Anda di halaman 1dari 41

Case Report Session

Oleh
Len Satriani Arif
1110070100017
Identitas Pasien

Nama :Tn. Z
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Minang
Alamat : Dhamasraya
Tgl Masuk : Rabu, 18 Mei 2016
Anamnesis
Seorang pasien laki-laki berumur 40 tahun datang ke IGD RSUD Solok
pada tanggal 18 Mei 2016, pasien kiriman Sp.B sungai dareh. dengan :

 KU : Nyeri perut sejak 4 hari yang lalu SMRS


 RPS:Nyeri perut sejak 4 hari yang lalu,nyeri dirasakan pertama kali
pada perut kiri bawah, kemudian nyeri dirasakan di seluruh lapangan
perut, nyeri tidak menjalar, nyeri dirasakan terus menerus, nyeri
bertambah parah satu hari SMRS dan saat beraktivitas nyeri tidak
berkurang saat di bawa istirahat..
 Pasien juga mengeluhkan Perut terasa kembung sejak 4 hari yg lalu,
 Tidak bisa buang angin sejak 2 hari yang lalu
 Tidak buang air besar sejak 2 hari yang lalu.
 Mual (+) dan muntah (+) dengan frequensi >10x berisi apa
yang di makan dan cairan sejak 1 hari yg lalu.
 Benjolan di lipat paha kiri sejak 4 hari yang lalu benjolan
sebesar ¼ tinju orang dewasa, benjolan menetap, tidak
berkurang saat istirahat, dan tidak bertambah saat batuk.
 Nyeri pada benjolan (+)
 Demam tidak ada
 Buang air kecil lancar
 RPD: Pasien pernah di rawat 2 kali pada tahun 2012 ,rawatan pertama
di RS Sungai Dareh dengan keluhan benjolan di lipat paha kiri,
benjolan sebesar bola pingpong, benjolan bisa di masuk kan kembali
bila didorong dan saat di bawa beristirahat, pasien di anjurkan untuk
operasi oleh dokter namun pasien menonak dikarenakan
biaya,kemudian benjolan di reposisi oleh dokter dan di saran kan untuk
tidak melakukan pekerjaan yang berat, karena pada th 2012 pasien
bekerja sebagai buruh angkat.rawatan ke dua 5 bulan setelah dirawat
pasien mengeluhkan nyeri pada perut,susah buang air besar dan kecil,
peru kembung, mual dan muntah, pasien di bawa k klinik sungai dareh
dan di rawat sampai sembuh. Pasien tidak ada Riwayat DM (-),
riwayat hipertensi (-)
 RPK: tidak ada dari keluarga pasien yang memiliki riwayat penyakit
yang sama. Demikian juga pada riwayat penyakit jantung, DM dan
asma.
Pemeriksaan fisik :

a. Status generalisata
Keadaan umum : sakit berat
Kesadaran : compos mentis kooperatif
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 75x/menit
Nafas : 24x/menit
Suhu : 36.5o C

Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva anemis -/-, ikterik -/-
Hidung : normal
Mulut : normal
Telinga : normal
Leher : KGB tidak teraba
JVP 5-2 H2O

Thorak :
Paru Inspeksi : simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : sonor di kedua lap. paru
Auskultasi : vesikuler, Rh -/-,Wh -/-

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di line midclavicula sinistra RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Askultasi : bunyi jantung regular , gallop (-), murmur (-)

Ekstermitas : sianosis -/-. edema -/-


b. Status lokalis :

Regio Abdomen
Inspeksi : distensi (+), darm countour (-), darm steifung (-)
Auskultasi : bising usus meningkat
Palpasi : nyeri tekan (+) hipokondrium kiri, nyeri lepas (-),
Defans Muscular (-)
Perkusi : Hipertympani

Regio Inguinal Sinistra


 I : Tampak adanya benjolan di lipat paha kiri (inguinal sinistra).Warna
kulit di atas benjolan sama dengan daerah sekitar. Sikatrik (-),
radang (-)
 A : Bising usus (-) di benjolan
 P :Teraba benjolan dengan ukuran 7x3x2 cm, nyeri (+), Konsistensi
kenyal lunak, mobile, batas tegas, permukaan licin.
Rectal Tuse :
Anus : Tenang, hemoroid (-), polip(-)
Sphingter : Tonus sphingter Menjepit
Mukosa : Licin (+), massa (-)
Ampula : dalam batas normal, melebar (-), kolaps (-)
Handscoon : Feses (-), darah (-)

Pemeriksaan penunjang :
Laboraturium darah rutin
HB : 16.8 gr/dl
HT : 47,1 %
Leukosit : 8,250 mm
Trombosit : 322.000 mm
Ro. Foto polos abdomen 3 posis :

a. Supine
Gambaran :
Dilatasi usus
penebalan dinding usus
psoas line tidak terlihat
preperitoneal fat menghilang
herring bone appearance (+)
b. LLD ( Left Laterat Dekubitus)
Gambaran :
Air Fluid Level (+)
Step Ladder Appearance (+)
c. ½ duduk
Gambaran :
Air Fluid Level (+)
Udara Bebas (-)
Diagnosa : Ileus Obstruksi e.c Hernia inguinalis lateral sinistra inkaserata

Tatalaksana :
Non farmakologi
•Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
•Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
•Pasang NGT alirkan
•Pasang Kateter urin untuk balance cairan
•Puasa sementara

Farmakologi
 IVFD RL 8 jam/kolf
 Anti biotik : Inj. Cefotaxime 2x1
 Analgetik : Inj. Ketorolak 2x1

Anjuran : Operasi Hernioraphy


Tanggal 19 Mei 2016, jam 16.00 wib, dilakukan operasi hernioraphy
Follow Up
 Tgl 20 Mei 2016
S/ - Demam (+)
- Mual / muntah (-)
- BAB (+) 1x, Encer
- Flatus (+)
- Nyreri (+) pada luka operasi
O/ Ku : Sedang Nafas : 26 x/menit
TD : 130/70 mmHg Suhu : 38,3 celcius
Nd : 84 x/ menit
Status lokalisasi
Regio Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bisung usus (+)
Palpasi : Nyeri Tekan (-) nyeri lepas (-)
Perkusi : Timpani

A/ Post op Hernioraphy a/i ileus obstruksi letak tinggi e.c


hernia inguinalis lateralis sinistra inkaserata, POD I
P/ Mc 6x100
IVFD Asering : D 5% (2:1)
Tramadol 2x1 amp (drip dalam asering)
Inj. Cefotaxime 2x1
Inj. Ranitidin 2x1
Inj. Kalnex 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Vit C 3x1
Paracetamol 500 mg 3x1
Follow Up
 Tgl 21 Mei 2016
S/ - Demam (-) - Makan (-)
- Mual / muntah (-) - Minum (+) 1,5 Gelas
- BAB (+) 1x, Encer - Tidur Nyenyak
- Flatus (+)
- Nyreri (+) pada luka operasi
O/ Ku : Sedang Nafas : 19 x/menit
TD : 120/70 mmHg Suhu : 36,5 celcius
Nd : 70 x/ menit
Status lokalisasi
Regio Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bisung usus (+)
Palpasi : Nyeri Tekan (-) nyeri lepas (-), Defans
Muscular (-)
Perkusi : Timpani

A/ Post op Hernioraphy a/i ileus obstruksi letak tinggi e.c


hernia inguinalis lateralis sinistra inkaserata, POD II
P/Pasien boleh pulang, Kontrol ke poli bedah hari senin tgl 23
Mei 2016
Anatomi
A. Struktur Dinding Abdomen
Keberhasilan operasi hernia inguinal tergantung akan
pengetahuan tentang dinding abdomen dan lapisannya, serta
canalis inguinalis.

Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam):


1. Kulit
2. Fascia superficialis, terdiri dari fascia camperi dan fascia scarpae
3. Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus
externus abdominis, muskulus obliquus internus abdominis,
muskulus transversus abdominis
4. Fascia transversalis
5. Lemak extraperitoneal
6. Peritoneum parietale
B. Canalis inguinalis

Merupakan saluran oblik dengan panjang 4 cm dan


terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale yang menembus
bagian bawah dinding anterior abdomen dan terdapat pada
kedua jenis kelamin.
Kanalis inguinalis berisi funikulus spermatikus pada pria, dan
ligamentum rotundum pada wanita

Batas kanalis inguinalis :


 Kraniolateral : anulus inguinalis internus
 Kaudomedial : anulus inguinalis eksternus
 Atas : aponeurosis m. obliqus eksternus
 Dasar: ligamentum inguinalis
C. Trigonum Hesselbach
Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang
diperkuat serat aponeurosis m.transversus abdominis.
Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut
sebagai hernia direk, sedangkan hernia yang muncul
lateral dari trigonum ini adalah hernia indirek.

Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:


Inferior: Ligamentum Inguinal.
Lateral : Vasa epigastrika inferior.
Medial : Tepi m. rectus abdominis.
Bagian bagian dari hernia

Hernia terdiri atas tiga bagian:


 Kantong hernia, merupakan kantong (divertikulum)
peritonei dan mempunyai leher dan badan (corpus). Pada
hernia abdominalis, kantong hernia ini berupa
peritoneum parietalis.
 Isi hernia terdiri atas setiap struktur yang ditemukan di
dalam cavitas abdominalis dan dapat bervariasi dari
sebagian kecil omentum sampai organ besar seperti usus.
 Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding
abdomen yang dilalui oleh kantong hernia.
Defenisi
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak,
usus, atau kandung kemih) memasuki defek tersebut
sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal

Klasifikasi Hernia
Berdasarkan terjadinya
1. Kongenital
2. Akuisita
Berdasarkan letak
1. Hernia inguinalis
2. Hernia Femoralis
3. Hernia Diafragmatika
4. Hernia Umbilicalis

Berdasarkan Gambaran Klinis


1. Hernia Repondibel
Isi Hernia Dapat keluar masuk, usus keluar ketika mengedan
atau berdiri, dan masuk kembali ketika berbaring atau bila
didorong masuk perut.
2. Hernia Irepondibel
Isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut
 Hernia Inkaserata & Strangulata
Terjadi bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut, dan mengakibatkan gangguan pasase atau
vaskularisasi.

Berdasarkan arah penonjolan


1. Hernia eksterna
2. Hernia Interna
Defenisi
Hernia inguinalis merupakan protrusio viscus (penonjolan
organ) dari cavum peritoneal ke dalam canalis inguinalis.

Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu:


 Hernia Inguinalis Medialis (Direk)
Penonjolan langsung ke depan melalui Trigonum Hasselbach
 Hernia Inguinalis Lateralis (Indirek)
Hernia inguinalis lateralis keluar dari rongga peritoneum
melalui anulus inguinalis internus yang teletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior lalu masuk ke dalam kanalis
inguinalis (kanalis inguinalis berisi funikulus spermatikus
pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada perempuan)
dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus
Faktor Resiko
ProsesusVaginalis yang terbuka
PeninggianTekanan dalam rongga perut
Kelemahan otot dinding perut karena usia

Gejala Klinis
Terdapat benjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengedan,
batuk, bersin, berdiri, mengangkat berat dan hilang setelah berbaring
(apabila masih reponibel).
 Benjolan tidak berwarna, konsistensi kenyal, tidak terasa nyeri tapi
cukup mengganggu tergantung seberapa besar hernianya.
Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena
regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk
ke dalam kantong hernia.
Gejala dari adanya komplikasi adalah :
Obstruksi usus : nyeri kolik, muntah, distensi, konstipasi.
Strangulasi : tambahan dari gejala obstruksi, rasa nyeri yang
menetap pada hernia, demam, takikardi.

Grade Reduction Pain Obstruction Toxic


Reponible + - - -
Irreponible - - - -
Incarceration - + + -
Strangulation - ++ + ++
Pemeriksaan
Finger Test
1. Menggunakan jari ke2 / ke 5
2. Dimasukkan lewat skrotum
melalui anulus eksternus ke
kanal inguinal
3. Penderita diperintah untuk
batuk
– Bila impuls diujung jari 
Hernia Inguinalis Lateralis
– Bila impuls disamping jari
 Hernia Inguinnalis
Medialis
ZeimentTest

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan


masukkan dulu
2. Hernia kanan diperiksa dengan
menggunakan tangan kanan
3. Penderita diperintah untuk batuk
bila rangsangan pada:
– Jari ke-2: Hernia Inguinalis
Lateralis
– Jari ke-3: Hernia Inguinalis
Medialis
– Jari ke 4: Hernia Femoralis
Thumb Test
1. Anulus internus di
tekan dengan ibu jari
dan penderita
diperintah untuk
mengejan
2. Bila keluar benjolan
berarti Hernia
Inguinalis Medialis
3. Bila tidak keluar
benjolan berarti Hernia
Inguinalis Lateralis
Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium
 Hematologi: adanya leukositosis
 Elektrolit, kreatinin tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
dehidrasi
 Urinalisis: untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha

. Radiologis
 USG : untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau
dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan
testis

 CT-Scan abdomen : menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam


usus/obstruksi usus. Mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya
hernia obturator (hernia yang melalui canalis obturatorius yang
normalnya dilewati oleh syaraf dan A.V. Obturatoria)
Penatalaksanaan
Penanganan hernia dapat dilakukan secara
A. Konservatif
 Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk
corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin
hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi
 Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi
Trendelenburg, pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas
hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani operasi pada
hari berikutnya.
 Bantalan penyangga : bertujuan untuk menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai
seumur hidup. Hal ini biasanya dipilih jika pasien menolak operasi.
B.Operasi
Indikasi operasi :
Dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi.
Prinsip Pembedahan:
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu
dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam
abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus
abdominus ke ligamen inguinal.
Komplikasi
 Hernia inkarserata : hernia yang membesar mengakibatkan nyeri
dan tegang, tidak dapat direposisi, adanya mual, muntah, dan gejala
obstruksi usus (menyebabkan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa) jika terjadi komplikasi hernia ini.
 Hernia strangulata: gejala yang sama disertai adanya infeksi
sistemik, adanya gangguan sistemik pada usus. Dapat puladijumpai
nyeri hebat di tempat hernia, tanda peritonitis atau abses lokal

Prognosis
 Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari
isi kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus
segera ditangani.
 Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis,
dan rekurensi hernia umumnya dapat diatasi

Anda mungkin juga menyukai