamakan pencegahan.
 Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif.
 Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai
bagian integral dari keluarganya.
 Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga,
lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya.
 Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.
 Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat
dipertanggungjawabkan.
 Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu.
Klasifikasi tingkat kesejahteraan

 Keluarga pra sejahtera


 Keluarga sejahtera tahap I
 Keluarga sejahtera tahap II
 Keluarga sejahtera tahap III
 Keluarga sejahtera tahap III plus
Penentuan sehat/tidak sehat pada
keluarga
 Adaptasi (Adaptation)
 Kemitraan (Partnership)
 Pertumbuhan (Growth)
 Kasih sayang (Affection)
 Kebersamaan (Resolve)
Pola Pikir Dokter Keluarga

Penilaian profil kesehatan pribadi (Assessment)


Penyusunan program kesehatan spesifik (Targeting)
Intervensi proaktif (Intervention)
Pemantauan kondisi kesehatan (Monitoring)
Jenis-jenis Keluarga

 Keluarga inti (nuclear family)


 Keluarga besar (extended family)
 Keluarga campuran (blended family)
 Keluarga menurut hukum umum (common law family)
 Keluarga orang tua tunggal (single parent family)
 Keluarga hidup bersama (commune family)
 Keluarga serial (serial family)
 Keluarga gabungan (composite family)
 Keluarga tinggal bersama (whabilation family)
Hal yang mempengaruhi penyakit

 Kepribadian
 Gaya hidup
 Lingkungan fisik
 Hubungan antar manusia
Pengaruh keluarga terhadap penyakit

 Penyakit keturunan
 Perkembangan bayi dan anak
 Penyebaran penyakit
 Pola penyakit dan kematian
 Proses penyembuhan penyakit
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
 Nama : An. Paria
 Umur : 22 bulan
 Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 3 Desember 2017
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Berat Lahir : 2500 gram
 Panjang Lahir : 40 cm
 Nama Ayah : Tn. Amrullah
 Pekerjaan Ayah : Buruh Panggul
 Nama Ibu : Ny. Sopia
 Pekerjaan Ibu : Pembantu Rumah Tangga
 Alamat : Jalan Silaberanti, RT 23, Palembang

 Tanggal kunjungan puskesmas : 16 Oktober 2019
 Tanggal kunjungan rumah I : 21 Oktober 2019
 Tanggal kunjungan rumah II : 25 Oktober 2019
 Keluhan Utama
Berat badan dan panjang badan anaknya
hanya mengalami sedikit kenaikan sejak lahir.
Riwayat Perjalanan Penyakit

 Ibu pasien mengatakan berat badan dan panjang badan anaknya hanya
mengalami sedikit kenaikan sejak lahir dan tidak tampak seperti teman sebaya
lainnya. Pasien juga sulit sekali makan dan hanya meminum ASI saja tanpa
tambahan susu formula, sehingga pasien menjadi kurang aktif saat bermain.
 Ketika hamil, gizi ibu pasien mengalami  KEK, sering mengalami demam saat
hamil, dan anemia saat kehamilan. Tetapi ibu pasien mengatakan selalu kontrol
kehamilan setiap bulan dan mendapatkan tablet Fe selama 30 hari. Pasien lahir
normal dengan BBL 2500 gram dan PBL 40 cm. Riwayat imunisasi tidak lengkap
hanya dilakukan saat pertama kali dilahirkan yaitu imunisasi BCG dan HB0.
Riwayat Perjalanan Penyakit
 Pasien mendapatkan ASI ekslusif selama 6 bulan.
 Usia 6 bulan pasien mendapatkan ASI dan bubur Promina sebagai
makanan tambahan
 usia 8 bulan pasien mengkonsumsi ASI dan nasi bubur dengan
kuning telur sebanyak 3x sehari
 Usia 12 bulan sampai sekarang pasien mendapatkan ASI dan
makan nasi dengan frekuensi 3x/hari, porsi kecil, dengan lauk pauk
seperti ikan, telur, tempe, dan tahu.
 Pasien tidak ada mengalami keterlambatan dalam
perkembangannya, saat ini pasien sudah bisa berlari dan berbicara
beberapa kata.
 Pasien tidak pernah dibawa ke posyandu
 Sering sekali mengalami diare, batuk dan pilek hampir setiap bulan
dari sejak lahir.
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Tidak ada

 Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada

 Riwayat Higine
 Pasien mandi 2x sehari dengan air PDAM dan
menggunakan sabun.
 Penderita mengganti pakaiaan setiap hari
 Penderita menggunakan handuk milik bersama kakaknya
 Penderita belum bisa mandi sendiri
 Penderita belum menerapkan 5 waktu cuci tangan.
 Riwayat Nutrisi
Penderita makan dengan frekuensi 3x/hari, porsi sedikit
setiap kali makan dengan lauk pauk seperti ikan, tahu,
tempe, dan telur. Penderita masih mengkonsumsi ASI
tanpa disertai pemberian susu tambahan.
Riwayat Sosioekonomi
 Pasien tinggal bersama kedua orantuanya dan kakaknya.
 Pasien tinggal di daerah padat penduduk dengan luas rumah ± 4 x 6 meter
dan terdapat 6 orang di dalam satu rumah.
 Pasien tinggal di bawah rumah panggung, dengan lantai rumah dilapisi
semen.
 Dinding rumah terbuat dari setengah kayu dan setengah semen, atap rumah
terbuat dari kayu, terdapat ruang tamu yang merangkap ruang keluarga
dan ruang tidur, 1 kamar tidur, ruang dapur, dan 1 kamar mandi yang
memiliki jamban jongkok yang terletak di dalam rumah.
 Sumber air berasal dari PDAM.
 Ventilasi udara rumah berasal dari 3 jendela diruang tamu dan ventilasi di
kamar mandi.
Riwayat Sosioekonomi
 Pencahayaan di dalam rumah kurang baik karena jumlah jendela yang kurang
serta lokasi rumah berada di bawah rumah panggung dan di pemukiman padat
penduduk sehingga sinar matahari tidak bisa masuk secara optimal ke dalam
rumah.
 Sirkulasi udara didalam rumah kurang baik karena jumlah jendela yang kurang
dan tidak sebanding dengan jumlah orang yang tinggal di satu rumah.
 Biaya kebutuhan sehari-hari An. Paria ditanggung oleh kedua orangtuanya yang
bekerja sebagai buruh panggul dan pembantu rumah tangga, dengan gaji
perbulan kira-kira 1.200.000 rupiah.
 Hubungan pasien dengan tetangga disekitar tempat tinggal terjalin dengan baik
dan harmonis. Hubungan antar anggota keluarga juga terjalin dengan baik.
Hubungan pasien dengan orang tua sangat harmonis.
Riwayat Sosioekonomi
 Kesan : Sanitasi lingkungan rumah kurang baik
 Sosial : Harmonis
 Ekonomi : Menengah Ke Bawah
 Lingkungan : Sanitasi lingkungan kurang baik
Pemeriksaan Fisik
 Status Generalis
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Nadi : 80 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
 Pernafasan : 24 x/menit
 Suhu : 36,9°C
 Tinggi Badan : 73 cm
 Berat Badan : 8 kg
 Status Gizi : BB/U = >-3 SD s.d < -2SD (Gizi kurang)
 PB/U = <-3 SD (sangat pendek atau stunting)

 Pemeriksaan spesifik: tak tampak ada kelainan


Pemeriksaan Penunjang Aspek Biopsikososial
 Tidak ada Biologis : Stunting
Psikis : Baik
Ekonomi : Menengah ke bawah.
Diagnosis Kerja Sosial : Baik
 Stunting Budaya : Baik
Agama : Baik
Tatalaksana

 Promotif
 Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya melakukan
penimbangan berat badan dan tinggi badan rutin setiap
bulan di Posyandu, semakin mengvariasikan jenis makanan
dan minuman yang dikonsumsi, mengunjungi petugas Gizi
di Puskesmas secara rutin sesuai jadwal untuk dipantau serta
mendapatkan PMT.
Tatalaksana

 Preventife
 Melakukan pencegahan lebih buruk lagi terhadap status
gizinya dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan
seimbang secara perlahan dan memperkenalkan variasi
makanan. Mengunjungi Posyandu untuk mendapatkan
Vitamin A untuk usia 1-5 tahun pada bulan Februari dan
Agustus.
Kuratif
 Medikamentosa:
 Pemberian vitamin penambah nafsu makan
 Pemberian suplementasi zinc apabila terdapat gejala diare

 Non-mendikamentosa:
 Pemberian makanan tambahan (PMT)
 Pemberian susu formula untuk mencukupi gizi pasien
 Rehabilitatif
 Meminta orang tua pasien untuk melakukan kunjungan ke
bagian Gizi Puskesmas untuk mendapatkan informasi dan
pendampingan mengenai gizi anaknya sehingga diketahui
asupan yang boleh atau harus dikonsumsi.
 Kontrol ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan lebih lanjut jika
terdapat gejala penyakit infeksi.
Prognosis
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Analisis Kunjungan Rumah (Home Visite)
 Home Visite dilakukan ke rumah pasien yang beralamat di
Jln. Silaberanti RT 23, Palembang, Sumatera Selatan.
Kunjungan dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2019 dan 25
Oktober 2019 pukul 09.30 sd 11.30 WIB.

Karakteristik Dermografi Keluarga


 Nama Kepala Keluarga : Tn. Amrullah
 Alamat : Jalan Silaberanti RT 23,
Palembang
 Bentuk Keluarga : Keluarga Besar (Extended Family)
Genogram
Identifikasi Fungsi Keluarga (APGAR
Score)
Identifikasi Fungsi Keluarga (APGAR
Score)
Identifikasi Fungsi Keluarga (APGAR
Score)
Identifikasi Fungsi Keluarga (APGAR
Score)
Identifikasi Fungsi Keluarga (APGAR
Score)
Identifikasi Fungsi Keluarga (APGAR
Score)
 APGAR Score Keluarga An. Paria berdasarkan 6 dari 6 anggota
keluarga = (8+8+8+8+8+8)/6 = 8

 Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga dapat dinilai baik


 Fungsi fisiologis keluarga dapat dikatakan sehat. Waktu untuk
berkumpul dengan anggota keluarga lainnya dapat dikatakan
cukup baik, dan komunikasi tetap terjaga.
Fungsi Patologis Keluarga (SCREEM)
Fungsi Patologis Keluraga

 Fungsi patologis Religious (+)


 Fungsi patologis Economic (+)
 Fungsi patologis Medical (+)

 Kesimpulan :
 Keluarga An. Paria memiliki permasalahan dalam
bidang keagaman, ekonomi dan kesehatan.
Identifikasi Lingkungan Rumah

 Pasien tinggal bersama kedua orantuanya dan kakaknya.


 Pasien tinggal di daerah padat penduduk dengan luas rumah ± 4 x 6 meter
dan terdapat 6 orang di dalam satu rumah.
 Pasien tinggal di bawah rumah panggung, dengan lantai rumah dilapisi
semen.
 Dinding rumah terbuat dari setengah kayu dan setengah semen, atap rumah
terbuat dari kayu, terdapat ruang tamu yang merangkap ruang keluarga
dan ruang tidur, 1 kamar tidur, ruang dapur, dan 1 kamar mandi yang
memiliki jamban jongkok yang terletak di dalam rumah.
 Sumber air berasal dari PDAM.
 Ventilasi udara rumah berasal dari 3 jendela diruang tamu dan ventilasi di
kamar mandi.
Identifikasi Lingkungan Rumah
 Pencahayaan di dalam rumah kurang baik karena jumlah jendela yang kurang
serta lokasi rumah berada di bawah rumah panggung dan di pemukiman padat
penduduk sehingga sinar matahari tidak bisa masuk secara optimal ke dalam
rumah.
 Sirkulasi udara didalam rumah kurang baik karena jumlah jendela yang kurang
dan tidak sebanding dengan jumlah orang yang tinggal di satu rumah.
Daftar Masalah

 Masalah Organobiologik
 Ditemukan stunting pada penderita
 Masalah Psikologik
 Tidak ada
 Masalah Dalam Keluarga
 Masalah ekonomi
Pembinaan Keluarga
Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi dan edukasi
tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, dampak, faktor
penyebab, cara pengobatan, dan prognosis.
Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi pasien agar menambah
porsi makan sehingga berat badan dan tinggi badan pasien dapat
meningkat.
Mengedukasikan kepada anggota keluarga untuk rajin memeriksakan
anaknya ke bagian gizi di Puskesmas serta membawa anaknya ke posyandu
agar bisa mendapatkan pemberian vitamin.
Mengedukasikan keluarga untuk dapat memberikan variasi makan dengan
gizi seimbang kepada anaknya.
Pemantaauan dan Evaluasi
 Home visite pertama dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2019 dan
home visite kedua dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2019 di tempat
tinggal pasien.
 Pada kunjungan pertama, hal yang dilakukan yaitu melengkapi status
pasien, melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pembuatan perangkat
penilaian keluarga, membuat diagnosis holistik sesuai dengan
pendekatan kedokteran keluarga, termasuk profil kesehatan keluarga.
 Kunjungan rumah kedua, hal yang dilakukan yaitu melakukan
manajemen komprehensif kepada pasien dan keluarga
(edukasi/konseling terhadap masalah yang telah dianalisis)
DIAGNOSTIK HOLISTIK
1. Pada poin I, berat badan dan panjang badan pasien hanya mengalami
sedikit kenaikan sejak lahir.
2. Pada poin II, diagnosis kerja yang ditegakkan adalah stunting.
3. Pada poin III, didapatkan banyaknya faktor penyebab stunting pada pasien
yaitu ibu mengalami kekurangan energi protein (KEK) saat hamil, imunisasi
pasien tidak lengkap, pasien tidak pernah dibawa ke posyandu, pasien tidak
mendapatkan makanan tambahan dengan benar, porsi makanan sehari -
hari kurang dan tidak seimbang, serta penyakit diare yang hampir setiap
bulan dialami pasien
4. Pada poin IV, terdapat masalah dari lingkungan fisik tempat tinggal yaitu
luas, ventilasi dan pencahayaaan rumah yang kurang. Sedangkan, segi
ekonomi, pendapatan keluarganya tergolong belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan primer.
5. Pada poin V, ditetapkan skala fungsional pasien skala 2 yaitu aktivitas
bermain anak tergolong aktif meskipun tidak terlalu lincah seperti anak –
anak pada umumnya.
No Masalah Skor Awal Upaya Resume Akhir perbaikan Skor Akhir
1. Fungsi biologis 2 Edukasi mengenai gizi Terselenggara 4
Terdapat faktor gizi ibu saat seimbang dan pencegahan penyuluhan
hamil, kurangnya diare
terpenuhinya gizi
tambahan sejak usia 6
bulan, dan sering terkena
diare

2. Fungsi ekonomi dan 2 Memotivasi untuk dapat Keluarga memberikan 4


pemenuhan kebutuhan mengatur keuangan dan tambahan susu formula
Pendapatan keluarga menyisihkan agar dapat kepada pasien
hanya dapat memenuhi memberikan makanan
kebutuhan primer. yang seimbang
3. Faktor perilaku dan 2 Edukasi faktor Porsi makanan dan 4
kesehatan keluarga penyebab stunting dan variasi makanan
konsumsi makanan upaya bertambah. Dan
dengan porsi sedikit dan pencegahannya. Dan pasien datang untuk
tidak seimbang, serta menganjurkan keluarga melakukan
tidak adanya konsumsi pasien untuk konsultasi ke bagian
susu tambahan selain itu melakukan konsultasi gizi secara rutin
pasien juga tidak ke bagian gizi yang
pernah di bawa ke ada di puskesmas.
puskesmas atau
posyandu untuk menilai
pertumbuhan dan
perkembangan anak.

4. Lingkungan rumah 2 Edukasi untuk Kesan rumah lebih 4


Rumah kurang luas, memperbaiki tatanan rapi, cukup bersih,
kurang ventilasi, dan rumah. tetapi luas,
kurang pencahayaan pencahayaan dan
sehingga tergolong ventilasi tetap tetap
kurang layak untuk kurang.
dihuni.

SKOR TOTAL 8 16
 Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah:
1. Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada
partisipasi
2. Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu,
tidak ada sumber (hanya keinginan); penyelesaian
masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider
3. Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu
penggalian sumber yang belum dimanfaatkan,
penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh
provider
4. Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak
sepenuhnya, masih tergantung pada upaya provider
5. Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
BAB IV
ANALISIS KASUSA
Analisa Kasus
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Stunting.
Diagnosis ini diperoleh berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan
pasien yaitu berat badan dan panjang badan hanya
mengalami sedikit kenaikan dari semenjak lahir. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan status gizi pasien BB/U = gizi
kurang dan PB/U = sangat pendek atau stunting.
Identifikasi Fungsi Keluarga

Fungsi Biologis dan Reproduksi


Keluarga pasien tidak ada yang menderita keluahan yang sama. Tetapi terdapat
banyak faktor biologis yang mempengaruhi kondisi pasien saat ini seperti gizi ibu
saat hamil, kurangnya terpenuhinya gizi tambahan sejak usia 6 bulan, dan sering
terkena diare

Fungsi Afektif
Hubungan antara anak dengan orang tua, antar orang tua, orang tua dengan
anak, anak dengan anak, dan dengan keluarga lainnya yang tinggal serumah
maupun tidak serumah berlangsung baik. Dalam keluarga ini, juga diketahui
terdapat pemenuhan secara psikologi pada semua anggota keluarga.
Identifikasi Fungsi Keluarga

Fungsi Sosial
Pasien akrab dengan seluruh anggota keluarganya dan tetangganya.
Pasien juga sering bermain dengan anak – anak yang ada dilingkungan
tempat tinggalnya.

Fungsi Penguasaan Masalah


Manajemen keluarga dalam menghadapi masalah internal atau eksternal
baik. Pembuatan keputusan akhir dalam menghadapi masalah eksternal
dan internal dan proses pengambilan keputusan berlangsung secara
musyawarah di antara semua anggota keluarga.
Identifikasi Fungsi Keluarga

Fungsi Ekonomi
Orangtua An. Paria bekerja sebagai buruh panggul dan
pembantu rumah tangga, sehingga hanya dapat memenuhi
kebutuhan primer seadanya.

Fungsi Religius
Semua anggota keluarga menjalankan ibadahnya meskipun
belum 5 waktu.

Fungsi Pendidikan
Pasien belum menempuh pendidikan.
Identifikasi Pengetahuan, Sikap, Perilaku (PSP)
• Pencegahan Penyakit
Agar tidak terjangkit penyakit, keluarga ini biasanya menggunakan obat
bakar pada saat malam hari untuk mengurangi frekuensi nyamuk. Kebersihan
dalam rumah dan kerapian rumah kurang baik.

• Gizi Keluarga
Pasien biasa makan 3x sehari dengan porsi yang sedikit, dengan menu
makanan sehari-hari keluarga ini tidak menentu. Menu makanan yang biasa
disediakan adalah nasi disertai lauk pauk yang sering tahu, tempe dan telur.
Pasien sampai saat ini masih mengkonsumsi ASI. Pasien jarang mengkonsumsi
daging, sayuran, buah - buahan dan susu formula.
Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Hygiene kurang baik hal ini dilihat dari perilaku hidup bersih
dan sehat yang belum diterapkan dan bagian dalam
rumah yang kurang bersih dan tidak tertata rapi.
Diagnosis Kedokteran Keluarga

Diagnosis Kerja
Stunting
Fungsi Keluarga yang Terganggu
Keagamaan, Ekonomi, dan Kesehatan
Faktor yang Mempengaruhi
Faktor pola hidup, perilaku kesehatan, faktor biologi,
faktor ekonomi, dan faktor lingkungan.
Faktor yang Dipengaruhi
Pertumbuhan panjang badan.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
 Diagnostik holistic pada pasien ini menurut pendekatan dokter keluarga adalah:
 Pada aspek I, berat badan dan panjang badan pasien hanya mengalami sedikit
kenaikan sejak lahir.
 Pada aspek II, diagnosis kerja yang ditegakkan adalah stunting.
 Pada aspek III, didapatkan banyaknya faktor penyebab stunting pada pasien
yaitu ibu mengalami kekurangan energi protein (KEK) saat hamil, imunisasi pasien
tidak lengkap, pasien tidak pernah dibawa ke posyandu, pasien tidak
mendapatkan makanan tambahan dengan benar, porsi makanan sehari - hari
kurang dan tidak seimbang, serta penyakit diare yang hampir setiap bulan dialami
pasien.
 Pada aspek IV, terdapat masalah dari lingkungan fisik tempat tinggal yaitu luas,
ventilasi dan pencahayaaan rumah yang kurang. Sedangkan, segi ekonomi,
pendapatan keluarganya tergolong belum cukup untuk memenuhi kebutuhan
primer.
 Pada aspek V, ditetapkan skala fungsional pasien skala 2 yaitu aktivitas bermain
anak tergolong aktif meskipun tidak terlalu lincah seperti anak – anak pada
umumnya.
Kesimpulan
 Untuk penatalaksanaa kasus ini harus secara komprehensif bukan
hanya dari terapi farmakologis saja, tetapi juga diperlukan edukasi dan
konseling pada pasien dengan menggunakan pendekatan
kedokteran keluarga yang mengutamakan penatalaksanaan mulai
dari promotif, preventive, kuratif, dan rehabilitative pada balita
stunting.
Saran
 Mahasiswa
 Diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami dan aktif dalam
menganalisa permasalahan kesehatan baik pada keluarga
maupun lingkungannya, serta lebih sering berhubungan dengan
masyarakat khususnya dalam keluarga untuk menindak lanjuti
suatu penyakit yang dialami oleh keluarga tersebut dengan
pendekatan metode dokter keluarga

 Puskesmas
 Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada
masyarakat melalui edukasi dalam upaya promotif dan preventif
kesehatan masyarakat
Saran
 Diharapkan pihak puskesmas dapat lebih aktif memberikan
pelayanan kesehatan dengan pendekatan kepada pasien
dan keluarga untuk menerapkan upaya promotif dan
preventif terhadap penyakit.
Lampiran
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai